Sistem Tanam Kultur Jaringan

Sistem tanam Kultur jaringan tumbuhan adalah teknik memperbanyak tumbuhan secara vegetatif dalam kultur aseptik dengan lingkungan terkontrol. Tumbuhan utuh dapat dihasilkan dari bagian akar, batang atau daun yang masih hidup. Bagian – bagian tersebut dapat membentuktumbuhan utuh dengan organ yang lengkap.
Sehingga bisa dibilang bahwa Kultur jaringan tumbuhan merupakan suatu metode pemeliharaan bagian tumbuhan yang sudah diisolasi dari tanaman induknya pada medium buatan dalam kondisi steril secara in vitro.
Prinsip dasar kultur jaringan tumbuhan yaitu setiap sel tumbuhan memiliki kemmapuan untuk membentuk individu baru. Penerapan teknik kultur jaringan tumbuhan ini sangat bermanfaat bagi kelestarian tumbuhan pada beberapa varietas langka.
Selain itu juga bermanfaat bagi keperluan agrobisnis. Percobaan kultur jaringan tumbuhan ini pertama kali dilakukan oleh F.C. Steward dengan menggunakan wortel sebagai bahan percobaannya. Saat ini pengerjaan kultur jaringan dapat dilakukan dengan cara: pemilihan eksplan, pemilihan medium yang terdiri dari medium pada atau medium cair, dan penanaman.
Adapun manfaat dari tekhnik kultur jaringan tumbuhan ini antara lain:
  1. Untuk mendapatkan bibit dalam jumlah yang banyak secara singkat
  2. Untuk mendapatkan jenis tanaman yang mempunyai sifat sesuai dengan yang kita kehendaki
  3. Untuk mendapatkan hasil metabolisme sekunder yang bernilai ekonomi serta bermanfaat di dunia medis
  4. Untuk menghemat waktu, ruang, serta tenaga yang dibunakan
  5. Untuk pelestarian plasma nutfah
Hal terpenting yang harus diperhatikan pada tekhnologi kultur jaringan tumbuhan ini adalah mempersiapkan medium kultur dimana medium kultur merupakan faktor terpenting yang menentukan keberhasilan kultur jaringan tumbuhan. Sebuah medium kultur harus mengandung makronutrien, mikronutrien, air, gula, asam amino, vitamin, dan zat pengatur tumbuh. Hal lain yang harus diperhatikan selain medium kultur adalah sterilisasi bahan-bahan dan alat yang akan digunakan. Kondisi steril ini mutlak diperlukan untuk mencegah kultur eksplan tanaman terkontaminasi bakteri atau jamus yang dapat menghambat perkembangan eksplan.

Video manfaat kultur jaringan tumbuhan

Dalam video ini akan diperlihatkan beberapa manfaat dari kultur jaringan tumbuhan

Sistem Tanam Hidroponik

hidroponikIstilah hidroponik (hydroponics) digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya.

Disini termasuk juga bercocok tanam di dalam pot atau wadah lainnya yang menggunakan air atau bahan porous lainnya, seperti pecahan genting, pasir kali, kerikil, maupun gabus putih.

Penemu dari metode hidroponik ini adalah DR. WF. Gericke. Beliau adalah seorang agronomis dari Universitas California, USA. Saat itu beliau berhasil menanam tomat setinggi 3 meter yang penuh buah dan ditanam di dalam bak yang berisi mineral hasil uji cobanya.

Berikut ini adalah kelebihan bercocok tanam dengan menggunakan sistem hidroponik:

  • Dapat dilakukan pada ruang / tempat yang terbatas dan higienis
  • Tanaman tumbuh lebih cepat dan penggunaan pupuk bisa lebih hemat
  • Lebih terjamin dan bebas dari serangga dan hawa penyakit
  • Produksi tanaman lebih tinggi dibanding dengan menggunakan media tanam tanah biasa
  • Efisien dalam teknis perawatan dan peralatan yang digunakan
  • Kualitas tanaman yang dihasilkan lebih bagus dan tidak kotor

Adapun cara menanam hidroponik adalah sebagai berikut:

# Pembibitan
Sangat disarankan untuk menggunakan bibit hibrida supaya mutu buah/sayur yang dihasilkan cukup optomal

# Penyemaian
Penyemeaian sistem hidroponik bisa menggunakan bak dari kayu atau plastik. Bak tersebut berisi campuran pasir yang sudah diayak halus, sekam bakar, kompos dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1:1. Semua bahan tersebut dicampur rata dan dimasukkan ke dalam bak dengan ketinggian sekitar 7cm.

Masukkan biji tanaman dengan jarak 1×1,5 cm. Tutup tisue/karung/kain yang telah dibasahi supaya kondisi tetap lembab. Lakukan penyiraman hanya pada saat media tanam mulai kelihatan kering. Buka penutup setelah biji berubah menjadi kecambah. Pindahkan ke tempat penanaman yang lebih besar bila pada bibit telah tumbuh minimal 2 lembar daun.

# Persiapan media tanam
Syarat media tanam untuk hidroponik adalah mampu menyerap dan menghantarkan air, tidak mudah busuk, tidak mempengaruhi pH, steril, dll. Media tanam yang bisa digunakan dapat berupa gambut, sabut kelapa, sekam bakar, rockwool (serabut bebatuan). Kemudian isi kantung plastik, polibag, pot plastik, karung plastik, atau bantalan plastik dengan media tanam yang sudah disiapkan.

# Pembuatan green house
bercocok tanam secara hidroponik mutlak membutuhkan green house. Green house bisa dibuat dari rangka besi, rangka bambu, atau rangka kayu.

Green house ini bisa digunakan untuk menyimpan tanaman kita pada saat tahap persemaian ataupun pada saat sudah dipindah ke media tanam yang lebih besar.

# Pupuk
Karena media tanam pada sistem hidroponik hanya berfungsi sebagai pegangan akar dan perantara larutan nutrisi, untuk mencukupi kebutuhan unsur hara makro dan mikro perlu pemupukan dalam bentuk larutan yang disiramkan ke media tanam
Kebutuhan pupuk pada sistem hidroponik sama dengan kebutuhan pupuk pada penanaman sistem konvensional.

# Perawatan tanaman
Perawatan pada sistem hidropinik pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan perawatan pada penanaman sistem konvensional seperti pemangkasan, pembersihan gulma, penyemprotan pupuk daun, dll.

 

Video Cara Menanam Hidroponik

Dalam video ini akan diperlihatkan cara bercocok tanam dengan menggunakan sistem hidroponik

Tanaman Obat untuk Kolesterol Tingggi

seledriMendengar kata kolesterol, mungkin terbayang bagi kita adalah penyakit. Kolesterol itu sendiri sebenarnya termasuk keluarga lemak.

Fungsi kolesterol adalah sebagai zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh disamping zat gizi lainnya seperti karbohidrat, protein, vitamin dan mineral.

Namun apabila kolesterol itu berlebih dalam darah, tentunya akan menyebabkan penyumbatan sehingga bisa menyebabkan penyakit stroke, serangan jantung, dan lain sebagainya.

Dibawah ini ada beberapa tanaman obat untuk menurunkan kolesterol yang tinggi

* Seledri
Bahan:
– sebatang seledri

Cara membuatnya: cuci bersih seledri. Kemudian rebus dengan 1 gelas air hingga mendidih. Kemudian dinginkan dan minum airnya sekali dalam sehari.

* Sambiloto
Bahan:
– Sambiloto 20 gram

Cara membuatnya: cuci bersih Sambiloto. Kemudian rebus dengan 3 gelas air hingga tersisa 1 gelas air. Kemudian saring dan minum airnya sampai habis setelah makan

* Bawang Merah
Bahan:
– Bawang Merah 20 gram

Cara membuatnya: cuci bersih bawang, kemudian iris tipis dan makan bersama nasi. lakukan 3 kali sehari.

* Belimbing Wuluh
Bahan:
– Daun belimbing wuluh secukupnya

Cara membuatnya: cuci bersih daun belimbing wuluh, kemudian rebus dengan 400cc hingga tersisa 200cc. Saring dan minum airnya 3 kali sehari setelah makan.

* Kunyit
Bahan:
– kunyit

Cara membuatnya: cuci bersih kunyit dan iris tipis, kemudian rebus dengan 400cc hingga tersisa 200cc. Saring dan minum airnya 3 kali sehari

Tanaman Obat untuk Masuk Angin

jaheDikala cuaca di Indonesia yang tidak menentu ini, tubuh kita gampang sekali terkena penyakit, terutama masuk anginyang bisa disebabkan oleh cuaca yang berubah, kadang hujan, kadang panas.

Masuk angin membuat kita merasa tidak nyaman, sering bersendawa, keringat dingin, perut kembung, kepala terasa pusing dan mual.Masuk angin bisa menjadi tanda kita akan terkena gangguan penyakit lainnya misalnya gangguan pencernaan, malaria atau influenza.

Untuk mencegah sebelum menjadi penyakit yang lebih parah, ada baiknya kita mencegah dan mengobati masuk angin dengan tanaman obat dan ramuan herbal tradisional di bawah ini:

* Daun Pepaya
Bahan:
– 2 daun pepaya

Cara membuatnya: Cuci bersih daun pepaya, kemudian direbus dengan 400cc air, hingga tersisa 200 cc. Minum air rebusannya selagi hangat. Lakukan secara teratur 2 kali sehari.

* Temulawak
Bahan:
– 25 gram temu lawak
– 15 gram jahe
– 20 gram kencur

Cara membuatnya: Semua bahan direbus dengan 500cc air, hingga tersisa 250 cc. Minum air rebusannya selagi hangat. Lakukan secara teratur 2 kali sehari.

* Kencur
Bahan:
– 15 gram jahe
– 25 gram kencur
– 3 butir kapulaga

Cara membuatnya: Semua bahan direbus dengan 400cc air, hingga tersisa 200 cc. Minum air rebusannya selagi hangat. Lakukan secara teratur 2 kali sehari.

* Lempuyang
Bahan:
– 5 gram pala
– 1 sendok teh lada
– 25 gram lempuyang
– 25 gram bangle

Cara membuatnya: Tumbuk halus pala dan lada. Lempayang dan bangle di iris kecil. Lengkuas dan jahe di potong kecil-kecil. Semua bahan direbus dengan 600cc air, hingga tersisa 300 cc. Saring dan minum air rebusannya selagi hangat. Lakukan secara teratur 2 kali sehari.

* Lengkuas
Bahan:
– 6 butir kapulaga
– 10 butir cengkeh
– 30 gram lengkuas
– 20 gram jahe
– 2 batang serai
– gula merah secukupnya

Cara membuatnya: Lengkuas dan jahe di potong kecil-kecil. Semua bahan direbus dengan 600cc air, hingga tersisa 300 cc. Saring dan minum air rebusannya selagi hangat. Lakukan secara teratur 2 kali sehari.

* Cengkeh
Bahan:
– 6 butir kapulaga
– 10 butir cengkeh
– 30 gram lengkuas
– 20 gram jahe
– 2 batang serai
– gula merah secukupnya

Cara membuatnya: Lengkuas dan jahe di potong kecil-kecil. Semua bahan direbus dengan 600cc air, hingga tersisa 300 cc. Saring dan minum air rebusannya selagi hangat. Lakukan secara teratur 2 kali sehari.

Daun Mint
Bahan:
– 10 gram daun mint
– 10 gram kulit jeruk purut
– 25 gram temulawak
– 5 buah cabai jawa

Cara membuatnya: Semua bahan direbus dengan 600cc air, hingga tersisa 300 cc. Saring dan minum air rebusannya selagi hangat. Lakukan secara teratur 2 kali sehari.

* Ubi Merah
Bahan:
– Siapkan 15 gram jahe merah atau jahe biasa
– 5 butir cengkeh
– 10 butir kapulaga
– 10 butir merica
– 200 gram ubi merah yang dikupas dan dipotong kecil-kecil
– 1 butir biji pala yang dimemarkan
– 1 ibu jari kayu manis
– gula merah secukupnya

Cara membuatnya: Semua bahan direbus dengan air secukupnya. Setelah itu airnya diminum selagi hangat dan ubinya bisa Anda makan. Lakukan secara teratur 2 kali sehari.

Tanamn Obat untuk Penyakit Anemia

jahe merahKalau Anda sering merasa pusing, lemas dan mata kunang-kunang, bisa jadi itu adalah gejala dari penyakit anemia.

Ya, Anemia disebabkan karena kekurangan sel darah merah, hal ini terjadi karena konsumsi makanan yang kurang begizi, menstruasi atau karena keadaan yang menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah banyak seperti luka, atau bersalin.

Hal ini tentunya tidak bagus untuk daya tahan tubuh. Namun ada ramuan atau tanaman obat yang bisa membantu menyembuhkan penyakit anemia.

* Jahe Merah
Bahan:
– Jahe Merah kering 5 gram

Cara membuatnya: cuci bersih jahe merah, potong tipis-tipis, kemudian rebus dengan 5 gelas air sampai tersisa 3 gelas. Minum 3 kali sehari, 1 gelas tiap kali minum.

* Bayam merah
Bahan:
– Bayam merah 60 gram
– 1 Kuning telur ayam kampung

Cara membuatnya: cuci bersih Bayam merah, kemudian rebus dengan air secukupnya, sajikan dengan 1 kuning telur ayam kampung. Lakukan 2 kali sehari secara teratur.

* Jombang
Bahan:
– Jombang 20-30 gram
– jeruk nipis

Cara membuatnya: cuci bersih jombang, kemudian rebus dengan air secukupnya. Tumbuk dan kemudian diperas. tambahkan sedikit air perasan jeruk nipis. Minum sekali sehari sampai sembuh

* Buah Buni
Bahan:
– buah buni 50 biji
– 2 jari asam kawak
– 1 jari rimpang kunyit
– 1 sendok Madu

Cara membuatnya: cuci semua bahan, kemudian tumbuk sampai halus, masukkan setengah gelas air matang dan 1 sendok makan madu. Aduk rata, kemudian di peras dan saring. Minum 2 atau 3 kali sehari

Tanaman Obat untuk Menyembuhkan Sariawan

pohon kelapaSariawan memang sangat menyakitkan, padahal lukanya cuman sedikit tapi perihnya bikin mata berair..hehe..
Namun di bawah ini ada obat sariawan dari tanaman obat yang patut dicoba.

– Obati sariawan dengan air kelapa, cukup air kelapanya diminum aau kalau bisa air kelapa hijau.

– Madu juga bisa digunakan untuk sariawan. cukup dioleskan pda bagian yang luka. Biasanya madu tergolong ampuh untuk mengatasi sariawan

– Getah daun jarak, oleskan getah nya pada bagian yang luka, sehingga sariawan bisa cepat kering dan tidak terasa sakit lagi.

– Ramuan daun jambu biji juga bisa untuk mengobati sariawan. Caranya ambil 1 genggam daun jambu biji yang segar atau pucuknya, dan 1 jari kulit batangnya. Kemudian direbus dalam 1 liter air. Saring dan kenudian minum 2 kali sehari.

– Daun sirih bisa juga untuk sariawan, cukup dengan mengunyah daun sirih yang sudah dicuci. Bisa dilakukan setiap hari sampai sariawan hilang.

Tanaman Obat untuk Wasir atau Ambeien

PISANGAmbeien atau wasir merupakan penyakit yang terjadi karena adanya infeksi atau pembengkakan pada usus besar.

Ambeien disebabkan karena kebiasaan minum air putih yang sedikit. Kurangnya minum air putih menyebabkan pembuangan air besar menjadi keras sehingga usus menjadi luka. Lambat laun usus tersebut kemudian akan menjadi bengkak karena sering mengalami luka.

Gejala dari penyakit ambeien ada beberapa indikasi tergantung dari tingkat keparahannya. Awalnya adalah keluhan-keluhan saat buang air besar seperti rasa panas, gatal, dan pedih juga nyeri di daerah sekitar anus.

Gejala lain adanya benjolan lunak di dubur dan jumlahnya bisa lebih dari satu dan setelah buang air besar terdapat tetesan darah segar di daerah dubur. Jika anda merasakan gejala-gejala ini maka segeralah melakukan penanganan dengan tanaman obat tradisional ampuh atasi ambeien ini.

Tape Singkong
Makanlah tape singkong yang benar-benar masak (sangat lembek) secara rutin 3 kali sehari. Lakukan kebiasaan ini walaupun gejala ambeien sudah menghilang. Beberapa literatur menyebutkan bahwa tape dari bahan lain seperti tape ketan putih atau tape ketan hitam juga bisa mengobati ambeien,bahkan ambeien yang sudah parah sekalipun. Konon ragi yang terkandung pada tape bisa menyehatkan pencernaan dan saluran pembuangan.

Jambu Biji
Cuci bersih beberapa lembar pucuk daun jambu batu muda dan 1 buah pisang batu yang tidak dikupas. Haluskan dan peras hingga mengeluarkan air. Minum air perasan tersebut setiap hari secara rutin sampai penyakit ambeien sembuh.

Pisang Ambon
Caranya 1 buah pisang ambon di blender dan ditambah dengan susu murni sebanyak satu gelas. Minum selama 3 gelas sehari secara teratur selama seminggu

Kangkung
Cuci kangkung dengan air hangat dan di blender halus, kemudian saring airnya. Setelah itu campur dengan satu butir telor ayam kampung dan garam dapur secukupnya. Aduk hingga rata. Minum sehari sekali sebelum tidur.

Pegagan
Bersihkan dan potong-potong 5 tanaman pegagan berikut akarnya. Tambahkan 1 cangkir air panas dan didihkan sekitar 5 menit. Biarkan dingin lalu minum sedikit demi sedikit 1 cangkir sehari.

Tanaman Obat untuk Penyakit Cacingan

TANAMAN OBATcacinganmembuat tubuh penderita nya kurus dan perut membuncit.Penyakit cacingan ini disebabkan oleh telur cacing yang masuk kedalam perut dan menetas menjadi anak cacing yang disebut larva. Takut juga ya membayangkannya.

Nah di dalam perut si larva ini nanti akan makan sari makanan, sehingga kita menjadi kurus meskipun kita banyak makannya.

Cacingan biasanya terjadi pada anak-anak yang tidak telaten dengan kebersihan. Biasanya telur cacing bersembunyi dibalik kuku. Jadi potonglah kuku secara teratur dan tetap menjaga kebersihan.

Berikut tanaman obat yang bisa untuk menyembuhkan penyakit cacingan:

* Akar Delima
Bahan:
– 7 gram akar delima

Cara membuatnya: Akar delima cuci bersih dipotong kecil rebus dengan segelas air matang selama 15 menit. Kemudian saring dan minum airnya sampai habis

* Daun Sirih
Bahan:
– 5 buah tangkai daun sirih
– 25 gram temu hitam
– 10 gram biji ketumbar
– 25 gram bangle

Cara membuatnya: Semua bahan di cuci bersih. 5 buah tangkai daun sirih diris tipis. kemudian direbus dengan 600cc air, hingga tersisa 300 cc. Minum air rebusannya selagi hangat. Lakukan secara teratur 2 kali sehari.

* Biji Jeruju
Bahan:
– biji jeruju 4-6 butir

Cara membuatnya: Biji jeruju ditumbuk halus, kemudian sedih dengan setengah gelas air panas. Dinginkan sebentar terus minum sampai habis. lakukan sekali sehari.

* kelapa
Bahan:
– 1/4 butit kelapa
– 1 buah wortel

Cara membuatnya: Semua bahan dicuci bersih kemudian diparut, campur dengan segelas air matang. Peras, saring dan minum sebelum tidur

* Krokot
Bahan:
– Krokot Segar

Cara membuatnya: Krokot dicuci bersih. kemudian direbus dengan 600cc air, hingga tersisa 300 cc. Minum air rebusannya selagi hangat. dan krokotnya dimakan. Lakukan secara teratur 2 kali sehari.

* Biji Pepaya (Obat Cacing Gelang)
Bahan:
– 2 sendok makan biji pepaya
– Madu

Cara membuatnya: biji pepaya dikeringkan, kemudian ditumbuk menjadi halus. Seduh dengan setengah gelas air dan tambahkan sedikit madu. Minum secara teratur 2 kali sehari.

* Daun Pepaya (Obat Cacing Kremi)
Bahan:
– 1 lembar daun pepaya
– 15 gram akar pohon bunga melati

Cara membuatnya: Semua bahan dicuci bersih. kemudian direbus dengan 600cc air, hingga tersisa 300 cc. Minum air rebusannya selagi hangat. Lakukan secara teratur 2 kali sehari

* Bawang Putih (Obat Cacing Kremi)
Bahan:
– bawang putih 3 butir
– 30 gram akar pepaya
– gula merah secukupnya

Cara membuatnya: Gula merah dipotong dan semua bahan dicuci bersih. kemudian direbus dengan 600cc air, hingga tersisa 300 cc. Minum air rebusannya selagi hangat. Lakukan secara teratur 2 kali sehari

Beberapa Manfaat Dan Fungsi Hutan Mangrove

mangrovePeranan, Manfaat dan Fungsi Hutan Magrove dalam kehidupan masyarakat yang hidup di daerah pesisir sangat banyak sekali. Baik itu langsung dirasakan oleh penduduk sekitar maupun peranan, manfaat dan fungsi yang tidak langsung dari hutan mangrove itu sendiri.

Tumbuhan yang hidup di hutan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob. Mangrove tersebar di seluruh lautan tropik dan subtropik, tumbuh hanya pada pantai yang terlindung dari gerakan gelombang; bila keadaan pantai sebaliknya, benih tidak mampu tumbuh dengan sempurna dan menancapkan akarnya.

Menurut kamus Webster, habitat didefinisikan sebagai “the natural abode of a plant or animal, esp. the particular location where it normally grows or lives, as the seacoast, desert, etc”. terjemahan bebasnya kira-kira adalah, tempat bermukim di alam bagi tumbuhan dan hewan terutama untuk bisa hidup dan tumbuh secara biasa dan normal, seperti pantai laut, padang pasir dan sebagainya. Salah satu tempat tinggal komunitas hewan dan tanaman adalah daerah pantai sebagai habitat mangrove. Di habitat ini bermukim pula hewan dan tanaman lain. Tidak semua habitat sama kondisinya, tergantung pada keaneka ragaman species dan daya dukung lingkungan hidupnya.

Telah banyak diketahui bahwa pulau, sebagai salah satu habitat komunitas mangrove, bersifat dinamis, artinya dapat berkembang meluas ataupun berubah mengecil bersamaan dengan berjalannya waktu. Bentuk dan luas pulau dapat berubah karena aktivitas proses vulkanik atau karena pergeseran lapisan dasar laut. Tetapi sedikit orang yang mengetahui bahwa mangrove berperan besar dalam dinamika perubahan pulau, bahkan cukup mengagetkan bila ada yang menyatakan bahwa mangrove itu dapat membentuk suatu pulau. Dikatakan bahwa mangrove berperan penting dalam ‘membentuk pulau’.

Beberapa berpendapat bahwa sebenarnya mangrove hanya berperan dalam menangkap, menyimpan, mempertahankan dan mengumpulkan benda dan partikel endapan dengan struktur akarnya yang lebat, sehingga lebih suka menyebutkan peran mangrove sebagai “shoreline stabilizer” daripada sebagai “island initiator” atau sebagai pembentuk pulau. Dalam proses ini yang terjadi adalah tanah di sekitar pohon mangrove tersebut menjadi lebih stabil dengan adanya mangrove tersebut. Peran mangrove sebagai barisan penjaga adalah melindungi zona perbatasan darat laut di sepanjang garis pantai dan menunjang kehidupan organisme lainnya di daerah yang dilindunginya tersebut. Hampir semua pulau di daerah tropis memiliki pohon mangrove.

Bila buah mangrove jatuh dari pohonnya kemudian terbawa air sampai menemukan tanah di lokasi lain tempat menetap buah tersebut akan tumbuh menjadi pohon baru. Di tempat ini, pohon mangrove akan tumbuh dan mengembangkan sistem perakarannya yang rapat dan kompleks. Di tempat tersebut bahan organik dan partikel endapan yang terbawa air akan terperangkap menyangkut pada akar mangrove. Proses ini akan berlangsung dari waktu ke waktu dan terjadi proses penstabilan tanah dan lumpur atau barisan pasir (sand bar). Melalui perjalanan waktu, semakin lama akan semakin bertambah jumlah pohon mangrove yang datang dan tumbuh di lokasi tanah ini, menguasai dan mempertahankan daerah habitat baru ini dari hempasan ombak laut yang akan meyapu lumpur dan pasir. Bila proses ini berjalan terus, hasil akhirnya adalah terbentuknya suatu pulau kecil yang mungkin akan terus berkembang dengan pertumbuhan berbagai jenis mangrove serta organisme lain dalam suatu ekosistem mangrove.

Dalam proses demikian inilah mangrove dikatakan sebagai bisa membentuk pulau. Sebagai barisan pertahanan pantai, mangrove menjadi bagian terbesar perisai terhadap hantaman gelombang laut di zona terluar daratan pulau. Hutan mangrove juga melindungi bagian dalam pulau secara efektif dari pengaruh gelombang dan badai yang terjadi. Mangrove merupakan pelindung dan sekaligus sumber nutrien bagi organisme yang hidup di tengahnya.

Daun mangrove yang jatuh akan terurai oleh bakteri tanah menghasilkan makanan bagi plankton dan merupakan nutrien bagi pertumbuhan algae laut. Plankton dan algae yang berkembang akan menjadi makanan bagi berbagai jenis organisme darat dan air di habitat yang bersangkutan. Demikianlah suatu ekosistem mangrove dapat terbentuk dan berkembang dari pertumbuhan biji mangrove.

Pada saat terjadi badai, mangrove memberikan perlindungan bagi pantai dan perahu yang bertambat. Sistem perakarannya yang kompleks, tangguh terhadap gelombang dan angin serta mencegah erosi pantai. Pada saat cuaca tenang akar mangrove mengumpulkan bahan yang terbawa air dan partikel endapan, memperlambat aliran arus air

Apabila mangrove ditebang atau diambil dari habitatnya di pantai maka akan dapat mengakibatkan hilangnya perlindungan terhadap erosi pantai oleh gelombang laut, dan menebarkan partikel endapan sehingga air laut menjadi keruh yang kemudian menyebabkan kematian pada ikan dan hewan sekitarnya karena kekurangan oksigen. Proses ini menyebabkan pula melambatnya pertumbuhan padang lamun (seagrass).

Ekosistem hutan mangrove memberikan banyak manfaat baik secara tidak langsung (non economic value) maupun secara langsung kepada kehidupan manusia (economic vallues). Beberapa manfaat mangrove antara lain adalah

  • Menumbuhkan pulau dan menstabilkan pantai.

Salah satu peran dan sekaligus manfaat ekosistem mangrove, adalah adanya sistem perakaran mangrove yang kompleks dan rapat, lebat dapat memerangkap sisa-sia bahan organik dan endapan yang terbawa air laut dari bagian daratan. Proses ini menyebabkan air laut terjaga kebersihannya dan dengan demikian memelihara kehidupan padang lamun (seagrass) dan terumbu karang. Karena proses ini maka mangrove seringkali dikatakan pembentuk daratan karena endapan dan tanah yang ditahannya menumbuhkan perkembangan garis pantai dari waktu ke waktu.

Pertumbuhan mangrove memperluas batas pantai dan memberikan kesempatan bagi tumbuhan terestrial hidup dan berkembang di wilayah daratan. Akar pohon mangrove juga menjaga pinggiran pantai dari bahaya erosi. Buah vivipar yang dapat berkelana terbawa air hingga menetap di dasar yang dangkal dapat berkembang dan menjadi kumpulan mangrove di habitat yang baru. Dalam kurun waktu yang panjang habitat baru ini dapat meluas menjadi pulau sendiri.

  • Menjernihkan air.

Akar pernafasan (akar pasak) dari api-api dan tancang bukan hanya berfungsi untuk pernafasan tanaman saja, tetapi berperan juga dalam menangkap endapan dan bisa membersihkan kandungan zat-zat kimia dari air yang datang dari daratan dan mengalir ke laut. Air sungai yang mengalir dari daratan seringkali membawa zat-zat kimia atau polutan. Bila air sungai melewati akar-akar pasak pohon api-api, zat-zat kimia tersebut dapat dilepaskan dan air yang terus mengalir ke laut menjadi bersih. Banyak penduduk melihat daerah ini sebagai lahan marginal yang tidak berguna sehingga menimbunnya dengan tanah agar lebih produktif. Hal ini sangat merugikan karena dapat menutup akar pernafasan dan menyebabkan pohon mati.

  • Mengawali rantai makanan.

Daun mangrove yang jatuh dan masuk ke dalam air. Setelah mencapai dasar teruraikan oleh mikro organisme (bakteri dan jamur). Hasil penguraian ini merupakan makanan bagi larva dan hewan kecil air yang pada gilirannya menjadi mangsa hewan yang lebih besar serta hewan darat yang bermukim atau berkunjung di habitat mangrove.

  • Melindungi dan memberi nutrisi.

Akar tongkat pohon mangrove memberi zat makanan dan menjadi daerah nursery bagi hewan ikan dan invertebrata yang hidup di sekitarnya. Ikan dan udang yang ditangkap di laut dan di daerah terumbu karang sebelum dewasa memerlukan perlindungan dari predator dan suplai nutrisi yang cukup di daerah mangrove ini. Berbagai jenis hewan darat berlindung atau singgah bertengger dan mencari makan di habitat mangrove.

  • Manfaat bagi manusia.

Masyarakat daerah pantai umumnya mengetahui bahwa hutan mangrove sangat berguna dan dapat dimanfaatkan dalam berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pohon mangrove adalah pohon berkayu yang kuat dan berdaun lebat. Mulai dari bagian akar, kulit kayu, batang pohon, daun dan bunganya semua dapat dimanfaatkan manusia. Beberapa kegunaan pohon mangrove yang langsung dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari antara lain adalah:

  • Tempat tambat kapal.

Daerah teluk yang terlidung seringkali dijadikan tempat berlabuh dan bertambatnya perahu. Dalam keadaan cuaca buruk pohon mangrove dapat dijadikan perlindungan dengan bagi perahu dan kapal dengan mengikatkannya pada batang pohon mangrove. Perlu diperhatikan agar cara tambat semacam ini tidak dijadikan kebiasaan karena dapat merusak batang pohon mangrove yang bersangkutan.

  • Obat-obatan.

Kulit batang pohonnya dapat dipakai untuk bahan pengawet dan obat-obatan. Macam-macam obat dapat dihasilkan dari tanaman mangrove. Campuran kulit batang beberapa species mangrove tertentu dapat dijadikan obat penyakit gatal atau peradangan pada kulit. Secara tradisional tanaman mangrove dipakai sebagai obat penawar gigitan ular, rematik, gangguan alat pencernaan dan lain-lain. Getah sejenis pohon yang berasosiasi dengan mangrove (blind-your-eye mangrove) atau Excoecaria agallocha dapat menyebabkan kebutaan sementara bila kena mata, akan tetapi cairan getah ini mengandung cairan kimia yang dapat berguna untuk mengobati sakit akibat sengatan hewan laut. Air buah dan kulit akar mangrove muda dapat dipakai mengusir nyamuk.

Air buah tancang dapat dipakai sebagai pembersih mata. Kulit pohon tancang digunakan secara tradisional sebagai obat sakit perut dan menurunkan panas. Di Kambodia bahan ini dipakai sebagai penawar racun ikan, buah tancang dapat membersihkan mata, obat sakit kulit dan di India dipakai menghentikan pendarahan. Daun mangrove bila di masukkan dalam air bisa dipakai dalam penangkapan ikan sebagai bahan pembius yang memabukkan ikan (stupefied).

  • Pengawet.

Buah pohon tancang dapat dijadikan bahan pewarna dan pengawet kain dan jaring dengan merendam dalam air rebusan buah tancang tersebut. Selain mengawetkan hasilnya juga pewarnaan menjadi coklat-merah sampai coklat tua, tergantung pekat dan lamanya merendam bahan. Pewarnaan ini banyak dipakai untuk produksi batik, untuk memperoleh pewarnaan jingga-coklat. Air rebusan kulit pohon tingi dipakai untuk mengawetkan bahan jaring payang oleh nelayan di daerah Labuhan, Banten.

  • Pakan dan makanan.

Daunnya banyak mengandung protein. Daun muda pohon api-api dapat dimakan sebagai sayur atau lalapan. Daun-daun ini dapat dijadikan tambahan untuk pakan ternak. Bunga mangrove jenis api-api mengandung banyak nectar atau cairan yang oleh tawon dapat dikonversi menjadi madu yang berkualitas tinggi. Buahnya pahit tetapi bila memasaknya hatihati dapat pula dimakan. .

  • Bahan mangrove dan bangunan.

Batang pohon mangrove banyak dijadikan bahan bakar baik sebagai kayu bakar atau dibuat dalam bentuk arang untuk kebutuhan rumah tangga dan industri kecil. Batang pohonnya berguna sebagai bahan bangunan. Bila pohon mangrove mencapai umur dan ukuran batang yang cukup tinggi, dapat dijadikan tiang utama atau lunas kapal layar dan dapat digunakan untuk balok konstruksi rumah tinggal. Batang kayunya yang kuat dan tahan air dipakai untuk bahan bangunan dan cerocok penguat tanah. Batang jenis tancang yang besar dan keras dapat dijadikan pilar, pile, tiang telepon atau bantalan jalan kereta api. Bagi nelayan kayu mangrove bisa juga untuk joran pancing. Kulit pohonnya dapat dibuat tali atau bahan jaring.

 

Beberapa manfaat dan fungsi hutan mangrove dapat dikelompokan sebagai berikut:

A. Manfaat / Fungsi Fisik :

  1. Menjaga agar garis pantai tetap stabil
  2. Melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi.
  3. Menahan badai/angin kencang dari laut
  4. Menahan hasil proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan terbentuknya lahan baru.
  5. Menjadi wilayah penyangga, serta berfungsi menyaring air laut menjadi air daratan yang tawar
  6. 6. Mengolah limbah beracun, penghasil O2 dan penyerap CO2.

B. Manfaat / Fungsi Biologis :

  1. Menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting bagi plankton, sehingga penting pula bagi keberlanjutan rantai makanan.
  2. Tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan udang.
  3. Tempat berlindung, bersarang dan berkembang biak dari burung dan satwa lain.
  4. Sumber plasma nutfah & sumber genetik.
  5. Merupakan habitat alami bagi berbagai jenis biota.

C. Manfaat / Fungsi Ekonomis :

  1. Penghasil kayu : bakar, arang, bahan bangunan.
  2. Penghasil bahan baku industri : pulp, tanin, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan, kosmetik, dll
  3. Penghasil bibit ikan, nener, kerang, kepiting, bandeng melalui pola tambak silvofishery
  4. Tempat wisata, penelitian & pendidikan.Peranan, Manfaat dan Fungsi Hutan Magrove dalam kehidupan masyarakat yang hidup di daerah pesisir sangat banyak sekali. Baik itu langsung dirasakan oleh penduduk sekitar maupun peranan, manfaat dan fungsi yang tidak langsung dari hutan mangrove itu sendiri.

    Tumbuhan yang hidup di hutan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor).

  5. Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob. Mangrove tersebar di seluruh lautan tropik dan subtropik, tumbuh hanya pada pantai yang terlindung dari gerakan gelombang; bila keadaan pantai sebaliknya, benih tidak mampu tumbuh dengan sempurna dan menancapkan akarnya.

    Menurut kamus Webster, habitat didefinisikan sebagai “the natural abode of a plant or animal, esp. the particular location where it normally grows or lives, as the seacoast, desert, etc”. terjemahan bebasnya kira-kira adalah, tempat bermukim di alam bagi tumbuhan dan hewan terutama untuk bisa hidup dan tumbuh secara biasa dan normal, seperti pantai laut, padang pasir dan sebagainya. Salah satu tempat tinggal komunitas hewan dan tanaman adalah daerah pantai sebagai habitat mangrove. Di habitat ini bermukim pula hewan dan tanaman lain. Tidak semua habitat sama kondisinya, tergantung pada keaneka ragaman species dan daya dukung lingkungan hidupnya.

    Telah banyak diketahui bahwa pulau, sebagai salah satu habitat komunitas mangrove, bersifat dinamis, artinya dapat berkembang meluas ataupun berubah mengecil bersamaan dengan berjalannya waktu. Bentuk dan luas pulau dapat berubah karena aktivitas proses vulkanik atau karena pergeseran lapisan dasar laut. Tetapi sedikit orang yang mengetahui bahwa mangrove berperan besar dalam dinamika perubahan pulau, bahkan cukup mengagetkan bila ada yang menyatakan bahwa mangrove itu dapat membentuk suatu pulau. Dikatakan bahwa mangrove berperan penting dalam ‘membentuk pulau’.

    Beberapa berpendapat bahwa sebenarnya mangrove hanya berperan dalam menangkap, menyimpan, mempertahankan dan mengumpulkan benda dan partikel endapan dengan struktur akarnya yang lebat, sehingga lebih suka menyebutkan peran mangrove sebagai “shoreline stabilizer” daripada sebagai “island initiator” atau sebagai pembentuk pulau. Dalam proses ini yang terjadi adalah tanah di sekitar pohon mangrove tersebut menjadi lebih stabil dengan adanya mangrove tersebut. Peran mangrove sebagai barisan penjaga adalah melindungi zona perbatasan darat laut di sepanjang garis pantai dan menunjang kehidupan organisme lainnya di daerah yang dilindunginya tersebut. Hampir semua pulau di daerah tropis memiliki pohon mangrove.

    Bila buah mangrove jatuh dari pohonnya kemudian terbawa air sampai menemukan tanah di lokasi lain tempat menetap buah tersebut akan tumbuh menjadi pohon baru. Di tempat ini, pohon mangrove akan tumbuh dan mengembangkan sistem perakarannya yang rapat dan kompleks. Di tempat tersebut bahan organik dan partikel endapan yang terbawa air akan terperangkap menyangkut pada akar mangrove. Proses ini akan berlangsung dari waktu ke waktu dan terjadi proses penstabilan tanah dan lumpur atau barisan pasir (sand bar). Melalui perjalanan waktu, semakin lama akan semakin bertambah jumlah pohon mangrove yang datang dan tumbuh di lokasi tanah ini, menguasai dan mempertahankan daerah habitat baru ini dari hempasan ombak laut yang akan meyapu lumpur dan pasir. Bila proses ini berjalan terus, hasil akhirnya adalah terbentuknya suatu pulau kecil yang mungkin akan terus berkembang dengan pertumbuhan berbagai jenis mangrove serta organisme lain dalam suatu ekosistem mangrove.

    Dalam proses demikian inilah mangrove dikatakan sebagai bisa membentuk pulau. Sebagai barisan pertahanan pantai, mangrove menjadi bagian terbesar perisai terhadap hantaman gelombang laut di zona terluar daratan pulau. Hutan mangrove juga melindungi bagian dalam pulau secara efektif dari pengaruh gelombang dan badai yang terjadi. Mangrove merupakan pelindung dan sekaligus sumber nutrien bagi organisme yang hidup di tengahnya.

    Daun mangrove yang jatuh akan terurai oleh bakteri tanah menghasilkan makanan bagi plankton dan merupakan nutrien bagi pertumbuhan algae laut. Plankton dan algae yang berkembang akan menjadi makanan bagi berbagai jenis organisme darat dan air di habitat yang bersangkutan. Demikianlah suatu ekosistem mangrove dapat terbentuk dan berkembang dari pertumbuhan biji mangrove.

  6.  Pada saat terjadi badai, mangrove memberikan perlindungan bagi pantai dan perahu yang bertambat. Sistem perakarannya yang kompleks, tangguh terhadap gelombang dan angin serta mencegah erosi pantai. Pada saat cuaca tenang akar mangrove mengumpulkan bahan yang terbawa air dan partikel endapan, memperlambat aliran arus air. Apabila mangrove ditebang atau diambil dari habitatnya di pantai maka akan dapat mengakibatkan hilangnya perlindungan terhadap erosi pantai oleh gelombang laut, dan menebarkan partikel endapan sehingga air laut menjadi keruh yang kemudian menyebabkan kematian pada ikan dan hewan sekitarnya karena kekurangan oksigen. Proses ini menyebabkan pula melambatnya pertumbuhan padang lamun (seagrass)

     

    Ekosistem hutan mangrove memberikan banyak manfaat baik secara tidak langsung (non economic value) maupun secara langsung kepada kehidupan manusia (economic vallues). Beberapa manfaat mangrove antara lain adalah:
    • Menumbuhkan pulau dan menstabilkan pantai.

    Salah satu peran dan sekaligus manfaat ekosistem mangrove, adalah adanya sistem perakaran mangrove yang kompleks dan rapat, lebat dapat memerangkap sisa-sia bahan organik dan endapan yang terbawa air laut dari bagian daratan. Proses ini menyebabkan air laut terjaga kebersihannya dan dengan demikian memelihara kehidupan padang lamun (seagrass) dan terumbu karang. Karena proses ini maka mangrove seringkali dikatakan pembentuk daratan karena endapan dan tanah yang ditahannya menumbuhkan perkembangan garis pantai dari waktu ke waktu. Pertumbuhan mangrove memperluas batas pantai dan memberikan kesempatan bagi tumbuhan terestrial hidup dan berkembang di wilayah daratan. Akar pohon mangrove juga menjaga pinggiran pantai dari bahaya erosi. Buah vivipar yang dapat berkelana terbawa air hingga menetap di dasar yang dangkal dapat berkembang dan menjadi kumpulan mangrove di habitat yang baru. Dalam kurun waktu yang panjang habitat baru ini dapat meluas menjadi pulau sendiri.

    • Menjernihkan air.

    Akar pernafasan (akar pasak) dari api-api dan tancang bukan hanya berfungsi untuk pernafasan tanaman saja, tetapi berperan juga dalam menangkap endapan dan bisa membersihkan kandungan zat-zat kimia dari air yang datang dari daratan dan mengalir ke laut. Air sungai yang mengalir dari daratan seringkali membawa zat-zat kimia atau polutan. Bila air sungai melewati akar-akar pasak pohon api-api, zat-zat kimia tersebut dapat dilepaskan dan air yang terus mengalir ke laut menjadi bersih. Banyak penduduk melihat daerah ini sebagai lahan marginal yang tidak berguna sehingga menimbunnya dengan tanah agar lebih produktif. Hal ini sangat merugikan karena dapat menutup akar pernafasan dan menyebabkan pohon mati.

    • Mengawali rantai makanan.

    Daun mangrove yang jatuh dan masuk ke dalam air. Setelah mencapai dasar teruraikan oleh mikro organisme (bakteri dan jamur). Hasil penguraian ini merupakan makanan bagi larva dan hewan kecil air yang pada gilirannya menjadi mangsa hewan yang lebih besar serta hewan darat yang bermukim atau berkunjung di habitat mangrove.

    • Melindungi dan memberi nutrisi.

    Akar tongkat pohon mangrove memberi zat makanan dan menjadi daerah nursery bagi hewan ikan dan invertebrata yang hidup di sekitarnya. Ikan dan udang yang ditangkap di laut dan di daerah terumbu karang sebelum dewasa memerlukan perlindungan dari predator dan suplai nutrisi yang cukup di daerah mangrove ini. Berbagai jenis hewan darat berlindung atau singgah bertengger dan mencari makan di habitat mangrove.

    • Manfaat bagi manusia.

    Masyarakat daerah pantai umumnya mengetahui bahwa hutan mangrove sangat berguna dan dapat dimanfaatkan dalam berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pohon mangrove adalah pohon berkayu yang kuat dan berdaun lebat. Mulai dari bagian akar, kulit kayu, batang pohon, daun dan bunganya semua dapat dimanfaatkan manusia. Beberapa kegunaan pohon mangrove yang langsung dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari antara lain adalah:

    • Tempat tambat kapal.

    Daerah teluk yang terlidung seringkali dijadikan tempat berlabuh dan bertambatnya perahu. Dalam keadaan cuaca buruk pohon mangrove dapat dijadikan perlindungan dengan bagi perahu dan kapal dengan mengikatkannya pada batang pohon mangrove. Perlu diperhatikan agar cara tambat semacam ini tidak dijadikan kebiasaan karena dapat merusak batang pohon mangrove yang bersangkutan.

    • Obat-obatan.

    Kulit batang pohonnya dapat dipakai untuk bahan pengawet dan obat-obatan. Macam-macam obat dapat dihasilkan dari tanaman mangrove. Campuran kulit batang beberapa species mangrove tertentu dapat dijadikan obat penyakit gatal atau peradangan pada kulit. Secara tradisional tanaman mangrove dipakai sebagai obat penawar gigitan ular, rematik, gangguan alat pencernaan dan lain-lain. Getah sejenis pohon yang berasosiasi dengan mangrove (blind-your-eye mangrove) atau Excoecaria agallocha dapat menyebabkan kebutaan sementara bila kena mata, akan tetapi cairan getah ini mengandung cairan kimia yang dapat berguna untuk mengobati sakit akibat sengatan hewan laut.

  7.  Air buah dan kulit akar mangrove muda dapat dipakai mengusir nyamuk. Air buah tancang dapat dipakai sebagai pembersih mata. Kulit pohon tancang digunakan secara tradisional sebagai obat sakit perut dan menurunkan panas. Di Kambodia bahan ini dipakai sebagai penawar racun ikan, buah tancang dapat membersihkan mata, obat sakit kulit dan di India dipakai menghentikan pendarahan. Daun mangrove bila di masukkan dalam air bisa dipakai dalam penangkapan ikan sebagai bahan pembius yang memabukkan ikan (stupefied).
    • Pengawet.

    Buah pohon tancang dapat dijadikan bahan pewarna dan pengawet kain dan jaring dengan merendam dalam air rebusan buah tancang tersebut. Selain mengawetkan hasilnya juga pewarnaan menjadi coklat-merah sampai coklat tua, tergantung pekat dan lamanya merendam bahan. Pewarnaan ini banyak dipakai untuk produksi batik, untuk memperoleh pewarnaan jingga-coklat. Air rebusan kulit pohon tingi dipakai untuk mengawetkan bahan jaring payang oleh nelayan di daerah Labuhan, Banten.

    • Pakan dan makanan.

    Daunnya banyak mengandung protein. Daun muda pohon api-api dapat dimakan sebagai sayur atau lalapan. Daun-daun ini dapat dijadikan tambahan untuk pakan ternak. Bunga mangrove jenis api-api mengandung banyak nectar atau cairan yang oleh tawon dapat dikonversi menjadi madu yang berkualitas tinggi. Buahnya pahit tetapi bila memasaknya hatihati dapat pula dimakan. .

    • Bahan mangrove dan bangunan.

    Batang pohon mangrove banyak dijadikan bahan bakar baik sebagai kayu bakar atau dibuat dalam bentuk arang untuk kebutuhan rumah tangga dan industri kecil. Batang pohonnya berguna sebagai bahan bangunan. Bila pohon mangrove mencapai umur dan ukuran batang yang cukup tinggi, dapat dijadikan tiang utama atau lunas kapal layar dan dapat digunakan untuk balok konstruksi rumah tinggal. Batang kayunya yang kuat dan tahan air dipakai untuk bahan bangunan dan cerocok penguat tanah. Batang jenis tancang yang besar dan keras dapat dijadikan pilar, pile, tiang telepon atau bantalan jalan kereta api. Bagi nelayan kayu mangrove bisa juga untuk joran pancing. Kulit pohonnya dapat dibuat tali atau bahan jaring.

     

    Beberapa manfaat dan fungsi hutan mangrove dapat dikelompokan sebagai berikut:

    A. Manfaat / Fungsi Fisik :

    1. Menjaga agar garis pantai tetap stabil
    2. Melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi.
    3. Menahan badai/angin kencang dari laut
    4. Menahan hasil proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan terbentuknya lahan baru.
    5. Menjadi wilayah penyangga, serta berfungsi menyaring air laut menjadi air daratan yang tawar
    6. 6. Mengolah limbah beracun, penghasil O2 dan penyerap CO2.

    B. Manfaat / Fungsi Biologis :

    1. Menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting bagi plankton, sehingga penting pula bagi keberlanjutan rantai makanan.
    2. Tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan udang.
    3. Tempat berlindung, bersarang dan berkembang biak dari burung dan satwa lain.
    4. Sumber plasma nutfah & sumber genetik.
    5. Merupakan habitat alami bagi berbagai jenis biota.

    C. Manfaat / Fungsi Ekonomis :

    1. Penghasil kayu : bakar, arang, bahan bangunan.
    2. Penghasil bahan baku industri : pulp, tanin, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan, kosmetik, dll
    3. Penghasil bibit ikan, nener, kerang, kepiting, bandeng melalui pola tambak silvofishery
    4. Tempat wisata, penelitian & pendidikan.

Penyebab Utama Defortasi Hutan

kehutananBanyak penyebab deforestasi secara fisik berhasil ditemukan dan dijadikan fokus bagi banyak penelitian yang bertujuan meminimasi kerusakan ekologis. Tetapi tidak semua penyebab degradasi dan hilangnya hutan dinyatakan secara langsung dan jelas; proses sosial serta kebijakan ekonomi juga mempunyai peranan penting. Upaya menyelesaikan berbagai faktor penyebab dan kaitan hubungan berbagai proses tersebut serta bagaimana pengaruhnya terhadap kondisi hutan dan penduduknya merupakan tantangan bagi para peneliti.

Kajian yang dilakukan CIFOR memberikan gambaran penting terhadap dampak pengaruh ekstra-sektoral seperti kebijakan ekonomi (khususnya program penyesuaian struktural) dan kemajuan teknologi di bidang pertanian dan sistem desentralisasi. Kebanyakan dari kegiatan ini terpusat di sekitar studi perbandingan perubahan makro ekonomi yang terjadi di Bolivia, Kamerun dan Indonesia. Penelitian serupa lainnya juga dilakukan di Afrika bagian Timur dan Selatan dan di Amerika Tengah.

Penulis juga mengulas metodologi serta hasil lebih dari 140 penelitian ekonomi deforestasi hutan. Mereka menyatakan bahwa banyak hasil temuan yang sebaiknya dipandang secara skeptis disebabkan buruknya kualitas data serta lemahnya rancangan studi. Akhir-akhir ini model ekonomi kuantitatif deforestasi menjadi sangat populer. Meskipun beberapa kajian di bidang ini menawarkan suatu gagasan pemikiran yang bermanfaat, dilain pihak penulis bahkan kurang sependapat karena pada umumnya pendekatan yang digunakan seperti model regresi nasional dan multi-negara manfaatnya terbatas. Mereka merekomendasikan suatu perubahan kearah kajian pada tingkat daerah dan penduduk/keluarga, yang mampu untuk lebih jauh menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan yang diambil oleh pihak yang terkait langsung dalam pembukaan dan pemanfaatan hutan.

Kegiatan lainnya yang berupaya untuk merombak atau melawan arus melalui proram penelitian ini adalah menangkal pandangan umum tentang intensifikasi pertanian serta dampaknya terhadap hutan. Paradigma konvensional yang ada saat ini adalah meningkatnya produktifitas pertanian yang disebabkan oleh kemajuan teknologi akan mengurangi tekanan terhadap sumberdaya hutan sehingga mendukung upaya-upaya konservasinya.

Tetapi peneliti CIFOR dalam hal ini banyak menemukan berbagai contoh dimana temuan baru di sektor pertanian bahkan menciptakan kesempatan baru bagi petani untuk membuka lahan lebih cepat dibandingkan dengan apa yang dilakukan sebelumnya. Hasil penelitian ini memberikan kesan bahwa penerapan teknologi padat modal (capital-intensive) yang cocok dengan kondisi kawasan lahan pertanian serta kegiatan produksi untuk keperluan ekspor cenderung akan meningkatkan konversi lahan hutan.

Karena program penyesuaian struktural mempunyai dampak yang besar terhadap hutan dan penduduk didalamnya maka CIFOR berusaha untuk menyelidiki pengaruh dari program-program tersebut serta membuat analisa kelayakan dari strategi alternatif yang ditawarkan. Hanya beberapa tahun yang lalu, penduduk miskin dan praktek perladangan/pertanian berpindah dipandang sebagai penyebab utama yang mendorong proses deforestasi. Tetapi bukti-bukti yang ada saat ini menyatakan bahwa faktor-faktor komersial dan perubahan makro ekonomi dapat memberikan pengaruh yang lebih besar.

Studi perbandingan yang dilakukan di Indonesia, Kamerun dan Bolivia menunjukkan bagaimana krisis ekonomi nasional serta kebijakan makroekonomi pemerintahan dapat mempengaruhi pola matapencaharian penduduk dan pemanfaatan hutan setempat. Dengan jalan mengkombinasikan metoda ilmu sosial dan data penginderaan jarak jauh di berbagai kasus, para peneliti mendapatkan jawaban atas beberapa pertanyaan utama seperti, apa yang mempengaruhi keputusan untuk bertani pada tingkat keluarga dan bagaimana hubungannya dengan pembukaan hutan.

Pada tahun 1998, Dr. David Kaimowitz dan Arilds Angelsen menerbitkan Economic Models of Tropical Deforstation: A Review, yang banyak menarik perhatian diantara para peneliti dan para pengambil kebijakan karena kesimpulannya yang dianggap provokatif. Disarikan dalam sebuah jurnal utama World Bank, tulisan ini meragukan banyak hipotesa konvensional tentang penyebab deforestasi.

Pada tahun 1998, para peneliti melakukan analisa terhadap hasil survey yang dilakukan di Kamerun untuk menentukan sejauh mana perubahan harga pasar dan devaluasi mata uang yang terjadi secara besar-besaran setelah adanya krisis ekonomi pada tahun 1980-an dapat mempengaruhi jenis-jenis tanaman yang ditanam oleh penduduk serta jumlah lahan yang dimanfaatkan. Salah satu temuan penting menyatakan bahwa pada saat harga pasar dunia jatuh, petani berskala kecil beralih kegiatan dari produksi ekspor misalnya coklat ke pertanian menetap, dan hal ini dilakukan dengan jalan membuka lebih banyak lahan hutan daripada memanfaatkan lahan yang sebelumnya sudah dibuka untuk pertanian. (Mereka tetap membiarkan lahan garapan tanaman ekspornya dengan harapan suatu saat harganya akan kembali tinggi). Proyek yang dikerjakan bekerjasama dengan Department of Overseas Development, United Kingdom ini juga menyelidiki berbagai aspek pengaruh kebijakan makro-ekonomi serta pengaruh berlakunya peraturan kehutanan yang baru di Kamerun.

Kecenderungan pola desentralisasi yang berlaku di beberapa negara tropis merupakan faktor ekstra-sektoral lainnya yang mempengaruhi bagaimana dan oleh siapa sumber-sumberdaya hutan dikelola. CIFOR beserta mitranya termasuk Center for Research on Labor and Agrarian Development (CEDLA) dan Bolivian Sustainable Forest Management Project (BOLFOR) melangsungkan kegiatan penelitian dalam rangka menentukan apakah desentralisasi pada akhirnya akan menguntungkan hutan dengan jalan merubah kembali sejarah sistem pengawasan yang dilakukan oleh penguasa yang cenderung meningkatkan pembukaan hutan dan degradasi lahan di dataran rendah Bolivia.

Temuan tahap awal menunjukkan bahwa sistim desentralisasi di Bolivia membawa manfaat bagi banyak penduduk miskin pedesaan di kawasan yang masih berhutan, termasuk meningkatnya akses terhadap sumberdaya hutan, terbatasnya perambahan hutan oleh perusahaan kayu besar dan peternak, serta banyaknya suara yang dapat ditampung dalam pembuatan keputusan.

Meskipun demikian, ada beberapa hambatan utama yang dapat mengurangi nilai pemanfaatan serta pengelolaannya secara lestari, termasuk lemahnya kemampuan teknis lokal, terbatasnya dukungan nasional serta masalah-masalah ke-organisasian yang muncul diantara penebang kayu skala-kecil.

HUTAN SEKUNDER

HUTANHutan sekunder yang muncul setelah dibukanya hutan alam untuk kegiatan peternakan dan pertanian merupakan fokus utama kegiatan penelitian CIFOR. Hal ini disebabkan oleh adanya bukti-bukti yang menyatakan bahwa hutan tersebut mampu mengantisipasi hilangnya hutan primer. Studi menunjukan bahwa hutan sekunder dapat dikelola untuk menyediakan berbagai produk yang biasanya didapat para petani kecil secara tradisionil dari hutan primer, disamping memberikan manfaat lingkungan seperti halnya hutan primer.

Hasil temuan ini mendorong peneliti untuk melakukan intervensi teknologi dan kebijakan dalam rangka menambah nilai hutan sekunder bagi para petani, dengan demikian mereka tergugah untuk tetap mempertahankan luasan kawasan hutan sekunder dan memperlambat proses perubahan kembali (re-conversion) lahan untuk penggunaan lainnya.

Sebagian besar penelitian di bidang ini dikerjakan di beberapa negara di Amerika Selatan, dibawah pengarahan Dr. Joyotee Smith dan Cesar Sabogal. Luasan hutan sekunder di Amerika Latin ini mencakup sekitar 165 juta hektar. Kegiatan ini dibiayai oleh Inter American Development Bank dan Spanish Agency for International Cooperation dan termasuk sebagian besar keterlibatan Tropical Agricultural Center for Research and Higher Education (CATIE).

Pada tahun 1998, salah satu hasil kegiatan program di Amazonian Peru ini melaporkan tentang temuannya yang sangat kontras dengan skenario deforestasi di negara tropis yang umumnya berkesan suram. Hasil studi menunjukan bahwa keberadaan sejumlah besar hutan sekunder di daerah ini sudah ada bahkan sejak beberapa dasawarsa setelah dimulainya pemukiman penduduk.

Implikasi ini sangat penting karena diperkirakan bahwa deforestasi yang berkaitan dengan praktek pertanian yang menganut pola tebang bakar (slash and burn) mungkin jauh lebih kecil dibanding dengan apa yang diyakini orang pada umumnya.

Para peneliti menemukan bahwa permudaan hutan sekunder pada lahan yang dibuka sebelumnya merupakan upaya untuk mengurangi pengaruh hilangnya hutan primer yang tersisa. Dengan berkembangnya hutan sekunder ini, maka lebih dari 1/3 lahan pertanian di kawasan studi tetap ditutupi oleh hutan setelah 3 atau 4 dasawarsa berkembangnya daerah perbatasan.

Kegiatan penelitian ini serta penelitian terkait lainnya di Brasil dan Nikaragua merupakan bagian dari upaya lebih luas untuk memahami dinamika hutan sekunder, yaitu bagaimana perubahan peran hutan sekunder seiring dengan berkembangnya daerah perbatasan pemukiman penduduk.

Lokasi studi di tiga negara tersebut dipilih untuk mewakili beberapa tahapan perkembangan daerah perbatasan yang berbeda, dimana penelitian tentang sosial ekonomi dan biofisiknya saat ini masih berjalan. Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan model bio-ekonomi untuk menganalisa sampai sejauh mana perubahan yang terjadi di berbagai faktor dapat mempengaruhi kemampuan perolehan keuntungan para petani kecil pengelola hutan dan berbagai pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penggunaan lahan.

Gagasan lain dalam program penelitian ini termasuk kajian untuk mengevaluasi penggunaan intervensi silvikultur dalam rangka meningkatkan produktifitas jenis-jenis kayu di hutan sekunder yang masih muda. Menyusul pilot studi di Costa Rica, percobaan yang sama juga dilakukan di Peru dan Nikaragua. CIFOR juga berupaya untuk mengkompilasikan sebuah buku yang dapat memberikan gambaran perbandingan antara logged over forest (hutan bekas tebangan) dengan second-growth forest (tegakan hutan sekunder) di tiga buah kawasan dunia serta kajian berbagai aspek yang berkaitan dengan pengelolaannya secara lestari.

 

BEBERAPA HASIL HUTAN NON KAYU

HUTANHasil hutan non-kayu sudah sejak lama masuk dalam komponen penting strategi penghidupan penduduk hutan. Saat ini, upaya untuk mempromosikan pemanfaatan hutan yang ramah lingkungan berhasil meningkatkan perhatian terhadap pemasaran dan pemungutan hasil hutan non-kayu sebagai suatu perangkat dalam mengembangkan konsep kelestarian. Meskipun demikian, tidak ada jaminan akan menghasilkan keluaran yang positif. Sebuah wadah besar kegiatan penelitian NTFP yang dilakukan oleh CIFOR dengan berbagai mitranya sangat membantu dalam menyediakan berbagai pengalaman bermanfaat mengenai hal-hal yang bisa dilakukan maupun yang tidak.Seperti dikemukakan oleh beberapa ilmuwan CIFOR dan yang lainnya bahwa sudah banyak penelitian yang dilakukan di bidang NTFP ini. Tetapi banyak pengetahuan yang selama ini dihasilkan hanya terpusat pada satu jenis produk, lokasi dan kelompok pengguna tertentu saja sehingga pemanfaatannya sangat terbatas. Sebaliknya, CIFOR lebih memusatkan kajiannya terhadap dinamika pola pemungutan, pemanfaatan dan perdagangan NTFP secara lebih luas terutama dalam kerangka perubahan sosial, ekonomi dan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, penemuan ini akan membawa kita pada pemahaman yang lebih baik lagi tentang peran atau potensi NTFP yang sesungguhnya sebagai alat dalam upaya pembangunan dan konservasi di berbagai kondisi situasi dan strategi.

Hal lain yang disoroti adalah sebuah publikasi berjudul “Incomes From the Forest: Methods for the Development and Conservation of Forest Products for Local Communities” atau “Penghasilan dari hutan: Metoda Pengembangan dan Konservasi Hasil-hasil hutan untuk kepentingan Masyarakat Lokal”. Buku ini ditulis berdasarkan beberapa studi yang dilakukan oleh beberapa lembaga yang menyumbangkan pengalaman pentingnya menyangkut penggunaan berbagai metoda untuk mengevaluasi pengembangan dan konservasi hasil-hasil hutan dalam konteks yang berbeda. Didalamnya juga dimuat kerangka pemikiran konsepsual yang menggambarkan rumitnya upaya pengembangan dan konservasi NTFP, dengan berbagai isu yang diarahkan pada berbagai tingkatan: rumah tangga, pasar, lembaga lokal dan hutan disekitarnya.

Pada tahun 1998 ini CIFOR juga memulai suatu kegiatan penelitian global yang dirancang untuk memberikan gambaran NTFP secara lebih luas dalam hubungannya dengan pola pemanfaatan lahan serta strategi penghidupan penduduk lokal. Pada tahap awal, dipelajari studi kasus yang meliputi sejumlah produk hasil hutan di Indonesia dengan tujuan menganalisa proses pengembangan dan pemanfaatan NTFP. Pada akhirnya diharapkan bahwa studi yang sama juga akan dilaksanakan di tiga lokasi penting di kawasan tropis, sehingga dapat diperoleh suatu bahan perbandingan berskala internasional yang mampu menghasilkan kesimpulan dengan dasar yang luas. Perbandingan global ini akan merupakan kegiatan penelitian penting CIFOR di bidang NTFP dalam beberapa tahun mendatang.Diantara kegiatan yang dilakukan di Indonesia, para peneliti menyelidiki potensi untuk memperbaiki kelangsungan hidup pertanian skala kecil yang memanfaatkan rotan dan kebun buah-buahan di daerah Kalimantan Timur yang saat ini sedang menghadapi perubahan-perubahan peraturan pemerintah. Rotan dahulunya merupakan hasil utama kawasan ini, tetapi produksi lokal mengalami kegagalan sejak diberlakukannya larangan ekspor rotan mentah pada akhir tahun 1980-an dalam rangka melindungi pasokan domestik.

Dr. Manuel R. Perez dan Dr. Brian Belcher dari CIFOR, Lembaga Penelitian Kehutanan Subtropika (Research Institute of Subtropical Forest) dan Pusat Penelitian Pengembangan dan Ekonomi Nasional China (China’s National Economic and Development Research Center) memprakarsai suatu kegiatan penelitian multi-aspek yang dibentuk sebagai bagian dari studi awal dinamika sektor bambu di Cina. Hasil temuannya saat ini sudah diterapkan oleh Departemen Kehutanan Cina (Chinese Ministry of Forestry) dalam melaksanaan kebijakan barunya dan upaya mendukung sektor bambu di Cina.

Studi perbandingan tentang agroforestry damar di Krui, Sumatra, dan pemungutan gaharu (kayu harum yang mengandung resin) di Kalimantan Timur telah selesai dilaksanakan pada tahun 1998. Dalam kajiannya para peneliti menemukan bahwa tingkat pendapatan yang diperoleh dari hasil-hasil hutan ternyata tidak cukup untuk digunakan sebagai alat untuk menduga apakah masyarakat cenderung untuk melestarikan sumber pendapatan tersebut atau terus menerus memanennya. Disamping itu, perlu dipahami aspek yang menyangkut masa depan pentingnya sumber pendapatan tersebut bagi penghidupan penduduk setempat. Dengan demikian, pendapatan rendah tetapi teratur yang diperoleh dari damar tampaknya dinilai lebih menguntungkan dibandingkan dengan pendapatan yang tinggi dari tanaman tahunan seperti kopi. Hal ini disebabkan pendapatan yang diperoleh dari damar dapat menjamin berlangsungnya ketersediaan pangan untuk kehidupan sehari-hari.

Salah satu fokus utama dalam penelitian pemungutan gaharu ini adalah munculnya pertanyaan yang lebih umum tentang bagaimana harga yang tinggi dapat mempengaruhi sistim insentif dalam mengelola NTPF secara lestari. Studi ini mengamati manfaat gaharu secara ekonomi bagi petani peladang berpindah suku Kenyah di tiga desa. Saat ini gaharu masih termasuk dalam urutan hasil hutan bernilai ekonomi tinggi yang diperdagangkan di seluruh dunia. Hasil temuan pada tahun 1998 ini menyebutkan bahwa sejak tahun 1993, harga yang dibayarkan kepada para pemungut di Kalimantan Timur untuk jenis berkualitas tinggi melonjak naik (belum pernah terjadi sebelumnya), dan saat ini merupakan masa pemungutan kayu gaharu yang paling intensif di sepanjang sejarah.

Kajian lainnya yang dilakukan di Indonesia yaitu pemungutan dan perdagangan minyak benzoin (resin pohon yang digunakan terutama untuk kemenyan, minyak wangi dan obat-obatan) yang tersebar luas di Sumatra Utara. Diantara temuan yang dihasilkan sampai saat ini menyatakan bahwa benzoin memegang peranan penting bagi penduduk berpendapatan menengah; dalam artian relatif dan mutlak, kelompok ini memperoleh penghasilan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok paling miskin. Hasil ini juga cocok dengan apa yang ditemukan pada kajian sektor bambu di Cina.

Mitra kerja utama CIFOR di Indonesia adalah Pusat Kehutanan Sosial di Universitas Mulawarman, Samarinda dan proyek FORRESASIA, sebuah program yang dibiayai Uni Eropa yang berkepentingan dengan strategi alternatif bagi pengembangan sumberdaya hutan. Penelitian yang dilakukan di Kalimantan dibangun dengan landasan kuat yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan terkait yang telah dilakukan di kawasan ini oleh lembaga kerja sama baik internasional maupun lokal, termasuk WWF-Indonesia, Forest Research and Development Agency (FORDA) dan Consortium for Community Forestry.Banyak kegiatan penelitian CIFOR tentang peranan hasil hutan dalam pembangunan juga sedang dikerjakan di Bolivia dan Zimbabwe. Tindak lanjut dari kegiatan ini akan lebih dipusatkan pada faktor-faktor keabsahan (legal), kelembagaan dan pemasaran yang mempengaruhi perdagangan NTFP di kedua negara tersebut, seperti contohnya, peraturan kehutanan yang baru, praktek kepemilikan lahan, struktur pedesaan serta kompetisi antar lembaga yang ada.

Penelitian yang dilakukan di bagian utara Bolivia berhasil menganalisa adanya perubahan dramatis yang terjadi dalam distribusi manfaat pemungutan NTFP setelah runtuhnya pasaran karet Brazilia sekitar tahun 1980-an. Pada peristiwa sebelumnya, seorang raja karet menggunakan kekuasaannya untuk mengontrol perdagangan melalui sistem “peonage” yaitu membiarkan para pekerja penyadap mempunyai hutang yang sangat besar sehingga sedikitpun tidak dapat mengambil keuntungan penjualan dari hasil hutan. Saat ini, kegiatan pemungutan dan pembuatan kacang Brazil merupakan satu-satunya sumber pendapatan paling penting bagi banyak penduduk di pedesaan. Pabrik-pabrik yang berada di dekat kota melakukan pengawasan terhadap proses pembuatan sedangkan penduduk hutan mendapatkan manfaat finansial dari kegiatan pemungutan kacang serta kerja musiman pengupasan kulit.

Penulis juga mengulas metodologi serta hasil lebih dari 140 penelitian ekonomi deforestasi hutan. Mereka menyatakan bahwa banyak hasil temuan yang sebaiknya dipandang secara skeptis disebabkan buruknya kualitas data serta lemahnya rancangan studi. Akhir-akhir ini model ekonomi kuantitatif deforestasi menjadi sangat populer. Meskipun beberapa kajian di bidang ini menawarkan suatu gagasan pemikiran yang bermanfaat, dilain pihak penulis bahkan kurang sependapat karena pada umumnya pendekatan yang digunakan seperti model regresi nasional dan multi-negara manfaatnya terbatas. Mereka merekomendasikan suatu perubahan kearah kajian pada tingkat daerah dan penduduk/keluarga, yang mampu untuk lebih jauh menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan yang diambil oleh pihak yang terkait langsung dalam pembukaan dan pemanfaatan hutan.

Kegiatan lainnya yang berupaya untuk merombak atau melawan arus melalui proram penelitian ini adalah menangkal pandangan umum tentang intensifikasi pertanian serta dampaknya terhadap hutan. Paradigma konvensional yang ada saat ini adalah meningkatnya produktifitas pertanian yang disebabkan oleh kemajuan teknologi akan mengurangi tekanan terhadap sumberdaya hutan sehingga mendukung upaya-upaya konservasinya. Tetapi peneliti CIFOR dalam hal ini banyak menemukan berbagai contoh dimana temuan baru di sektor pertanian bahkan menciptakan kesempatan baru bagi petani untuk membuka lahan lebih cepat dibandingkan dengan apa yang dilakukan sebelumnya. Hasil penelitian ini memberikan kesan bahwa penerapan teknologi padat modal (capital-intensive) yang cocok dengan kondisi kawasan lahan pertanian serta kegiatan produksi untuk keperluan ekspor cenderung akan meningkatkan konversi lahan hutan.

Karena program penyesuaian struktural mempunyai dampak yang besar terhadap hutan dan penduduk didalamnya maka CIFOR berusaha untuk menyelidiki pengaruh dari program-program tersebut serta membuat analisa kelayakan dari strategi alternatif yang ditawarkan. Hanya beberapa tahun yang lalu, penduduk miskin dan praktek perladangan/pertanian berpindah dipandang sebagai penyebab utama yang mendorong proses deforestasi. Tetapi bukti-bukti yang ada saat ini menyatakan bahwa faktor-faktor komersial dan perubahan makro ekonomi dapat memberikan pengaruh yang lebih besar.

Studi perbandingan yang dilakukan di Indonesia, Kamerun dan Bolivia menunjukkan bagaimana krisis ekonomi nasional serta kebijakan makroekonomi pemerintahan dapat mempengaruhi pola matapencaharian penduduk dan pemanfaatan hutan setempat. Dengan jalan mengkombinasikan metoda ilmu sosial dan data penginderaan jarak jauh di berbagai kasus, para peneliti mendapatkan jawaban atas beberapa pertanyaan utama seperti, apa yang mempengaruhi keputusan untuk bertani pada tingkat keluarga dan bagaimana hubungannya dengan pembukaan hutan.

Di Zimbabwe, CIFOR berperan serta dalam melakukan analisis ekonomi dan pengaruh ekologi pesatnya industri kerajian yang memerikan peluang bagi sumber pendapatan ribuan penduduk pedesaan. Proyek ini mendapatkan bantuan dari CAMPFIRE, sebuah program dari U.S. Agency for International Development yang mempromosikan upaya perlindungan bagi kawasan yang secara biologis terancam. Upaya ini dilakukan dengan menggalang dukungan masyarakat lokal untuk dapat memperoleh keuntungan melalui eko-turisme yang menonjolkan satwa liar dan komersialisasi sumberdaya alam. Industri kerajinan di Zimbabwe dipandang kontroversial karena adanya kekuatiran saat ini berkaitan dengan menysuutnya beberapa jenis pohon asli sebagai bahan baku kayu. Studi yang dilakukan oleh CIFOR dan mitra kerjanya berusaha menyelidiki isu yang berkaitan dengan pasokan kayu lokal yang dikelola secara lestari, termasuk pembaharuan peraturan, insentif ekonomi untuk melakukan perubahan dan perean serta lokal dalam memikirkan solusi yang sifatnya membangun.

Pada tahun 1998 kegiatan lapangan NTFP di bagian barat Brazilian Amazon mulai dikerjakan, dan juga analisa spasial bagi Alto Juara Extractive Reserve. Hasil sementara menunjukkan adanya perubahan pola pemukiman di dalam kawasan reservasi dimana para penyadap karet bergerak dari daerah pedalaman dan hulu sungai ke arah pinggiran sungai yang mudah dicapai. Tampak pula adanya perubahan basis perekonomian daerah. Peran karet mengalami penurunan, sementara beberapa tanaman tahunan, ternak dan pendapatan yang berasal dari sektor ke-tiga (seperti upah pensiun, kesehatan dan sekolah) mampu meningkatkan kontribusi mereka terhadap produksi kawasan.

Do Zona Hutan Basah Kamerun, sebuah program penelitian NTFP yang dilakukan CIFOR berhasil menjelaskan situasi yang tidak terduga dengan menunjukkan bahwa kaum perempuan di kawasan ini ternyata memegang peranan yang sangat kuat dalam produksi dan perdagangan NTFP jika dibandingkan dengan perannya yang sangat terbatas dalam pengambilan keputusan. Meskipun perdagangan NTFP di Kamerun secara resmi diatur oleh peraturan lokal, perempuan ternayata mempunyai kontrol yang kuat terhadap pasar, demikian pula kaitannya dengan pola simpan pinjam yang umumnya digunakan untuk membiayai usaha perdagangan NTFP.

Temuan ini mempunyai implikasi bagi perubahan kebijakan sosial ekonomi dan pengelolaan hutan lestari di Kamerun – dan juga kawasan tropis lainnya – karena perdagangan NTFP ini tampaknya menjadi strategi pendapatan bagi kaum perempuan, yang merupakan gambaran kebanyakan penduduk hutan yang miskin di daerah pedesaan Kamerun tetapi umumnya tidak diakui dalam hal kepemilikan lahan dan jaminan akses terhadap sumberdaya hutan.

Penelitian ini juga menunjukkan pentingnya peran pasar NTFP dalam degradasi hutan, dan digarisbawahi pula sulitnya pencapaian keseimbangan di antara meningktakan penghidupan masyarakat yang tergantung pada hutan dan upaya konservasi. Tampak meningkatnya ketergantungan penduduk pedesaan pada tanaman obat-obatan disebabkan oleh timbulnya krisis ekonomi dan devaluasi CFA franc.

Kemenhun koreksi peta indikasi moratorium hutan

hutanKementerian Kehutanan mengoreksi luas kawasan hutan yang terkena moratorium pemanfaatan hutan dalam peta indikatif penundaan izin baru revisi II.Menurut Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, kawasan hutan yang tercakup penangguhan pemanfaatan seluas menjadi 65.282.006 hektare, bukan 65.753.810 hektare seperti yang sebelumnya dikeluarkan Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4).
Kepada pers di Jakarta, Kamis, Zulkifli mengatakan bahwa luas kawasan yang tercakup program moratorium pemanfaatan hutan berkurang 92.245 hektare dari revisi I pada November tahun lalu yang total luasnya 65.374.251 hektare.

Direktur Jenderal Planologi Kementerian Kehutanan Bambang Soepijanto mengatakan perbedaan luasan kawasan moratorium pemanfaatan hutan pada peta indikatif Kementerian Kehutanan dan UKP4 terjadi karena perbedaan teknik perhitungan data.
“UKP4 masih memasukkan izin HGU seluas 463.962 hektare yang sudah dilepas oleh Kementerian Kehutanan sehingga ada selisih dan perbedaan data,” katanya.Menurut Zulkifli, Kementerian Kehutanan mendapatkan luas kawasan moratorium pemanfaatan hutan pada peta revisi II setelah memperoleh data pengurangan luas hutan sebesar 125.961 hektare dan penambahan luas hutan areal konsesi gambut Rawa Tripa di Aceh sebesar 33.716 hektare.
“Kami adakan survei lahan gambut, konfirmasi bupati dan pemegang izin lokasi, hasil survei hutan primer, data pelepasan kawasan hutan dan pemutakhiran bidang tanah rekomendasi Badan Pertanahan Nasional,” kata dia.(tri)

Panduan Lengkap Cara Pemilihan Bibit Ayam Buras

ayam burasPENDAHULUAN

Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung di Indonesia berkembang pesat dan telah banyak dipelihara oleh peternak-peternak maupun masyarakat umum sebagai usaha untuk pemanfaatan pekarangan, pemenuhan gizi keluarga serta meningkatkan pendapatan.
Dikarenakan dengan pemeliharaan sistem tradisional, produksi telur ayam buras sangat rendah, ± 60 butir/tahun/ekor. Berat badan pejantan tak lebih dari 1,9 kg dan betina ± 1,2 ~ 1,5 kg, maka perlu diintensifkan. Pemeliharaan yang intensif pada ayam buras, dapat meningkatkan produksi telur dan daging, dapatmencegah wabah penyakit dan memudahkan tata laksana.
Sistem pemeliharaan ayam buras meliputi : bibit, pemeliharaan, perkandangan, pakan dan pencegahan penyakit.
2. BIBIT
Ciri-ciri bibit yang baik :
  1. Ayam jantan
    • Badan kuat dan panjang.
    • Tulang supit rapat.
    • Sayap kuat dan bulu-bulunya teratur rapih.
    • Paruh bersih.
    • Mata jernih.
    • Kaki dan kuku bersih, sisik-sisik teratur.
    • Terdapat taji.
  2. Ayam betina (petelur) yang baik
    • Kepala halus.
    • Matanya terang/jernih.
    • Mukanya sedang (tidak terlalu lebar).
    • Paruh pendek dan kuat.
    • Jengger dan pial halus.
    • Badannya cukup besar dan perutnya luas.
    • Jarak antara tulang dada dan tulang belakang ± 4 jari.
    • Jarak antara tulang pubis ± 3 jari.

3. PEMELIHARAAN
Ada 3 (tiga) sistem pemeliharaan :

  1. Ekstensif (pemeliharaan secara tradisional = ayam dilepas dan mencari pakan sendiri).
  2. Semi intensif (ayam kadang-kadang diberi pakan tambahan).
  3. Intensif (ayam dikandangkan dan diberi pakan).

Apabila dibedakan dari umurnya, ada beberapa macam pemeliharaan, yaitu :

  1. Pemeliharaan anak ayam (starter) : 0 – 6 minggu, dimana anak ayam sepenuhnya diserahkan kepada induk atau induk buatan.
  2. Pemeliharaan ayam dara (grower) : 6 – 20 minggu.
  3. Pemeliharaan masa bertelur (layer) : 21 minggu sampai afkir (…. 2 tahun).

Untuk memperoleh telur tetas yang baik, diperlukan 1 (satu) ekor pejantan melayani 9 (sembilan) ekor betina, sedangkan untuk menghasilkan telur konsumsi, pejantan tidak diperlukan.
4. PERKANDANGAN
Fungsi kandang yaitu :

  1. Untuk tempat berteduh dari panas dan hujan.
  2. Sebagai tempat bermalam.
  3. Untuk memudahkan tata laksana.

Syarat kandang yang baik, yaitu :

  1. Cukup mendapat sinar matahari.
  2. Cukup mendapat angin atau udara segar.
  3. Jauh dari kediaman rumah sendiri.
  4. Bersih.
  5. Sesuai kebutuhan (umur dan keadannya).
  6. Kepadatan yang sesuai.
  7. Kandang dibuat dari bahan yang murah, mudah didapat dan tahan lama.

Kepadatan kandang :

  1. Anak ayam beserta induk : 1 – 2 m 2 untuk 20 – 25 ekor anak ayam dan 1 – 2 induk.
  2. Ayam dara 1 m 2 untuk 14 – 16 ekor.
  3. Ayam masa bertelur, 1 – 2 m 2 untuk 6 ekor dan pejantan 1 ekor.

5. PAKAN
Zat-zat makanan yang dibutuhkan terdiri dari : protein, energi, vitamin, mineral dan air. Adapun konsumsi pakan adalah sebagai berikut :

  • Anak ayam dara 15 gram/hari
  • Minggu I-III 30 gram/hari
  • Minggu III-V 60 gram/hari
  • Minggu VI sampai menjelang bertelur 80 gram/hari
  • Induk 100 gram/hari

Pemberian pakan adalah sehari dua kali, yaitu pagi dan sore, sedangkan air minum diberikan setiap saat.
6. PENYAKIT DAN PENCEGAHAN

  1. ND = Necastle Desease = Tetelo
    Pencegahan: lakukan vaksinasi ND secara teratur pada umur 4 hari, 4 minggu dan 4 bulan diulangi lagi setiap 4 bulan sekali.
  2. Cacingan
    Pencegahan : hindarkan pemeliharaan tradisional.
  3. CRD (pernafasan)
    Pengobatan : Chlortetacyclin (dosis 100-200 gr/ton ransum) atau tylosin (dosis 800 -1000 gr/ton ransum).
  4. Berak Darah
    Pengobatan : Prepara Sulfa atau anyrolium dilarutkan dalam air minum, dosis 0,012 -0,024% untuk 3 – 5 hari.
  5. Pilek
    Pengobatan : sulfadimetoxine 0,05% dilarutkan dalam air minum selama 5 -7 hari.
  6. Cacar
    Pencegahannya : vaksinasi 1 kali setelah lepas induk.

7. ANALISA USAHA AYAM BURAS

  1. Pengeluaran
    1. Bibit: 100 ekr x Rp. 12.000,- —————————–> Rp. 1.200.000,-
    2. Pakan100 ekr x 360 hr x 100 gr x Rp. 491,- / 1000 ——> Rp. 1.767.600,-
    3. Penyusutan kandang/th Rp. 500.000: Rp. 50.000/2 th —–> Rp. 225.000,-
    4. Tenaga kerja: 12 x Rp. 150.000,- /bulan ——————> Rp. 1.800.000,-
    5. Vaksin dan Obat: 100 ekr x 4 kali x Rp. 50,- ————-> Rp. 20.000,-
      Total ——————————————————> Rp. 5.012.600,-
  2. Pendapatan
    1. Penjualan telur/th 95%x100 ek x 25% x 360 hr x Rp. 300,- —–> Rp 2.565.000,-
    2. Penjualan kotoran ayam/th 25 grx95 ekrx360 x Rp. 2.000,- —–> Rp. 34.200,-
    3. Penjualan ayam afkir: 95 ekr x Rp. 13.500,- ———————> Rp. 1.282.500,-
      Total ————————————————————> Rp. 3.881.700,-
  3. Penghasilan/tahun: pendapatan – pengeluaran – Rp. 1.130.900,-
    Karena keuntungannya negatif, maka sebaiknya untuk pemeliharaan 100 ekor ayam, tenaga kerja cukup ditangani oleh peternak, sehingga biaya untuk tenaga kerja Rp. 0,-. Dengan kata lain, untuk pemeliharaan 100 ekor ayam :

    1. Pengeluaran Rp. 3.212.600,-
    2. Pendapatan Rp. 3.881.700,-
    3. Keuntungan Rp. 669.100,-
      keuntungan/bln Rp. 55.758,-

Asumsi harga pasaran bulan Februari 1996

  1. Harga bibit siap telur/ekor Rp. 12.000,-
  2. Harga telur/butir Rp. 300,-
  3. Harga pakan, dengan susunan:
    • 30 kg pakan Rp. 300,- /kg
    • 50 kg pakan layer (441) Rp. 605,- /kg
    • 1 kg mineral Rp. 500,- /kg
  4. Harga ayam apkir Rp. 13.500,-
  5. Harga kotoran ayam 1 karung (50 kg) Rp. 2.000,-
  6. Mortalitas (kematian) 5%
  7. Produktivitas telur 25%
  8. Biaya kandang ayam perekor Rp . 5.000,-
  9. Biaya vaksin & obat perekor Rp. 50,-

8. SUMBER
Brosur Intensifikasi Ternak Ayam Buras, Dinas Peternakan, Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Jakarta (tahun 1996).
9. KONTAK HUBUNGAN
Dinas Peternakan, Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Jl. Gunung Sahari Raya No. 11 Jakarta Pusat, Tel. (021) 626 7276, 639 3771 atau 600 7252 Pes. 202.


PEMILIHAN BIBIT AYAM BURAS
  1. KELUARAN
    Teknik pembibitan bibit ayam buras yang baik
  2. PEDOMAN TEKNIS
    1. Calon induk betina:
      • sehat dan tidak cacat
      • lincah dan gesit
      • mata bening dan bulat
      • rongga perut elastis
      • tidak mempunyai sifat kanibal
      • bebas dari penyakit
      • umur 5 – 12 bulan.
    2. Calon pejantan:
      • sehat dan tidak cacat
      • penampilan tegap
      • bulu halus dan mengkilap
      • tidak mempunyai sifat kanibal
      • umur 8 – 24 bulan.
        Jumlah induk dan pejantan disesuaikan dengan kondisi dan umurnya antara 8 – 10 : 1
  3. SUMBER
    Hompage Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001
  4. KONTAK HUBUNGAN
    Departemen Pertanian RI, Jalan Harsono RM No. 3, Ragunan – Pasar Minggu, Jakarta 12550 – Indonesia


PENETASAN ALAMI AYAM BURAS
  1. KELUARAN
    Sangkar tetas dengan hasil daya tetas tinggi.
  2. BAHAN
    Bambu, kawat, paku, rumput kering.
  3. ALAT
    Gergaji, pisau serut, palu, tang, dll.
  4. PEDOMAN TEKNIS
    1. Sangkar penetasan dibuat dari bambu berbentuk kerucut dengan suhu penetasan dalam sangkar pengeraman cukup baik.
    2. Cara pembuatan
      1. Potong bambu berdiameter 25 – 50 cm sepanjang 125 cm, 1/3 bagian harus berada di atas ruas sedangkan yang 2/3 bagiannya sebagai tiang
        penyangga.
      2. satu pertiga dari bambu bagian atas dibelah-belah kecil ( 1-1,5 cm), dihaluskan, kemudian dianyam dengan belahan bambu tipis, dimulai dari
        bagian ujung bawah belahan bambu, sehingga berbentuk kerucut.
      3. Bagian ujung paling atas diikat dengan kawat tali, agar ayaman tidak lepas.
      4. Sangkar diletakkan di tempat yang aman dan jauh dari keramaian dan terhindar dari gangguan hewan liar.
      5. Bagian bawah sangkar dialasi dengan rumput kering, yang merupakan alas/tempat diletakkannya telur dan sekaligus sebagai tempat penetasan.
    3. Sangkar penetasan kerucut ini menghasilkan daya tetas telur 77,37 %, kematian embriyo 16,64 %, suhu maksimum 102,3°C dan suhu minimum 83,5°C

Tehnik Lengkap Cara Budidaya Ternak Kambing

  1. KELUARAN
    Ternak kambing produksi optimal
  2. BAHAN
    Kambing, pakan, peralatan konstruksi kandang, lahan
  3. ALAT
    Tempat pakan/minum
  4. PEDOMAN TEKNIS
    1. Jenis kambing asli di Indonesia adalah kambing kacang dan kambing peranakan etawa (PE)
    2. Memilih bibit
      Pemilihan bibit diperlukan untuk menghasilkan keturunan yang lebih baik. Pemilihan calon bibit dianjurkan di daerah setempat, bebas dari penyakit dengan phenotype baik.

      1. Calon induk
        Umur berkisar antara > 12 bulan, (2 buah gigi seri tetap), tingkat kesuburan reproduksi sedang, sifat keindukan baik, tubuh tidak cacat, berasal dari keturunan kembar (kembar dua), jumlah puting dua buah dan berat badan > 20 kg.
      2. Calon pejantan
        Pejantan mempunyai penampilan bagus dan besar, umur > 1,5 tahun, (gigi seri tetap), keturunan kembar, mempunyai nafsu kawin besar, sehat dan tidak cacat.
    3. Pakan
      1. Ternak kambing menyukai macam-macam daun-daunan sebagai pakan dasar dan pakan tambahan (konsentrat).
      2. Pakan tambahan dapat disusun dari (bungkil kalapa, bungkil kedelai), dedak, tepung ikan ditambah mineral dan vitamin.
      3. Pakan dasar umumnya adalah rumput kayangan, daun lamtoro, gamal, daun nangka, dsb.
      4. Pemberian hijauan sebaiknya mencapai 3 % berat badan (dasar bahan kering) atau 10 – 15 % berat badan (dasar bahan segar)
    4. Pemberian pakan induk
      Selain campuran hijauan, pakan tambahan perlu diberikan saat bunting tua dan baru melahirkan, sekitar 1 1/2 % berat badan dengan kandungan protein 16 %.
    5. Kandang
      Pada prinsipnya bentuk, bahan dan konstruksi kandang kambing berukuran 1 1/2 m² untuk induk secara individu. Pejantan dipisahkan dengan ukuran kandang 2 m², sedang anak lepas sapih disatukan (umur 3 bulan) dengan ukuran 1 m/ekor. tinggi penyekat 1 1/2 – 2 X tinggi ternak.
    6. Pencegahan penyakit : sebelum ternak dikandangkan, kambing harus dibebaskan dari parasit internal dengan pemberian obat cacing, dan parasit eksternal dengan dimandikan.
  5. SUMBER
    Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id.
  6. KONTAK HUBUNGAN
    Departemen Pertanian RI, Jalan Harsono RM No. 3, Ragunan – Pasar Minggu, Jakarta 12550 – Indonesia

TERNAK KAMBING
  1. PENDAHULUAN
    Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu, kotoran maupun kulitnya) relatif mudah. Meskipun secara tradisional telah memberikan hasil yang lumayan, jika pemeliharaannya ditingkatkan (menjadi semi intensif atau intensif), pertambahan berat badannya dapat mencapai 50 – 150 gram per hari. Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam usaha ternak kambing, yaitu: bibit, makanan, dan tata laksana.
  2. BIBIT
    Pemilihan bibit harus disesuaikan dengan tujuan dari usaha, apakah untuk pedaging, atau perah (misalnya: kambing kacang untuk produksi daging, kambing etawah untuk produksi susu, dll). Secara umum ciri bibit yang baik adalah yang berbadan sehat, tidak cacat, bulu bersih dan mengkilat, daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan.

    • Ciri untuk calon induk:
      1. Tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus, tubuh besar, tapi tidak terlalu gemuk.
      2. Jinak dan sorot matanya ramah.
      3. Kaki lurus dan tumit tinggi.
      4. Gigi lengkap, mampu merumput dengan baik (efisien), rahang atas dan bawah rata.
      5. Dari keturunan kembar atau dilahirkan tunggal tapi dari induk yang muda.
      6. Ambing simetris, tidak menggantung dan berputing 2 buah.
    • Ciri untuk calon pejantan :
      1. Tubuh besar dan panjang dengan bagian belakang lebih besar dan lebih tinggi, dada lebar, tidak terlalu gemuk, gagah, aktif dan memiliki libido (nafsu kawin) tinggi.
      2. Kaki lurus dan kuat.
      3. Dari keturunan kembar.
      4. Umur antara 1,5 sampai 3 tahun.
  3. MAKANAN
    Jenis dan cara pemberiannya disesuaikan dengan umur dan kondisi ternak. Pakan yang diberikan harus cukup protein, karbohidrat, vitamin dan mineral, mudah dicerna, tidak beracun dan disukai ternak, murah dan mudah diperoleh. Pada dasarnya ada dua macam makanan, yaitu hijauan (berbagai jenis rumput) dan makan tambahan (berasal dari kacang-kacangan, tepung ikan, bungkil kelapa, vitamin dan mineral).
    Cara pemberiannya :

    • Diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore), berat rumput 10% dari berat badan kambing, berikan juga air minum 1,5 – 2,5 liter per ekor per hari, dan garam berjodium secukupnya.
    • Untuk kambing bunting, induk menyusui, kambing perah dan pejantan yang sering dikawinkan perlu ditambahkan makanan penguat dalam bentuk bubur sebanyak 0,5 – 1 kg/ekor/hari.
  4. TATA LAKSANA
    1. Kandang

      Harus segar (ventilasi baik, cukup cahaya matahari, bersih, dan minimal berjarak 5 meter dari rumah).
      Ukuran kandang yang biasa digunakan adalah :
      Kandang beranak : 120 cm x 120 cm /ekor
      Kandang induk : 100 cm x 125 cm /ekor
      Kandang anak : 100 cm x 125 cm /ekor
      Kandang pejantan : 110 cm x 125 cm /ekor
      Kandang dara/dewasa : 100 cm x 125 cm /ekor

    2. Pengelolaan reproduksi
      Diusahakan agar kambing bisa beranak minimal 3 kali dalam dua tahun.
      Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :

      1. Kambing mencapai dewasa kelamin pada umur 6 s/d 10 bulan, dan sebaiknya dikawinkan pada umur 10-12 bulan atau saat bobot badan
        mencapai 55 – 60 kg.
      2. Lama birahi 24 – 45 jam, siklus birahi berselang selama 17 – 21 hari.
      3. Tanda-tanda birahi : gelisah, nafsu makan dan minum menurun, ekor sering dikibaskan, sering kencing, kemaluan bengkak dan mau/diam bila
        dinaiki.
      4. Ratio jantan dan betina = 1 : 10
        Saat yang tepat untuk mengawinkan kambing adalah :

        1. Masa bunting 144 – 156 hari (…. 5 bulan).
        2. Masa melahirkan, penyapihan dan istirahat ± 2 bulan.
    3. Pengendalian Penyakit
      1. Hendaknya ditekankan pada pencegahan penyakit melalui sanitasi kandang yang baik, makanan yang cukup gizi dan vaksinasi.
      2. Penyakit yang sering menyerang kambing adalah: cacingan, kudis (scabies), kembung perut (bloat), paru-paru (pneumonia), orf, dan koksidiosis.
    4. Pasca Panen
      1. Hendaknya diusahakan untuk selalu meningkatkan nilai tambah dari produksi ternak, baik daging, susu, kulit, tanduk, maupun kotorannya. Bila kambing hendak dijual pada saat berat badan tidak bertambah lagi (umur sekitar 1 – 1,5 tahun), dan diusahakan agar permintaan akan kambing cukup tinggi.
      2. Harga diperkirakan berdasarkan : berat hidup x (45 sampai 50%) karkas x harga daging eceran.
  5. CONTOH ANALISA USAHA TERNAK KAMBING
    1. Pengeluaran
      1. Bibit
        • Bibit 1 ekor pejantan = 1 x Rp. 250.000,- Rp. 250.000,-
        • Bibit 6 ekor betina = 1 x Rp. 200.000,- Rp. 1.200.000,-
          Total Rp. 1.450.000,-
      2. Kandang Rp. 500.000,-
      3. Makanan Rp. 200.000,-
      4. Obat-obatan Rp. 100.000,-
        Total Pengeluaran Rp. 2.250.000,-
    2. Pemasukan
      1. Dari anaknya
        Jika setelah 1 tahun, ke 6 produk menghasilkan 2 ekor, jumlah kambing yang bisa dijual setelah 1 tahun = 12 ekor. Jika harga tiap ekor Rp. 150.000,- maka dari 12 ekor tersebut akan dihasilkan : 12 x Rp. 150.000,- = Rp. 1.800.000,-
      2. Dari induk
        Pertambahan berat induk 50 gram per ekor per hari, maka setelah 2 tahun akan dihasilkan pertambahan berat : 7 x 50 gr x 365 = 127,75 kg. Total daging yang dapat dijual (7 x 15 kg) + 127,75 kg = 232,75 kg. Pendapatan dari penjualan daging = 232,75 kg x Rp. 10.000,-=Rp.2.327.500,-
      3. Dari kotoran :
        Selama 2 tahun bisa menghasilkan ± 70 karung x Rp. 1.000,- = Rp. 70.000,-
    3. Keuntungan
      1. Masuk:Rp.1.800.000+Rp. 2.327.500+Rp. 70.000 == Rp. 4.197.500,-
      2. Keluar:Rp.1.450.000+Rp.500.000+Rp.200.000+Rp.100.000 == Rp. 2.250.000
      3. Keuntungan selama 2 th: Rp. 4.197.500,- dikurang Rp. 2.250.000 == Rp. 1.947.500,- atau Rp. 81.145,- per bulan

Tehnik Lengkap Cara Budidaya Ternak Sapi Potong

Jenis-jenis primitifnya ditemukan pada babak Plioceen di India. Sapi Bali yang banyak dijadikan komoditi daging/sapi potong pada awalnya dikembangkan di Bali dan kemudian menyebar ke beberapa wilayah seperti: Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi.

2. SENTRA PETERNAKAN
Sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura banyak terdapat di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi. Sapi jenis Aberdeen angus banyak terdapat di Skotlandia. Sapi Simental banyak terdapat di Swiss. Sapi Brahman berasal dari India dan banyak dikembangkan di Amerika.
3. JENIS
Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi asli Indonesia dan sapi yang diimpor. Dari jenis-jenis sapi potong itu, masing-masing mempunyai sifat-sifat yang khas, baik ditinjau dari bentuk luarnya (ukuran tubuh, warna bulu) maupun dari genetiknya (laju pertumbuhan).
Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber daging adalah sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura. Selain itu juga sapi Aceh yang banyak diekspor ke Malaysia (Pinang). Dari populasi sapi potong yang ada, yang penyebarannya dianggap merata masing-masing adalah: sapi Bali, sapi PO, Madura dan Brahman.
Sapi Bali berat badan mencapai 300-400 kg. dan persentase karkasnya 56,9%. Sapi Aberdeen angus (Skotlandia) bulu berwarna hitam, tidak bertanduk, bentuk tubuh rata seperti papan dan dagingnya padat, berat badan umur 1,5 tahun dapat mencapai 650 kg, sehingga lebih cocok untuk dipelihara sebagai sapi potong. Sapi Simental (Swiss) bertanduk kecil, bulu berwarna coklat muda atau kekuning-kuningan. Pada bagian muka, lutut kebawah dan jenis gelambir, ujung ekor berwarna putih.
Sapi Brahman (dari India),

banyak dikembangkan di Amerika. Persentase karkasnya 45%. Keistimewaan sapi ini tidak terlalu selektif terhadap pakan yang diberikan, jenis pakan (rumput dan pakan tambahan) apapun akan dimakannya, termasuk pakan yang jelek sekalipun. Sapi potong ini juga lebih kebal terhadap gigitan caplak dan nyamuk serta tahan panas.

4. MANFAAT
Memelihara sapi potong sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging dan susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan sebagai tenaga kerja. Sapi juga dapat digunakan meranih gerobak, kotoran sapi juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur.
Semua organ tubuh sapi dapat dimanfaatkan antara lain:
  1. Kulit, sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat pinggang, topi, jaket.
  2. Tulang, dapat diolah menjadi bahan bahan perekat/lem, tepung tulang dan garang kerajinan
  3. Tanduk, digunakan sebagai bahan kerajinan seperti: sisir, hiasan dinding dan masih banyak manfaat sapi bagi kepentingan manusia.

5. PERSYARATAN LOKASI
Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit.

Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak. Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.

Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya. Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5×2 m atau 2,5×2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8×2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5×1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan
kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang.

  1. Konstruksi dan letak kandang
    Konstruksi kandang sapi seperti rumah kayu. Atap kandang berbentuk kuncup dan salah satu/kedua sisinya miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi dari pada tanah sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di luar kandang. Maksudnya adalah agar air yang tampak, termasuk kencing sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap kering. Bahan konstruksi kandang adalah kayu gelondongan/papan yang berasal dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agak terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar. Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang bersih. Air minum diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dan tidak boleh kehabisan setiap saat. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang. Pembuatan kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah/ladang.
  2. Ukuran Kandang
    Sebelum membuat kandang sebaiknya diperhitungkan lebih dulu jumlah sapi yang akan dipelihara. Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m. Sedangkan untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk seekor anak sapi cukup 1,5×1 m.
  3. Perlengkapan Kandang
    Termasuk dalam perlengkapan kandang adalah tempat pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak/ tercampur kotoran. Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai. Dengan demikian kotoran dan air kencing tidak tercampur didalamnya. Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk memandikan sapi. Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk memandikan sapi.

6.2. Pembibitan
Syarat ternak yang harus diperhatikan adalah:

  1. Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar dan lengkap silsilahnya.
  2. Matanya tampak cerah dan bersih.
  3. Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu pernafasannya serta dari hidung tidak keluar lendir.
  4. Kukunya tidak terasa panas bila diraba.
  5. Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya.
  6. Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan dubur.
  7. Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu.
  8. Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak dan tidak berbulu menandakan bahwa pedet masih berumur kurang lebih dua hari.

Untuk menghasilkan daging, pilihlah tipe sapi yang cocok yaitu jenis sapi Bali, sapi Brahman, sapi PO, dan sapi yang cocok serta banyak dijumpai di daerah setempat. Ciri-ciri sapi potong tipe pedaging adalah sebagai berikut:

  1. tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat/bola.
  2. kualitas dagingnya maksimum dan mudah dipasarkan.
  3. laju pertumbuhannya relatif cepat.
  4. efisiensi bahannya tinggi.

6.3. Pemeliharaan
Pemeliharaan sapi potong mencakup penyediaan pakan (ransum) dan pengelolaan kandang. Fungsi kandang dalam pemeliharaan sapi adalah :

  1. Melindungi sapi dari hujan dan panas matahari.
  2. Mempermudah perawatan dan pemantauan.
  3. Menjaga keamanan dan kesehatan sapi.

Pakan merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan dan pembangkit tenaga. Makin baik mutu dan jumlah pakan yang diberikan, makin besar tenaga yang ditimbulkan dan masih besar pula energi yang tersimpan dalam bentuk daging.

  1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
    Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas.
  2. Pemberian Pakan
    Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan. Sapi dalam masa pertumbuhan, sedang menyusui, dan supaya tidak jenuh memerlukan pakan yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture fattening), kereman (dry lot faatening) dan kombinasi cara pertama dan kedua.
    Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena sapi telah memakan bermacam-macam jenis rumput.
    Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang dikenal dengan istilah kereman.
  3. Sapi yang dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% – 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum.
    Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antara penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro.
    Hijauan kering berasal dari hijauan segar yang sengaja dikeringkan dengan tujuan agar tahan disimpan lebih lama. Termasuk dalam hijauan kering adalah jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung, dsb. yang biasa digunakan pada musim kemarau. Hijauan ini tergolong jenis pakan yang banyak mengandung serat kasar.
    Hijauan segar dapat diawetkan menjadi silase. Secara singkat pembuatan silase ini dapat dijelaskan sebagai berikut: hijauan yang akan dibuat silase ditutup rapat, sehingga terjadi proses fermentasi. Hasil dari proses inilah yang disebut silase. Contoh-contoh silase yang telah memasyarakat antara lain silase jagung, silase rumput, silase jerami padi, dll.
  4. Pemeliharaan Kandang
    Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2 minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar. Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.

7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Penyakit

  1. Penyakit antraks
    • Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan.
    • Gejala:
      1. demam tinggi, badan lemah dan gemetar;
      2. gangguan pernafasan;
      3. pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul;
      4. kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina;
      5. kotoran ternak cair dan sering bercampur darah;
      6. limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
    • Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
  2. Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)
    • Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.
    • Gejala:
      1. rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening;
      2. demam atau panas, suhu badan menurun drastis;
      3. nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali;
      4. air liur keluar berlebihan.
    • Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
  3. Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)
    • Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
    • Gejala:
      1. kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan;
      2. leher, anus, dan vulva membengkak;
      3. paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua;
      4. demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.
    • Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.
  4. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
    • Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
    • Gejala:
      1. mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh;
      2. kulit kuku mengelupas;
      3. tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit;
      4. sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.

7.2. Pengendalian
Pengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan sapi dengan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah:

  1. Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi.
  2. Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan.
  3. Mengusakan lantai kandang selalu kering.
  4. Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk.

8. PANEN
8.1. Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya sapi potong adalah dagingnya
8.2. Hasil Tambahan
Selain daging yang menjadi hasil budidaya, kulit dan kotorannya juga sebagai hasil tambahan dari budidaya sapi potong.
9. PASCAPANEN
9.1. Stoving
Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan sapi agar diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu:

  1. Ternak sapi harus diistirahatkan sebelum pemotongan
  2. Ternak sapi harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat mencemari daging.
  3. Pemotongan ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa sakit yang diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan darah harus keluar secara tuntas.
  4. Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlah dan jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.

9.2. Pengulitan
Pengulitan pada sapi yang telah disembelih dapat dilakukan dengan menggunakan pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak. Kulit sapi dibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang menempel. Jika sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit sapi dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan sinar matahari adalah dalam posisi sudut 45 derajat.
9.3. Pengeluaran Jeroan
Setelah sapi dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut dengan jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging) pada bagian perut sapi.
9.4. Pemotongan Karkas
Akhir dari suatu peternakan sapi potong adalah menghasilkan karkas berkualitas dan berkuantitas tinggi sehingga recahan daging yang dapat dikonsumsipun tinggi. Seekor ternak sapi dianggap baik apabila dapat menghasilkan karkas sebesar 59% dari bobot tubuh sapi tersebut dan akhirnya akan diperoleh 46,50% recahan daging yang dapat dikonsumsi.

Sehingga dapat dikatakan bahwa dari seekor sapi yang dipotong tidak akan seluruhnya menjadi karkas dan dari seluruh karkas tidak akan seluruhnya menghasilkan daging yang dapat dikonsumsi manusia. Oleh karena itu, untuk menduga hasil karkas dan daging yang akan diperoleh, dilakukan penilaian dahulu sebelum ternak sapi potong. Di negara maju terdapat spesifikasi untuk pengkelasan (grading) terhadap steer, heifer dan cow yang akan dipotong.

Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas tubuh bagian kiri dan karkas tubuh bagian kanan. Karkas dipotong-potong menjadi sub-bagian leher, paha depan, paha belakang, rusuk dan punggung. Potongan tersebut dipisahkan menjadi komponen daging, lemak, tulang dan tendon. Pemotongan karkas harus mendapat penanganan yang baik supaya tidak cepat menjadi rusak, terutama kualitas dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas dipengaruhi oleh peran mikroorganisme selama proses pemotongan dan pengeluaran jeroan.

Daging dari karkas mempunyai beberapa golongan kualitas kelas sesuai dengan lokasinya pada rangka tubuh. Daging kualitas pertama adalah daging di daerah paha (round) kurang lebih 20%, nomor dua adalah daging daerah pinggang (loin), lebih kurang 17%, nomor tiga adalah daging daerah punggung dan tulang rusuk (rib) kurang lebih 9%, nomor empat adalah daging daerah bahu (chuck) lebih kurang 26%, nomor lima adalah daging daerah dada (brisk) lebih kurang 5%, nomor enam daging daerah perut (frank) lebih kurang 4%, nomor tujuh adalah daging daerah rusuk bagian bawah sampai perut bagian bawah (plate & suet) lebih kurang 11%, dan nomor delapan adalah daging bagian kaki depan (foreshank) lebih kurang 2,1%. Persentase bagian-bagian dari karkas tersebut di atas dihitung dari berat karkas (100%). Persentase recahan karkas dihitung sebagai berikut:

Persentase recahan karkas = Jumlah berat recahan / berat karkas x 100 %

Istilah untuk sisa karkas yang dapat dimakan disebut edible offal, sedangkan yang tidak dapat dimakan disebut inedible offal (misalnya: tanduk, bulu, saluran kemih, dan bagian lain yang tidak dapat dimakan).
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya sapi potong kereman setahun di Bangli skala 25 ekor pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:

  1. Biaya Produksi
    1. Pembelian 25 ekor bakalan : 25 x 250 kg x Rp. 7.800,- ———————–> Rp. 48.750.000,-
    2. Kandang ———————————————————————> Rp. 1.000.000,-
    3. Pakan
      • Hijauan: 25 x 35 kg x Rp.37,50 x 365 hari ————–> Rp. 12.000.000,-
      • Konsentrat: 25 x 2kg x Rp. 410,- x 365 hari ————> Rp. 7.482.500,-
    4. Retribusi kesehatan ternak: 25 x Rp. 3.000,- —————> Rp. 75.000,-
      Jumlah biaya produksi ———————————————————–> Rp. 69.307.500,-
  2. Pendapatan :
    1. Penjualan sapi kereman Tambahan berat badan: 25 x 365 x 0,8 kg = 7.300 kg, Berat sapi setelah setahu: (25 x 250 kg) + 7.300 kg = 13.550 kg
      • Harga jual sapi hidup: Rp. 8.200,-/kg x 13.550 kg ————————–> Rp. 111.110.000,-
    2. Penjualan kotoran basah: 25 x 365 x 10 kg x Rp. 12,- ————————> Rp. 1.095.000,-
      Jumlah Pendapatan ————————————————————-> Rp. 112.205.000,-
  3. Keuntungan
    Tanpa memperhitungkan biaya tenaga internal keuntungan Penggemukan 25 ekor sapi selama setahun. ———> Rp. 42.897.500,-
  4. Parameter kelayakan usaha : a. B/C ratio = 1,61

10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Sapi potong mempunyai potensi ekonomi yang tinggi baik sebagai ternak potong maupun ternak bibit. Selama ini sapi potong dapat mempunyai kebutuhan daging untuk lokal seperti rumah tangga, hotel, restoran, industri pengolahan, perdagangan antar pulau. Pasaran utamanya adalah kota-kota besar seperti kota metropolitan Jakarta. Konsumen untuk daging di Indonesia dapat digolongkan ke dalam beberapa segmen yaitu :

  1. Konsumen Akhir
    Konsumen akhir, atau disebut konsumen rumah tangga adalah pembeli-pembeli yang membeli untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individunya. Golongan ini mencakup porsi yang paling besar dalam konsumsi daging, diperkirakan mencapai 98% dari konsumsi total. Mereka ini dapat dikelompokkan lagi ke dalam ova sub segmen yaitu :

    1. Konsumen dalam negeri ( Golongan menengah keatas )
      Segmen ini merupakan segmen terbesar yang kebutuhan dagingnya kebanyakan dipenuhi dari pasokan dalam negeri yang masih belum memperhatikan kualitas tertentu sebagai persyaratan kesehatan maupun selera.
    2. Konsumen asing
      Konsumen asing yang mencakup keluarga-keluarga diplomat, karyawan perusahaan dan sebagian pelancong ini porsinya relatif kecil dan tidak signifikan. Di samping itu juga kemungkinan terdapat konsumen manca negara yang selama ini belum terjangkau oleh pemasok dalam negeri, artinya ekspor belum dilakukan/jika dilakukan porsinya tidak signifikan.
  2. Konsumen Industri
    Konsumen industri merupakan pembeli-pembeli yang menggunakan daging untuk diolah kembali menjadi produk lain dan dijual lagi guna mendapatkan laba. Konsumen ini terutama meliputi: hotel dan restauran dan yang jumlahnya semakin meningkat Adapun mengenai tata niaga daging di negara kita diatur dalam inpres nomor 4 tahun 1985 mengenai kebijakansanakan kelancaran arus barang untuk menunjang kegiatan ekonomi. Di Indonesia terdapat 3 organisasi yang bertindak seperti pemasok daging yaitu :

    1. KOPPHI (Koperasi Pemotongan Hewan Indonesia), yang mewakili pemasok produksi peternakan rakyat.
    2. APFINDO (Asosiasi Peternak Feedlot (penggemukan) Indonesia), yang mewakili peternak penggemukan
    3. ASPIDI (Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia).

11. DAFTAR PUSTAKA

  1. Abbas Siregar Djarijah. 1996, Usaha Ternak Sapi, Kanisius, Yogyakarta.
  2. Yusni Bandini. 1997, Sapi Bali, Penebar Swadaya, Jakarta.
  3. Teuku Nusyirwan Jacoeb dan Sayid Munandar. 1991, Petunjuk Teknis Pemeliharaan Sapi Potong, Direktorat Bina Produksi Peternaka
  4. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta Undang Santosa. 1995, Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi, Penebar Swadaya,
    Jakarta.
  5. Lokakarya Nasional Manajemen Industri Peternakan. 24 Januari 1994,Program Magister Manajemen UGM, Yogyakarta.
  6. Kohl, RL. and J.N. Uhl. 1986, Marketing of Agricultural Products, 5 th ed, Macmillan Publishing Co, New York.

12. KONTAK HUBUNGAN

  1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
  2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas


PENGEMUKAN SAPI POTONG SISTEM KEREMAN
  1. KELUARAN
    Teknologi dan metoda pengemukan sapi
  2. BAHAN
    Sapi bakalan, hijauan segar, makanan penguat, konsentrat, vitamin, air minum dan obat-obatan
  3. ALAT
    Timbangan, takaran, ember, sabit, cangkul, karung plastik, dll.
  4. PEDOMAN TEKNIS
    Penggemukan pada dasarnya adalah memanfaatkan potensi genetik untuk tumbuh dan menyimpan lemak tubuh dalam jangka waktu maksimal 6 bulan. Sistem kereman adalah pemeliharaan di kandang dengan diberi pakan dasar hijauan (rumput dan leguminosa), dan pakan tambahan (konsentrat). Jumlah pakan tambahan minimal 1 1/2 % berat badan dengan kandungan protein 14 -16 %.

    1. Sapi bakalan
      Umur sapi yang akan digemukkan adalah sapi jantan muda atau dewasa, kurus dan sehat. Bobot badan sapi minimal 200 kg, dengan umur kurang antara 1-1,5 tahun
    2. Pakan tambahan (konsentrat)
      Untuk mendapatkan pertambahan sapi dengan cepat maka perlu diimbangi dengan penambahan makanan penguat, yang mudah didapat, antara lain dengan batas penggunaan dalam ransum (9/100 gram) dedak padi/katul 60, batang sagu (hati sagu) 6, bungkil kelapa 30, tepung ikan 3, garam dapur 0,5 dan mixed mineral 0,5.
    3. Perkandangan
      Kandang ternak harus berjarak 10 – 20 m dari rumah atau sumber air. Ukuran kandang per ekor adalah : lebar 125 cm dan panjang 2 m, lantai kandang usahakan dengan alas semen dan tidak becek/kotor. Tempat makan, minum dan garam harus mudah terjangkau oleh ternak. Kotoran ternak harus dibersihkan setiap hari dan buatkan penampungan kotoran untuk kompos yang terpisah dari kandang.

Panduan Lengkap Cara Ternak Sapi Perah

Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari famili Bovidae. seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa.

Domestikasi sapi mulai dilakukan sekitar 400 tahun SM. Sapi diperkirakan berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, Afrika dan seluruh wilayah Asia. Menjelang akhir abad ke-19, sapi Ongole dari India dimasukkan ke pulau Sumba dan sejak saat itu pulau tersebut dijadikan tempat pembiakan sapi Ongole murni.
Pada tahun 1957 telah dilakukan perbaikan mutu genetik sapi Madura dengan jalan menyilangkannya dengan sapi Red Deen. Persilangan lain yaitu antara sapi lokal (peranakan Ongole) dengan sapi perah Frisian Holstein di Grati guna diperoleh sapi perah jenis baru yang sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia.
2. SENTRA PERIKANAN
Sentra peternakan sapi di dunia ada di negara Eropa (Skotlandia, Inggris, Denmark, Perancis, Switzerland, Belanda), Italia, Amerika, Australia, Afrika dan Asia (India dan Pakistan). Sapi Friesian Holstein misalnya, terkenal dengan produksi susunya yang tinggi (+ 6350 kg/th), dengan persentase lemak susu sekitar 3-7%. Namun demikian sapi-sapi perah tersebut ada yang mampu berproduksi hingga mencapai 25.000 kg susu/tahun, apabila digunakan bibit unggul, diberi pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak, lingkungan yang mendukung dan menerapkan budidaya dengan manajemen yang baik. Saat ini produksi susu di dunia mencapai 385 juta m2/ton/th, khususnya pada zone yang beriklim sedang. Produksi susu sapi di PSPB masih kurang dari 10 liter/hari dan jauh dari standar normalnya 12 liter/hari (rata-ratanya hanya 5-8 liter/hari).
3. JENIS

 

Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua, yaitu (1) kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapi yang berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis serta (2) kelompok dari Bos primigenius, yang tersebar di daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos Taurus.
Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia). Hasil survei di PSPB Cibinong menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia adalah Frisien Holstein.
4. MANFAAT
Peternakan sapi menghasilkan daging sebagai sumber protein, susu, kulit yang dimanfaatkan untuk industri dan pupuk kandang sebagai salah satu sumber organik lahan pertanian.
5. PERSYARATAN LOKASI
Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit.
Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak. Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya. Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5×2 m atau 2,5×2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8×2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5×1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan
kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
6.2. Pembibitan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah:
  1. produksi susu tinggi,
  2. umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak,
  3. berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu tinggi,
  4. bentuk tubuhnya seperti baji,
  5. matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat,
  6. ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelok-kelok, puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek,
  7. tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan
  8. tiap tahun beranak.

Sementara calon induk yang baik antara lain:

  1. berasal dari induk yang menghasilkan air susu tinggi,
  2. kepala dan leher sedikit panjang, pundak tajam, badan cukup panjang, punggung dan pinggul rata, dada dalam dan pinggul lebar,
  3. jarak antara kedua kaki belakang dan kedua kaki depan cukup lebar,
  4. pertumbuhan ambing dan puting baik,
  5. jumlah puting tidak lebih dari 4 dan letaknya simetris, serta
  6. sehat dan tidak cacat.

Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

  1. umur sekitar 4-5 tahun,
  2. memiliki kesuburan tinggi,
  3. daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya,
  4. berasal dari induk dan pejantan yang baik,
  5. besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik,
  6. kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat,
  7. muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar,
  8. paha rata dan cukup terpisah,
  9. dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar,
  10. badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta
  11. sehat, bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya.

Prosedur:

  1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
    Untuk mengejar produktivitas ternak yang tinggi, diperlukan perbaikan lingkungan hidup dan peningkatan mutu genetik ternak yang bersangkutan. Bibit yang baru datang harus dikarantina untuk penularan penyakit. Kemudian bibit diberi minum air yang dicampur garam dapur, ditempatkan dalam kandang yang bersih dan ditimbang serta dicatat penampilannya.
  2. Perawatan Bibit dan Calon Induk
    Seluruh sapi perah dara yang belum menunjukkan tanda-tanda birahi atau belum bunting setelah suatu periode tertentu, harus disisihkan. Jika sapi yang disisihkan tersebut telah menghasilkan susu, sapi diseleksi kembali berdasarkan produksi susunya, kecenderungan terkena radang ambing dan temperamennya.
  3. Sistim Pemuliabiakan
    Seringkali sapi perah dara dikawinkan dengan pejantan pedaging untuk mengurangi risiko kesulitan lahir dan baru setelah menghasilkan anak satu dikawinkan dengan pejantan sapi perah pilihan. Bibit harus diberi kesempatan untuk bergerak aktif paling tidak 2 jam setiap hari.

6.3. Pemeliharaan

  1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
    Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yang dipelihara dalam naungan (ruangan) memiliki konsepsi produksi yang lebih tinggi (19%) dan produksi susunya 11% lebih banyak daripada tanpa naungan. Bibit yang sakit segera diobati karena dan bibit yang menjelang beranak dikering kandangkan selama 1-2 bulan.
  2. Perawatan Ternak
    Ternak dimandikan 2 hari sekali. Seluruh sapi induk dimandikan setiap hari setelah kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Kandang harus dibersihkan setiap hari, kotoran kandang ditempatkan pada penampungan khusus sehingga dapat diolah menjadi pupuk. Setelah kandang dibersihkan, sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai alas lantai yang umumnya terbuat dari jerami atau sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tilam tersebut harus dibongkar).
  3. Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga usia dewasa. Sapi pedet ditimbang seminggu sekali sementara sapi dewasa ditimbang setiap bulan atau 3 bulan sekali. Sapi yang baru disapih ditimbang sebulan sekali. Sapi dewasa dapat ditimbang dengan melakukan taksiran pengukuran berdasarkan lingkar dan lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak.
  4. Pemberian Pakan
    Pemberian pakan pada sapi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

    1. sistem penggembalaan (pasture fattening)
    2. kereman (dry lot fattening)
    3. kombinasi cara pertama dan kedua.
      Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa
      umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).
      Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan per hari.
      Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.
  5. Pemeliharaan Kandang
    Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar. Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.

7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Penyakit

  1. Penyakit antraks
    • Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan.
    • Gejala:
      1. demam tinggi, badan lemah dan gemetar;
      2. gangguan pernafasan;
      3. pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul;
      4. kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina;
      5. kotoran ternak cair dan sering bercampur darah;
      6. limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
    • Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
  2. Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)
    • Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.
    • Gejala:
      1. rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening;
      2. demam atau panas, suhu badan menurun drastis;
      3. nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali;
      4. air liur keluar berlebihan.
    • Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
  3. Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)
    • Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
    • Gejala:
      1. kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan;
      2. leher, anus, dan vulva membengkak;
      3. paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua;
      4. demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.
    • Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.
  4. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
    • Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
    • Gejala:
      1. mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh;
      2. kulit kuku mengelupas;
      3. tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit;
      4. sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.

7.2. Pencegahan Serangan
Upaya pencegahan dan pengobatannya dilakukan dengan memotong kuku dan merendam bagian yang sakit dalam larutan refanol selama 30 menit yang diulangi seminggu sekali serta menempatkan sapi dalam kandang yang bersih dan kering.
8. PANEN
8.1. Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya sapi perah adalah susu yang dihasilkan oleh induk betina.
8.2. Hasil Tambahan
Selain susu sapi perah juga memberikan hasil lain yaitu daging dan kulit yang berasal dari sapi yang sudah tidak produktif serta pupuk kandang yang dihasilkan dari kotoran ternak.
9. PASCAPANEN : …
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Usaha ternak sapi perah di Indonesia masih bersifat subsisten oleh peternak kecil dan belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi. Rendahnya tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya modal, serta pengetahuan/ketrampilan petani yang mencakup aspek reproduksi, pemberian pakan, pengelolaan hasil pascapanen, penerapan sistem recording, pemerahan, sanitasi dan pencegahan penyakit. Selain itu pengetahuan petani mengenai aspek tata niaga harus ditingkatkan sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding dengan pemeliharaannya. Produksi susu sapi di dunia kini sudah melebihi 385 juta m2/ton/th dengan tingkat penjualan sapi dan produknya yang lebih besar daripada pedet, pejantan, dan sapi afkiran.

Di Amerika Serikat, tingkat penjualan dan pembelian sapi dan produknya secara tunai mencapai 13% dari seluruh peternakan yang ada di dunia. Sementara tingkat penjualan anak sapi (pedet), pejantan sapi perah, dan sapi afkir hanya berkisar 3%. Produksi susu sejumlah itu masih perlu ditingkatkan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di dunia ini. Untuk mencapai tingkat produksi yang tinggi maka pengelolaan dan pemberian pakan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan ternak, dimana minimum pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak (terserap) diusahakan sekitar 3,5-4% dari bahan kering
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Usaha peternakan sapi perah keluarga memberikan keuntungan jika jumlah sapi yang dipelihara minimal sebanyak 6 ekor, walaupun tingkat efisiensinya dapat dicapai dengan minimal pengusahaannya sebanyak 2 ekor dengan rata-rata produksi susu sebanyak 15 lt/hari.

Upaya untuk meningkatkan pendapatan petani melalui pembudidayaan sapi perah tersebut dapat juga dilakukan dengan melakukan diversifikasi usaha. Selain itu melakukan upaya kooperatif dan integratif (horizontal dan vertikal) dengan petani lainnya dan instansi-instansi lain yang berkompeten, serta tetap memantapkan pola PIR diatas.

Tehnik Lengkap Budidaya Ternak Lebah Madu

SEJARAH SINGKAT

Lebah merupakan insekta penghasil madu yang telah lama dikenal manusia. Sejak zaman purba manusia berburu sarang lebah di goa-goa, di lubang-lubang pohon dan tempat-tempat lain untuk diambil madunya. Lebah juga menghasilkan produk yang yang sangat dibutuhkan untuk dunia kesehatan yaitu royal jelly, pollen, malam (lilin) dan sebagainya.
Selanjutnya manusia mulai membudidayakan dengan memakai gelodog kayu dan pada saat ini dengan sistem stup.
Di Indonesia lebah ini mempunyai nama bermacam-macam, di Jawa disebut tawon gung, gambreng, di Sumatera barat disebut labah gadang, gantuang, kabau, jawi dan sebagainya. Di Tapanuli disebut harinuan, di Kalimantan disebut wani dan di tataran Sunda orang menyebutnya tawon Odeng.
2. SENTRA PERIKANAN
Di Indonesia sentra perlebahan masih ada di sekitar Jawa meliputi daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dengan jumlah produksi sekitar 2000–2500 Ton untuk lebah budidaya. Kalimantan dan Sumbawa merupakan sentra untuk madu dari perburuan lebah di hutan. Sedang untuk sentra perlebahan dunia ada di CIS (Negara Pecahan Soviet), Jerman, Australia, Jepang dan Italia.
3. JENIS
Lebah termasuk hewan yang masuk dalam kelas insekta famili Apini dan genus Apis. Spesiesnya bermacam-macam, yang banyak terdapat di Indonesia adalah A. cerana, A. Dorsata A. Florea. Jenis unggul yang sering
dibudidayakan adalah jenis A. mellifera. Menurut asal-usulnya lebah dibagi 4 jenis berdasar penyebarannya:
  1. Apis cerana, diduga berasal dari daratan Asia menyebar sampai Afghanistan, Cina maupun Jepang.
  2. Apis mellifera, banyak dijumpai di daratan Eropa, misalnya Prancis, Yunani dan Italia serta di daerah sekitar Mediterania.
  3. Apis Dorsata, memiliki ukuran tubuh paling besar dengan daerah penyebaran sub tropis dan tropis Asia seperti Indonesia, Philipina dan sekitarnya. Penyebarannya di Indonesia merata mulai dari Sumatera sampai Irian.
  4. Apis Florea merupakan spesies terkecil tersebar mulai dari Timur Tengah, India sampai Indonesia. Di Indonesia orang menyebutnya dengan tawon
    klanceng.

4. MANFAAT
Produk yang dihasilkan madu adalah:

  1. Madu sebagai produk utama berasal dari nektar bunga merupakan makanan yang sangat berguna bagi pemeliharaan kesehatan, kosmetika dan farmasi.
  2. Royal jelly dimanfaatkan untuk stamina dan penyembuhan penyakit, sebagai bahan campuran kosmetika, bahan campuran obat-obatan.
  3. Pollen (tepung sari) dimanfaatkan untuk campuran bahan obat-obatan/ kepentingan farmasi.
  4. Lilin lebah (malam) dimanfaatkan untuk industri farmasi dan kosmetika sebagai pelengkap bahan campuran.
  5. Propolis (perekat lebah) untuk penyembuhan luka, penyakit kulit dan membunuh virus influensa.

Keuntungan lain dari beternak lebah madu adalah membantu dalam proses penyerbukan bunga tanaman sehingga didapat hasil yang lebih maksimal.

5. PERSYARATAN LOKASI
Suhu ideal yang cocok bagi lebah adalah sekitar 26 derajat C, pada suhu ini lebah dapat beraktifitas normal. Suhu di atas 10 derajat C lebah masih beraktifitas. Di lereng pegunungan/dataran tinggi yang bersuhu normal (25 derajat C) seperti Malang dan Bandung lebah madu masih ideal dibudidayakan. Lokasi yang disukai lebah adalah tempat terbuka, jauh dari keramaian dan banyak terdapat bunga sebagai pakannya.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Dalam pembudidayaan lebah madu yang perlu dipersiapkan yaitu: Lokasi budidaya, kandang lebah modern (stup), pakaian kerja dan peralatan Syarat yang utama yang harus yang dipenuhi dalam budidaya lebah adalah ada seekor ratu lebah dan ribuan ekor lebah pekerja serta lebah jantan.

Dalam satu koloni tidak boleh lebih dari satu ratu karena antar ratu akan saling bunuh untuk memimpin koloni.

  1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
    1. Perkandangan
      1. Suhu
        Perubahan suhu dalam stup hendaknya tidak terlalu cepat, oleh karena itu ketebalan dinding perlu diperhatikan untuk menjaga agar suhu dalam stup tetap stabil. Yang umum digunakan adalah kayu empuk setebal 2,5 cm.
      2. Ketahanan terhadap iklim
        Bahan yang dipakai harus tahan terhadap pengaruh hujan, panas, cuaca yang selalu berubah, kokoh dan tidak mudah hancur atau rusak.
      3. Konstruksi
        Konstruksi kandang tradisional dengan menggunakan gelodok dari bambu, secara modern menggunakan stup kotak yang lengkap dengan
        framenya.
    2. Peralatan
      Peralatan yang digunakan dalam budidaya lebah terdiri dari: masker, pakaian kerja dan sarung tangan, pengasap, penyekat ratu, sangkar ratu, sapu dan sikat, tempat makan, pondamen sarang, alat-alat kecil, peralatan berternak ratu dan lain-lain.
  2. Pembibitan
    1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
      Bibit lebah unggul yang di Indonesia ada dua jenis yaitu A. cerana (lokal) dan A. mellifera (impor). Ratu lebah merupakan inti dari pembentukan koloni lebah, oleh karena itu pemilihan jenis unggul ini bertujuan agar dalam satu koloni lebah dapat produksi maksimal. ratu A. cerana mampu bertelur 500- 900 butir per hari dan ratu A. mellifera mampu bertelur 1500 butir per hari. Untuk mendapatkan bibit unggul ini sekarang tersedia tiga paket pembelian bibit lebah:

      1. paket lebah ratu terdiri dari 1 ratu dengan 5 lebah pekerja.
      2. paket lebah terdiri dari 1 ratu dengan 10.000 lebah pekerja.
      3. paket keluarga inti terdiri dari 1 ratu dan 10.000 lebah pekerja lengkap dengan 3 sisiran sarang.
    2. Perawatan Bibit dan Calon Induk
      Lebah yang baru dibeli dirawat khusus. Satu hari setelah dibeli, ratu dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam stup yang telah disiapkan. Selama 6 hari lebah-lebah tersebut tidak dapat diganggu karena masih pada masa adaptasi sehingga lebih peka terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan. Setelah itu baru dapat dilaksanakan untuk perawatan dan pemeliharaan rutin.
    3. Sistem Pemuliabiakan
      Pemuliabiakan pada lebah adalah menciptakan ratu baru sebagai upaya pengembangan koloni. Cara yang sudah umum dilaksanakan adalah dengan pembuatan mangkokan buatan untuk calon ratu yang diletakkan dalam sisiran. Tetapi sekarang ini sudah dikembangkan inseminasi buatan pada ratu lebah untuk mendapatkan calon ratu dan lebah pekerja unggul. Pemuliabiakan lebah ini telah berhasil dikembangkan oleh KUD Batu Kabupaten Malang.
    4. Reproduksi dan Perkawinan
      Dalam setiap koloni terdapat tiga jenis lebah masing-masing lebah ratu, lebah pekerja dan lebah jantan. Alat reproduksi lebah pekerja berupa kelamin betina yang tidak berkembang sehingga tidak berfungsi, sedangkan alat reproduksi berkembang lebah ratu sempurna dan berfungsi untuk reproduksi.
      Proses Perkawinan terjadi diawali musim bunga. Ratu lebah terbang keluar sarang diikuti oleh semua pejantan yang akan mengawininya. Perkawinan terjadi di udara, setelah perkawinan pejantan akan mati dan sperma akan disimpan dalam spermatheca (kantung sperma) yang terdapat pada ratu lebah kemudian ratu kembali ke sarang. Selama perkawinan lebah pekerja menyiapkan sarang untuk ratu bertelur.
    5. Proses Penetasan
      Setelah kawin, lebah ratu akan mengelilingi sarang untuk mencari sel-sel yang masih kosong dalam sisiran. Sebutir telur diletakkan di dasar sel. Tabung sel yang telah yang berisi telur akan diisi madu dan tepung sari oleh lebah pekerja dan setelah penuh akan ditutup lapisan tipis yang nantinya dapat ditembus oleh penghuni dewasa. Untuk mengeluarkan sebutir telur diperlukan waktu sekitar 0,5 menit, setelah mengeluarkan 30 butir telur, ratu akan istirahat 6 detik untuk makan. Jenis tabung sel dalam sisiran adalah:

      1. Sel calon ratu, berukuran paling besar, tak teratur dan biasanya terletak di pinggir sarang.
      2. Sel calon pejantan, ditandai dengan tutup menonjol dan terdapat titik hitam di tengahnya.
      3. Sel calon pekerja, berukuran kecil, tutup rata dan paling banyak jumlahnya.

    Lebah madu merupakan serangga dengan 4 tingkatan kehidupan yaitu telur, larva, pupa dan serangga dewasa. Lama dalam setiap tingkatan punya perbedaan waktu yang bervariasi. Rata-rata waktu perkembangan lebah:

      1. Lebah ratu: menetas 3 hari, larva 5 hari, terbentuk benang penutup 1 hari, iatirahat 2 hari, Perubahan larva jadi pupa 1 hari, Pupa/kepompong 3 hari, total waktu jadi lebah 15 hari.
      2. Lebah pekerja: menetas 3 hari, larva 5 hari, terbentuk benang penutup 2 hari, iatirahat 3 hari, Perubahan larva jadi pupa 1 hari, Pupa/kepompong 7 hari, total waktu jadi lebah 21 hari.
      3. Lebah pejantan: menetas 3 hari, larva 6 hari, terbentuk benang penutup 3 hari, iatirahat 4 hari, Perubahan larva jadi pupa 1 hari, Pupa/kepompong 7 hari, total waktu jadi lebah 24 hari. Selama dalam periode larva, larva-larva dalam tabung akan makan madu dan tepung sari sebanyak-banyaknya. Periode ini disebut masa aktif, kemudian larva menjadi kepompong (pupa). Pada masa kepompong lebah tidak makan dan minum, di masa ini terjadi perubahan dalam tubuh pupa untuk menjadi lebah sempurna. Setelah sempurna lebah akan keluar sel menjadi lebah muda sesuai asal selnya.
  3. Pemeliharaan
    1. Sanitasi, Tindakan Preventif dan Perawatan
      Pada pengelolaan lebah secara modern lebah ditempatkan pada kandang berupa kotak yang biasa disebut stup. Di dalam stup terdapat ruang untuk beberapa frame atau sisiran. Dengan sistem ini peternak dapat harus rajin memeriksa, menjaga dan membersihkan bagian-bagian stup seperti membersihkan dasar stup dari kotoran yang ada, mencegah semut/serangga masuk dengan memberi tatakan air di kaki stup dan mencegah masuknya binatang pengganggu.
    2. Pengontrolan Penyakit
      Pengontrolan ini meliputi menyingkirkan lebah dan sisiran sarang abnormal serta menjaga kebersihan stup.
    3. Pemberian Pakan
      Cara pemberian pakan lebah adalah dengan menggembala lebah ke tempat di mana banyak bunga. Jadi disesuaikan dengan musim bunga yang ada. Dalam penggembalaan yang perlu diperhatikan adalah :

      1. Perpindahan lokasi dilakukan malam hari saat lebah tidak aktif.
      2. Bila jarak jauh perlu makanan tambahan (buatan).
      3. Jarak antar lokasi penggembalaan minimum 3 km.
      4. Luas areal, jenis tanaman yang berbunga dan waktu musim bunga.

Tujuan utama dari penggembalaan ini adalah untuk menjaga kesinambungan produksi agar tidak menurun secara drastis. Pemberian pakan tambahan di luar pakan pokok bertujuan untuk mengatasi kekurangan pakan akibat musim paceklik/saat melakukan pemindahan stup saat penggeembalaan.

Pakan tambahan tidak dapat meningkatkan produksi, tetapi hanya berfungsi untuk mempertahankan kehidupan lebah. Pakan tambahan dapat dibuat dari bahan gula dan air dengan perbandingan 1:1 dan adonan tepung dari campuran bahan ragi, tepung kedelai dan susu kering dengan perbandingan 1:3:1 ditambah madu secukupnya.
7. HAMA DAN PENYAKIT

  1. Penyakit
    Di daerah tropis penyakit lebah jarang terjadi dibandingkan dengan daerah sub tropis/daerah beriklim salju. Iklim tropis merupakan penghalang terjalarnya penyakit lebah. Kelalaian kebersihan mendatangkan penyakit. Beberapa penyakit pada lebah dan penyebabnya antara lain:

    1. Foul Brood ; ada dua macam penyakit ini yaitu American Foul Brood disebabkan oleh Bacillus larva dan European Foul Brood. Penyebab: Streptococcus pluton. Penyakit ini menyerang sisiran dan tempayak lebah.
    2. Chalk Brood
      Penyebab: jamur Pericustis Apis. Jamur ini tumbuh pada tempayak dan menutupnya hingga mati.
    3. Stone Brood
      Penyebab: jamur Aspergillus flavus Link ex Fr dan Aspergillus fumigatus Fress. Tempayak yang diserang berubah menjadi seperti batu yang keras.
    4. Addled Brood
      Penyebab: telur ratu yang cacat dari dalam dan kesalahan pada ratu.
    5. Acarine
      Penyebab: kutu Acarapis woodi Rennie yang hidup dalam batang tenggorokkan lebah hingga lebah mengalami kesulitan terbang.
    6. Nosema dan Amoeba
      Penyebab: Nosema Apis Zander yang hidup dalam perut lebah dan parasit Malpighamoeba mellificae Prell yang hidup dalam pembuluh malpighi lebah
      dan akan menuju usus.
  2. Hama
    Hama yang sering mengganggu lebah antara lain:

    1. Burung, sebagai hewan yang juga pemakan serangga menjadikan lebah sebagai salah satu makanannya.
    2. Kadal dan Katak, gangguan yang ditimbulkan sama dengan yang dilakukan oleh burung.
    3. Semut, membangun sarang dalam stup dan merampas makanan lebah.
    4. Kupu-kupu, telur kupu-kupu yang menetas dalam sisiran menjadi ulat yang dapat merusak sisiran.
    5. Tikus, merampas madu dan merusak sisiran.
  3. Pencegahan Serangan Penyakit dan Hama
    Upaya mencegah serangan penyakit dan hama tindakan yang perlu adalah:

    1. Pembersihan stup setiap hari.
    2. Memperhatikan abnormalitas tempayak, sisiran dan kondisi lebah.
    3. Kaki-kaki stup harus diberi air untuk mencegah serangan semut.
    4. Pintu masuk dibuat seukuran lebah.

8. PANEN

  1. Hasil Utama
    Madu merupakan hasil utama dari lebah yang begitu banyak manfaatnya dan bernilai ekonomi tinggi.
  2. Hasil Tambahan
    Hasil tambahan yang punya nilai dan manfaat adalah royal jelly (susu ratu), pollen (tepungsari), lilin lebah (malam) dan propolis (perekat lebah).
  3. Pengambilan madu
    Panen madu dilaksanakan pada 1-2 minggu setelah musim bunga. Ciri-ciri madu siap dipanen adalah sisiran telah tertutup oleh lapisan lilin tipis. Sisiran yang akan dipanen dibersihkan dulu dari lebah yang masih menempel kemudian lapisan penutup sisiran dikupas. Setelah itu sisiran diekstraksi untuk diambil madunya.

Urutan proses panen:

    1. Mengambil dan mencuci sisiran yang siap panen, lapisan penutup dikupas dengan pisau.
    2. Sisiran yang telah dikupas diekstraksi dalam ekstraktor madu.
    3. Hasil disaring dan dilakukan penyortiran.
    4. Disimpan dalam suhu kamar untuk menghilangkan gelembung udara.
    5. Pengemasan madu dalam botol.

9. PASCAPANEN …
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya lebah madu dengan jumlah 100 koloni lebah dalam satu tahun pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:

No Perincian Jumlah (Rupiah)
1) Biaya Produksi
a. Penyusutan kamar madu 16 m2 (0,05xRp.1.600.000,-) 80.000
b Penyusutan rumah lebah 100 m2 (0,1xRp.2.500.000,-) 250.000
c Paket lebah 100 buah @ Rp. 100.000,- 10.000.000
d Penyusutan ekstraktor 1 buah (0,1xRp. 225.000,-) 22.500
e Penyusutan pengasap 2 buah (0,5xRp. 50.000,-) 25.000
f Penyusutan stup 100 buah (0,2xRp.2.500.000,-) 500.000
g Perawatan bangunan (2%xRp.4.100.000,-) 82.000
h Gaji 2 orang @ Rp. 200.000,-x12 4.800.000
i Pakaian, sarung tangan, dll 250.000
j Makanan 100.000
k Botol dan lain-lain 400.000
Jumlah biaya produksi 16.509.500
2) Pendapatan
Madu 1200 kg @ Rp. 13.000,- 15.600.000
Paket lebah 30 buah @ Rp. 150.000,- 4.500.000
Jumlah pendapatan Rp. 20.100.000
3) Keuntungandalam satu tahun 3.590.500
4) Parameter kelayakan usaha
a. B/C ratio 1,22

10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Beternak lebah madu memiliki prospek sangat cerah, karena kebutuhan madu dalam negeri sampai saat ini masih belum mencukupi. Harga dari produk lebah yang tinggi, biaya produksi yang relatif murah, tatalaksana pemeliharaan yang mudah dan kondisi lingkungan yang mendukung merupakan peluang emas yang perlu mendapat perhatian.

PANDUAN LENGKAP TEHNIK BUDIDAYA BEKICOT

Bekicot tersebar ke arah Timur sampai di kepulauan Mauritius, India, Malaysia, akhirnya ke Indonesia. Bekicot sejak tahun 1933 telah ada disekitar Jakarta, sumber lain menyatakan bahwa bekicot jenis Achatina fulica masuk ke Indonesia pada tahun 1942 (masa pendudukan Jepang). Sampai saat ini, bekicot jenis Achanita fulica banyak terdapat di Pulau Jawa.

2. SENTRA PERIKANAN
Sentra peternakan bekicot banyak ditemukan di masyarakat pedesaan Jawa Timur, Bogor (Jawa Barat), Sumatera Utara dan Bali.
3. JENIS

 

Bekicot diternakkan umumnya jenis Achatina fulica yang banyak disenangi orang, karena bekicot jenis ini banyak mengandung daging. Konon di Eropa, bekicot jenis ini digunakan sebagai bahan baku makanan yang disebut Escargot. Escargot semula berbahan baku Helix pomatia.
Karena Helix pomatia lama kelamaan sulit diperoleh maka bekicot jenis Achatina fulica menggantikannya sebagai bahan baku Escargot.
4. MANFAAT
Selain pakan ternak bekicot merupakan sumber protein hewani yang bermutu tinggi karena mengandung asam-asam amino esensial yang lengkap. Masyarakat yang menggemari makanan dari bahan baku bekicot (sate bekicot, keripik bekicot ) adalah masyarakat Kediri.
Disamping itu bekicot juga kerap dipakai dalam pengobatan tradisional, karena ekstrak daging bekicot dan lendirnya sangat bermanfaat untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti abortus, sakit waktu menstruasi, radang selaput mata, sakit gigi, gatal-gatal, jantung dan lain-lain. Sedangkan kulit bekicot sangat mujarab untuk penyakit tumor. Sejenis obat yang dikenal berasal dari kulit bekicot, dinamakan Maulie., yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti kekejangan, jantung suka berdebar, tidak bisa tidur/insomania, leher membengkak dan penyakit kaum wanita termasuk keputihan
5. PERSYARATAN LOKASI
Lokasi perlu dipilih yang dekat dengan jalan, agar mudah penanganannya, baik saat pembuatan kandang, saat pengontrolan maupun penanganannya pascapanen, artinya pada saat membawa hasil panen tersebut tidak kesulitan dalam transportasinya. Lokasi yang sesuai untuk budidaya bekicot adalah lokasi yang basah serta lembab dan terlindung dari cahaya matahari secara langsung. Selain itu juga tanah yang disukai adalah tanah yang banyak mengandung kapur sebagai zat untuk pembentukan cangkang.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
  1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
    1. Perkandangan
      Walaupun lahan yang diperlukan tidaklah terlalu luas namun persyaratan mengenai kelembaban dan keteduhan perkandangan perlu diperhatikan, karena dalam aslinya dan untuk berkembang biak secara baik bekicot senang dengan keadaan yang lembab dan teduh. Kandang didirikan di tanah kering, teduh, lembab dengan suhu udara berkisar 25–30 ° C. Cara pemeliharaan bekicot tidak terlalu sulit. Bisa dilakukan secara terpisah, artinya bekicot yang kecil dipelihara terpisah dari yang besar. Bisa juga dilakukan secara campuran, yaitu bekicot kecil dan besar dipelihara dalam satu kandang tanpa melihat umur/besarnya. Bila dilakukan secara terpisah resikonya harus dibuat beberapa kandang. Fungsi kandang itu antara lain untuk penetasan, pembesaran dan sebagai kandang induk. Ada tiga cara berternak bekicot di dalam kandang, antara lain:

      1. Kandang kotak kayu
        Kandang terbuat dalam lembaran kayu tripleks yang berkaki. Untuk kerangkanya dapat digunakan kayu kaso. Ukuran panjang dan lebar kandang adalah 1 x 1 meter, tinggi 1,25 meter. Di atas kotak tersebut diberi kawat kasa, agar bekicot tidak keluar dari dalam kandang. Sebaiknya di atas kotak perlu dibuatkan tempat berteduh, agar keadaan tempat selalu gelap/tidak langsung kena sinar matahari.
      2. Kandang dari bak semen
        Pembuatan kandang ini sama dengan kandang kotak kayu. Dalam bak semen yang perlu diperhatikan adalah alasnya. Untuk menciptakan suasana lembab, alas semen perlu diberi tanah dan cacing untuk menggemburkan tanah dan menyerap kotoran yang dikeluarkan bekicot. Tebal lapisan tanah di dalam bak sekitar 30 cm. Zat-zat makanan yang diperlukan bekicot hendaklah selalu tersedia di dalam bak.
      3. Kandang galian tanah
        Tanah digali dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi 1 x 1 x 1 m. Perlu diperhatikan sebaiknya tanah galian yang akan digunakan untuk kandang dipilih yang agak kering. Sebaiknya kandang dibuat di bawah pohon yang rimbun, kalau dindingnya terlalu basah perlu diberi lapisan pasir. Untuk menjaga keadaan selalu gelap, seperti cara pertama dan kedua, di atas kandang perlu dibuatkan bedeng sebagai penutup. Masa panen, bila kandangnya terbuat dari tanah galian, cara pengambilannya dilakukan dengan menggunakan galah yang bisa menjepit bekicot agar bekicot dan telurnya tidak rusak.
    2. Peralatan
      Alat-alat yang diperlukan untuk pembuatan kandang: kayu, semen, bata pasir, kain kasa dan cangkul.
  2. Pembibitan
    Tidak semua jenis bekicot cocok untuk dibudidayakan. Dua jenis bekicot yang biasa diternakkan, yaitu spesies Achatina fulica dan Achatina variegata. Ciri bekicot jenis Achanita fulica biasanya warna garis-garis pada tempurung/cangkangnya tidak begitu mencolok. Sedangkan jenis Achatina variegata warna garis-garis pada cangkangnya tebal dan berbuku-buku.

    1. Pemilihan Bibit Calon Induk
      Jika bibit unggul belum tersedia maka sebagai langkah pertama dapat digunakan bibit lokal dengan jalan mengumpulkan bekicot yang banyak terdapat di kebun pisang, kelapa, serta semak belukar. Bekicot yang baik dijadikan bibit adalah yang tidak rusak/cacat yang sementara waktu dan yang besar dengan berat lebih kurang 75-100 gram/ekor.
    2. Reproduksi dan Perkawinan
      Bekicot biasanya mulai kawin pada usia enam sampai tujuh bulan ditempat pemeliharaan yang cukup memenuhi syarat. Pada masa kawin bekicot betina mulai menyingkir ke tempat yang lebih aman. Bekicot bertelur di sembarang tempat. Jumlah telurnya setiap penetasan biasanya lebih dari lima puluh butir (50-100). Jumlah produksi telur tergantung masa subur bekicot itu sendiri. Besar telur bekicot tidak lebih dari 2 mm.
    3. Proses Kelahiran
      Telur bekicot akan menetas setelah usianya cukup. Pada waktu telur itu menetas dan menjadi anak cangkang, biasanya tidak ditunggui induknya. Begitu bekicot selesai bertelur, telurnya ditinggalkan begitu saja. Telur bekicot akan pecah sendiri melalui proses alam. Penetasan bekicot hingga menjadi anak tergantung pada keadaan tempat dan waktu tetas. Bilamana tempat itu memenuhi syarat (sempurna) seperti kelembaban tanah, iklim dan cahaya yang mencukupi, maka telur akan cepat menetas. Sebaliknya jika keadaan tanah/iklim kering dan tempatnya kurang menguntungkan maka telur akan lambat menetas.
  3. Pemeliharaan
    Pemeliharaan bekicot bisa dilakukan dengan cara terpisah dan bisa juga secara campuran di dalam suatu tempat. Meskipun cara terpisah membutuhkan tempat khusus tetapi ada keuntungannya. Misalnya, anak bekicot bisa diketahui perkembangannya secara tepat, baik besarnya maupun usianya. Dengan demikian, tidak sulit untuk memberikan perawatan secara khusus. Bagi peternak bekicot sangat mudah kiranya apabila perawatan anak bekicot itu dilakukan di tempat khusus. Adapun makanan anak bekicot bisa diberi makanan dengan sejenis ganggang (lumut), pupus daun dan sedikit zat kapur. Harus diingat hendaklah tempatnya selalu teduh dan lembab. Setelah anak bekicot berusia dua/tiga bulan, hendaklah dipindahkan kekandang pembesaran. Keberhasilan budidaya bekicot tergantung pada cara perawatan dan pemeliharaan teknis selama diternakkan. Beberapa perawatan teknis dalam budidaya bekicot diantaranya meliputi:

    1. Menjaga kelembaban lingkungan
      Bekicot sangat suka tempat yang lembab sehingga untuk mempertahankan kelembaban lingkungan dapat digunakan atap atau perlindungan lain. Pada musim panas kelembaban lingkungan dapat dipertahankan dengan menyiramkan air lokasi peternakan setiap hari.
    2. Mempertahankan kondisi lingkungan
      Bekicot menyukai tempat yang lembab, namun bukan berarti pada tanah yang becek. Sehingga diperlukan usaha untuk mempertahankan kondisi lingkungan yang sesuai dengan yang dikehendaki bekicot.
    3. Pemberian pakan yang bermutu secara teratur
      Agar hasil budidaya berhasil dengan baik diperlukan pemberian pakan yang bermutu dan teratur. Pemberian pakan berpedoman pada mutu pakan dan kebiasaan waktu makan. Mutu makan yang baik akan menentukan kualitas daging bekicot. Mutu pakan yang baik dapat dipenuhi dengan memberi pakan berupa daun-daunan yang disukai dan buah-buahan. Misalnya; daun dan buah pepaya, daun bayam, buah terung mentimun, swai dan lain sebagainya.
    4. Menjaga areal agar tidak dimasuki hewan lain
      Agar bekicot dapat tumbuh baiak tanpa gangguan dari hewan yang merupakan musuhnya dan hewan yang dapat merebut makanannya maka lahan budidaya harus dijaga agar tidak dapat dimasuki hewan-hewan lain.
    5. Menjaga bekicot agar tidak keluar dari areal pemeliharaan
      Untuk menjaga agar bekicot tidak keluar dari areal dapat dilakukan hal sebagai berikut:

      1. membuat tutup kandang (bila budidaya bekicot dalam kandang)
      2. membuat pagar yang bagian atasnya diolesi dengan detergen
      3. menabur abu atau garam disekeliling pagar bagian dalam.

7. HAMA DAN PENYAKIT
Sampai saat ini belum banyak diketahui tentang adanya hama atau penyakit yang dapat menyebabkan kematian bekicot, kecuali semut, bebek dan itik.
8. PANEN
Dengan pemeliharaan cukup baik, bekicot mulai dapat dipanen setelah 5-8 bulan. secara fisik dapat dilihat apabila panjang cangkang telah mencapai 8-10 Cm, maka bekicot telah siap untuk diambil dagingnya. Hasil utama dari ternak bekicot adalah dagingnya, yang dapat diolah langsung dengan dibuat sate, keripik, dendeng/masakan segar lainnya dan dapat juga diolah dalam bentuk kalengan. Ada juga permintaan dalam keadan hidup. Disamping itu daging dari bekicot ini dapat dijadikan tepung, yang pengolahannya melalui proses pengeringan terlebih dahulu.

  1. Hasil Tambahan
    Disamping diambil dagingnya, kulit/cangkang bekicot juga laku untuk dijual. Baik untuk bahan dasar obat-obatan/dibuat tepung untuk tambahan makanan
    untuk hewan ternak yang membutuhkan tepung berbahan dasar yang mengandung zat kapur.
  2. Penangkapan
    Bekicot dikumpulkan di dalam kotak kardus/peti dari kayu dan jangan menggunakan karung goni karena dapat mengakibatkan kulit bekicot pecah. Setelah dimasukkan dalam peti, pertama sekali perlu dilakukan pencucian agar terhindar dari semua kotoran dan lumpur yang melekat pada cangkangnya. Pencucian ini dengan cara menyemprot bekicot dengan air bersih. Setelah itu, Bekicot di karantina selama 1-2 hari/malam tanpa diberikan makan agar
    kotoran dan lendirnya keluar sebanyak mungkin.

9. PASCAPANEN
Setelah dilakukan penagkapan dan pengumpulan bekicot lalu dilakukan penyortiran dengan jalan membuang bekicot yang mati atau terlalu kecil untuk diolah. Kemudian dilakukan penggaraman, dengan memberikan garam 10-15% dari berat total bekicot, dengan cara diaduk rata. Penggaraman dapat mematikan bekicot sekaligus mengeluarkan lendir sebanyak mungkin. Setelah melalui tahapan penggaraman, segera direbus dengan air garam 3% selama 10 menit, kemudian diangkat dan disemprot dengan air dingin, baru dilakukan pencukilan daging. Perebusan kedua dilakukan setelah bagian perut dibuang dan kotoran lainnya dalam larutan garam 3%. Cara ini bertujuan untuk menghilangkan lendir dan daging menjadi lebih lunak. Kemudian daging tersebut dibungkus dan dikemas dalam karton.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

  1. Analisis Usaha Budidaya
    Perkiraan analisis budidaya bekicot metoda kebun di daerah Kediri (Jawa Timur) dengan luas lahan 4.000 m 2 pada tahun 1999.

    1. Biaya Produksi
      1. Sewa Lahan 4.000 m 2 Rp. 200.000,-
      2. Bibit induk 100 ekor @ Rp. 50,- Rp. 5.000,-
      3. Pembuatan Pagar dan saluran 5 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 25.000,-
      4. Bambu pagar 10 btg @ Rp. 2.000,- Rp. 20.000,-
      5. Pakan dan Pemeliharaan Rp. 120.000,-
      6. Panen dan pasca panen Rp. 100.000,-
      7. Lain-lain Rp. 30.000,-
        Jumlah Biaya Produksi Rp. 500.000,-
    2. Pendapatan
      • Bekicot siap panen 30.000 ekor = 100 kg @ Rp. 100,- Rp. 10.000,-
      • Anak bekicot 60.000,-
      • Telur bekicot 9.030.000 butir
        Selanjutnya hasil panen dapat dilakukan setiap hari 100 kg dan pendapatan tiap bulan adalah Rp. 300.000,- dan perkembangan bekicot dari telur menjadi bekicot dan bekicot bertelur dan seterusnya.
    3. Keuntungan
      Dari budidaya bekicot tersebut dapat didapat keuntungan Rp. 180.000,-setiap bulannya dan Rp. 6.000,- setiap harinya.
  2. Gambaran Peluang Agribisnis
    Daging bekicot merupakan komoditi eksport yang menjanjikan, karena harganya yang cukup mahal dipasaran internasional. Pada periode Januari-Juli 1988 harga ekspor daging bekicot US $ 1,82 per kg. Hal ini menyebabkan menculnya Peternakan Inti Rakyat (PIR) dengan komoditi bekicot. Kini telah banyak berdiri perusahaan-perusahaan pengelola daging bekicot, yang dapat memperlancar pemasaran pasaran sebagai komoditi eksport.

Tehnik Lengkap Budidaya Kelinci

1. SEJARAH SINGKAT
Ternak ini semula hewan liar yang sulit dijinakkan. Kelinci dijinakkan sejak 2000 tahun silam dengan tujuan keindahan, bahan pangan dan sebagai hewan percobaan. . Kelinci dikembangkan di daerah dengan populasi penduduk relatif tinggi, Adanya penyebaran kelinci juga menimbulkan sebutan yang berbeda, di Eropa disebut rabbit, Indonesia disebut kelinci, Jawa disebut
trewelu dan sebagainya.
2. SENTRA PERIKANAN
Di Indonesia masih terbatas daerah tertentu dan belum menjadi sentra produksi/dengan kata lain pemeliharaan masih tradisional.
3. JENIS
Menurut sistem Binomial, bangsa kelinci diklasifikasikan sebagai berikut :
Ordo : Lagomorpha
Famili : Leporidae
Sub famili : Leporine
Genus : Lepus, Orictolagus
Spesies : Lepus spp., Orictolagus spp.
Jenis yang umum diternakkan adalah American Chinchilla, Angora, Belgian, Californian, Dutch, English Spot, Flemish Giant, Havana, Himalayan, New Zealand Red, White dan Black, Rex Amerika. Kelinci lokal yang ada sebenarnya berasal dari dari Eropa yang telah bercampur dengan jenis lain hingga sulit dikenali lagi. Jenis New Zealand White dan

Californian sangat baik untuk produksi daging, sedangkan Angora baik untuk bulu.

4. MANFAAT
Manfaat yang diambil dari kelinci adalah bulu dan daging yang sampai saat ini mulai laku keras di pasaran. Selain itu hasil ikutan masih dapat dimanfaatkan untuk pupuk, kerajinan dan pakan ternak.
5. PERSYARATAN LOKASI
Dekat sumber air, jauh dari tempat kediaman, bebas gangguan asap, bau-bauan, suara bising dan terlindung dari predator.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Yang perlu diperhatikan dalam usaha ternak kelinci adalah persiapan lokasi yang sesuai, pembuatan kandang, penyediaan bibit dan penyediaan pakan.
  1. Penyiapan Sarana dan Perlengkapan
    Fungsi kandang sebagai tempat berkembangbiak dengan suhu ideal 21° C, sirkulasi udara lancar, lama pencahayaan ideal 12 jam dan melindungi ternak dari predator. Menurut kegunaan, kandang kelinci dibedakan menjadi kandang induk. Untuk induk/kelinci dewasa atau induk dan anak-anaknya, kandang jantan, khusus untuk pejantan dengan ukuran lebih besar dan Kandang anak lepas sapih. Untuk menghindari perkawinan awal kelompok dilakukan pemisahan antara jantan dan betina. Kandang berukuran 200x70x70 cm tinggi alas 50 cm cukup untuk 12 ekor betina/10 ekor jantan. Kandang anak (kotak beranak) ukuran 50x30x45 cm.
    Menurut bentuknya kandang kelinci dibagi menjadi:

    1. Kandang sistem postal, tanpa halaman pengumbaran, ditempatkan dalam ruangan dan cocok untuk kelinci muda.
    2. Kandang sistem ranch ; dilengkapi dengan halaman pengumbaran.
    3. Kandang battery; mirip sangkar berderet dimana satu sangkar untuk satu ekor dengan konstruksi Flatdech Battery (berjajar), Tier Battery (bertingkat), Pyramidal Battery (susun piramid).
      Perlengkapan kandang yang diperlukan adalah tempat pakan dan minum yang tahan pecah dan mudah dibersihkan.
  2. Pembibitan
    Untuk syarat ternak tergantung dari tujuan utama pemeliharaan kelinci tersebut. Untuk tujuan jenis bulu maka jenis Angora, American Chinchilla dan Rex merupakan ternak yang cocok. Sedang untuk tujuan daging maka jenis Belgian, Californian, Flemish Giant, Havana, Himalayan dan New Zealand merupakan ternak yang cocok dipelihara.

    1. Pemilihan bibit dan calon induk
      Bila peternakan bertujuan untuk daging, dipilih jenis kelinci yang berbobot badan dan tinggi dengan perdagingan yang baik, sedangkan untuk tujuan bulu jelas memilih bibit-bibit yang punya potensi genetik pertumbuhan bulu yang baik. Secara spesifik untuk keduanya harus punya sifat fertilitas tinggi, tidak mudah nervous, tidak cacat, mata bersih dan terawat, bulu tidak kusam, lincah/aktif bergerak.
    2. Perawatan Bibit dan calon induk
      Perawatan bibit menentukan kualitas induk yang baik pula, oleh karena itu perawatan utama yang perlu perhatian adalah pemberian pakan yang cukup, pengaturan dan sanitasi kandang yang baik serta mencegah kandang dari gangguan luar.
    3. Sistem Pemuliabiakan
      Untuk mendapat keturunan yang lebih baik dan mempertahankan sifat yang spesifik maka pembiakan dibedakan dalam 3 kategori yaitu:

      1. In Breeding (silang dalam), untuk mempertahankan dan menonjolkan sifat spesifik misalnya bulu, proporsi daging.
      2. Cross Breeding (silang luar), untuk mendapatkan keturunan lebih baik/menambah sifat-sifat unggul.
      3. Pure Line Breeding (silang antara bibit murai), untuk mendapat bangsa/jenis baru yang diharapkan memiliki penampilan yang merupakan
        perpaduan 2 keunggulan bibit.
    4. Reproduksi dan Perkawinan
      Kelinci betina segera dikawinkan ketika mencapai dewasa pada umur 5 bulan (betina dan jantan). Bila terlalu muda kesehatan terganggu dan mortalitas anak tinggi. Bila pejantan pertama kali mengawini, sebaiknya kawinkan dengan betina yang sudah pernah beranak. Waktu kawin pagi/sore
      hari di kandang pejantan dan biarkan hingga terjadi 2 kali perkawinan, setelah itu pejantan dipisahkan.
    5. Proses Kelahiran
      Setelah perkawinan kelinci akan mengalami kebuntingan selama 30-32 hari. Kebuntingan pada kelinci dapat dideteksi dengan meraba perut kelinci betina 12-14 hari setelah perkawinan, bila terasa ada bola-bola kecil berarti terjadi kebuntingan. Lima hari menjelang kelahiran induk dipindah ke kandang beranak untuk memberi kesempatan menyiapkan penghangat dengan cara merontokkan bulunya. Kelahiran kelinci yang sering terjadi malam hari dengan kondisi anak lemah, mata tertutup dan tidak berbulu. Jumlah anak yang dilahirkan bervariasi sekitar 6-10 ekor.
  3. Pemeliharaan
    1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
      Tempat pemeliharaan diusahakan selalu kering agar tidak jadi sarang penyakit. Tempat yang lembab dan basah menyebabkan kelinci mudah pilek dan terserang penyakit kulit.
    2. Pengontrolan Penyakit
      Kelinci yang terserang penyakit umumnya punya gejala lesu, nafsu makan turun, suhu badan naik dan mata sayu. Bila kelinci menunjukkan hal ini segera dikarantinakan dan benda pencemar juga segera disingkirkan untuk mencegah wabah penyakit.
    3. Perawatan Ternak
      Penyapihan anak kelinci dilakukan setelah umur 7-8 minggu. Anak sapihan ditempatkan kandang tersendiri dengan isi 2-3 ekor/kandang dan disediakan pakan yang cukup dan berkualitas. Pemisahan berdasar kelamin perlu untuk mencegah dewasa yang terlalu dini. Pengebirian dapat dilakukan saat menjelang dewasa. Umumnya dilakukan pada kelinci jantan dengan membuang testisnya.
    4. Pemberian Pakan
      Jenis pakan yang diberikan meliputi hijauan meliputi rumput lapangan, rumput gajah, sayuran meliputi kol, sawi, kangkung, daun kacang, daun turi dan daun kacang panjang, biji-bijian/pakan penguat meliputi jagung, kacang hijau, padi, kacang tanah, sorghum, dedak dan bungkil-bungkilan. Untuk memenuhi pakan ini perlu pakan tambahn berupa konsentrat yang dapat dibeli di toko pakan ternak.
    5. Pakan dan minum diberikan dipagi hari sekitar pukul 10.00. Kelinci diberi pakan dedak yang dicampur sedikit air. Pukul 13.00 diberi rumput sedikit/secukupnya dan pukul 18.00 rumput diberikan dalam jumlah yang lebih banyak. Pemberian air minum perlu disediakan di kandang untuk mencukupi kebutuhan cairan tubuhnya.
    6. Pemeliharaan Kandang
      Lantai/alas kandang, tempat pakan dan minum, sisa pakan dan kotoran kelinci setiap hari harus dibersihkan untuk menghindari timbulnya penyakit. Sinar matahari pagi harus masuk ke kandang untuk membunuh bibit penyakit. Dinding kandang dicat dengan kapur/ter. Kandang bekas kelinci sakit
      dibersihkan dengan kreolin/lysol.

7. HAMA DAN PENYAKIT

  1. Bisul
    Penyebab: terjadinya pengumpulan darah kotor di bawah kulit.
    Pengendalian: pembedahan dan pengeluaran darah kotor selanjutnya diberi Jodium.
  2. Kudis
    Penyebab: Darcoptes scabiei. Gejala: ditandai dengan koreng di tubuh.
    Pengendalian: dengan antibiotik salep.
  3. Eksim
    Penyebab: kotoran yang menempel di kulit.
    Pengendalian: menggunakan salep/bedak Salicyl.
  4. Penyakit telinga
    Penyebab: kutu.
    Pengendalian: meneteskan minyak nabati.
  5. Penyakit kulit kepala
    Penyebab: jamur.
    Gejala: timbul semacam sisik pada kepala.
    Pengendalian: dengan bubuk belerang.
  6. Penyakit mata
    Penyebab: bakteri dan debu.
    Gejala: mata basah dan berair terus.
    Pengendalian: dengan salep mata.
  7. Mastitis
    Penyebab: susu yang keluar sedikit/tak dapat keluar.
    Gejala: puting mengeras dan panas bila dipegang.
    Pengendalian: dengan tidak menyapih anak terlalu mendadak.
  8. Pilek
    Penyebab: virus.
    Gejala: hidung berair terus.
    Pengendalian: penyemprotan antiseptik pada hidung.
  9. Radang paru-paru
    Penyebab: bakteri Pasteurella multocida.
    Gejala: napas sesak, mata dan telinga kebiruan.
    Pengendalian: diberi minum Sul-Q-nox.
  10. Berak darah
    Penyebab: protozoa Eimeira.
    Gejala: nafsu makan hilang, tubuh kurus, perut membesar dan mencret darah.
    Pengendalian: diberi minum sulfaquinxalin dosis 12 ml dalam 1 liter air.
  11. Hama pada kelinci umumnya merupakan predator dari kelinci seperti anjing. Pada umumnya pencegahan dan pengendalianhama dan penyakit dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan kandang, pemberian pakan yang sesuai dan memenuhi gizi dan penyingkiran sesegera mungkin ternak yang sakit.

8. PANEN

  1. Hasil Utama
    Hasil utama kelinci adalah daging dan bulu
  2. Hasil Tambahan
    Hasil tambahan berupa kotoran untuk pupuk
  3. Penangkapan
    Kemudian yang perlu diperhatikan cara memegang kelinci hendaknya yang benar agar kelinci tidak kesakitan.

9. PASCAPANEN

  1. Stoving
    Kelinci dipuasakan 6-10 jam sebelum potong untuk mengosongkan usus. Pemberian minum tetap .
  2. Pemotongan
    Pemotongan dapat dengan 3 cara:

    1. Pemukulan pendahuluan, kelinci dipukul dengan benda tumpul pada kepala dan saat koma disembelih.
    2. Pematahan tulang leher, dipatahkan dengan tarikan pada tulang leher. Cara ini kurang baik.
    3. Pemotongan biasa, sama seperti memotong ternak lain.
  3. Pengulitan
    Dilaksanakan mulai dari kaki belakang ke arah kepala dengan posisi kelinci digantung.
  4. Pengeluaran Jeroan
    Kulit perut disayat dari pusar ke ekor kemudian jeroan seperti usus, jantung dan paru-paru dikeluarkan. Yang perlu diperhatikan kandung kemih jangan sampai pecah karena dapat mempengaruhi kualitas karkas.
  5. Pemotongan Karkas
    Kelinci dipotong jadi 8 bagian, 2 potong kaki depan, 2 potong kaki belakang, 2 potong bagian dada dan 2 potong bagian belakang. Presentase karkas yang baik 49-52%.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

  1. Analisa Usaha Budidaya
    Perkiraan analisis budidaya kelinci didasarkan pada jumlah ternak per 20 ekor induk:

    1. Biaya Produksi
      1. Kandang dan perlengkapan Rp. 1.000.000,-
      2. Bibit induk 20 ekor @ Rp. 30.000, Rp. 600.000,-
      3. Pejantan 3 ekor @ Rp. 20.000,- Rp. 60.000,-
      4. Pakan
        • Sayur + rumput Rp. 1.000.000,-
        • Konsetrat (pakan tambahan) Rp. 2.000.000,-
      5. Obat Rp. 1.000.000,-
      6. Tenaga kerja 2 x 12 x Rp. 150.000,- Rp. 3.600.000,-
        Jumlah biaya produksi Rp. 9.260.000,-
    2. Pendapatan
      Kelahiran hidup/induk/tahun = 31 ekor
      Penjualan:

      1. Bibit: 20 x 15 x Rp. 20.000,- Rp. 6.000.000,-
      2. Kelinci potong 20 x 15 x Rp. 50.000,- Rp. 15.000.000,-
      3. Feses/kotoran Rp. 60.000,-
      4. Bulu Rp. 750.000,-
        Jumlah pendapatan Rp. 21.810.000,-
    3. Keuntungan Rp. 12.550.000,-
    4. Parameter kelayakan usaha : – B/C ratio = 2,36
  2. Gambaran Peluang Agribisnis
    Gerakan peningkatan gizi yang dicanangkan pemerintah terutama yang berasal dari protein hewani sampai saat ini masih belum terpenuhi. Kebutuhan daging kita masih banyak dipenuhi dari impor.
  3.  Kelinci yang punya keunggulan dalam cepatnya berkembang, mutu daging yang tinggi, pemeliharaan mudah dan rendahnya biaya produksi menjadikan ternak ini sangat potensial untuk dikembangkan. Apalagi didukung dengan permintaan pasar dan harga daging maupun bulu yang cukup tinggi.

Tehnik Mudah Merawat Tanaman Kaktus

Tanaman kaktus sudah beberapa tahun ini termasuk sebagai tanaman hias di Indonesia.Bukan hanya indah tanaman kaktus juga termasuk tanaman yang mudah ditanam, tidak heran sekarang ini banyak orang yang suka menanam tananman kaktus di pekarangan rumah.

Mengapa dinamakan taman kaktu? karena tanaman ini ditanam dalam satu pot dengan berbagai warna. Dalam satu pot ada yang menanam jenis kaktus bulat, oval, hingga kotak.

Bila anda membeli tanaman kaktus di swalayan, sebaiknya tanaman kaktus tersebut tidak boleh anda letakkan di tempat panas terlebih dahulu, karena kaktus sebelumnya sudah beradaptasi dengan pendingin yang ada di pasar swalayan.

Jika langsung terkena sinar matahari akan menyebabkan tanaman kaktus tersebut akan stress., berilah waktu buat tanaman kaktus minimal selama sebulan. Setelah sampai dirumah jangan langsung disiram, anda boleh menyiramnya jika sudah seminggu dengan jumlah air yang tidak terlalu banyak.

Anda juga dapat membuat taman kaktus dirumah, yang perlu anda siapakan hanya:

  1. Siapakan pot datar besar untuk tempat taman lumut.
  2. Masukkan sterofoam yang sudah dipotong kecil ,kira- kira seperempat pot. Sterofoam berfungsi untuk serapan air.
  3. Siapkan pasir, sekam, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:2.

Setelah itu aduk hingga rata kemudian diamkan hingga kering.

  1. Masukkan pasir, sekam dan pupuk ke dalam pot sampai sterofoam terendam.
  2. Tanam kaktus sesuai selera anda, sebaiknya menanam kaktus yang cepat meninggi di pinggir, dan kaktus yang pendek ditanam ditengah – tengah.
  3. Setelah ditanam sebaiknya dikasih pasir malang, anda dapat membelinya sama penjual tanaman.
  4. Taburilah batu – batu kecil di dekat kaktus
  5. Setelah selesai simpanlah tanaman kaktus ditempat yang kering dan jangan disiram selama seminggu, tujuannya agar tanaman kaktus dapat beradaptasi dengan media tanam yang baru..

Setelah anda menanam kaktus jangan anda tinggalkan begitu saja, Anda harus merawatnya dengan baik agar anda mendapatkan hasil yang memuaskan.

Berikut ini cara – cara merawat tanaman kaktus, diantaranya:

  1. Taman kaktus harus diangin- anginkan selama tiga hari sekali agar tidak lembab. Bila tanaman kaktus ini disimpan di dalam ruangan, akan membuat kaktus menjadi lembab lama kelamaan kaktus akan mati secara perlahan – lahan. Dan jika, tanaman kaktus masih dapat sinar matahari anda tidak perlu mengangin- anginkannya lagi.
  2. Tidak boleh menjemur tanaman kaktus langsung dibawah sinar matahari. Jika terkena sinar matahari secara langsung dapat menyebabkan tanaman kaktus anda terbakar, cirri –ciri tanaman kaktus terbakar adalah ujungnya berwarna cokelat dan kehitaman.
  3. Tanaman kaktus tidak boleh disiram setiap hari karena akan menyebabkan kaktus menjadi lembab.Sebaiknya disiram dua kali seminggu dengan menggunakan spray..Ciri tanaman kaktus yang lembab adalah ujung kaktus akan terasa lembek.
  4. Kaktus juga harus diberi pupuk terutama pupuk NPK, bisa anda beli sama pedagang bunga.Cara memberi pupuk pada kaktus, anda masukkan pupuk kedalam tanah, setelah itu anda timbun kembali agar pupuk tidak menguap dan khasiatnya maksimal.

Sangat mudah diterapkan dirumah anda, apalagi bahan yang digunakan sangat mudah dijumpai..Selamat mencoba…

Panduan Teknik Budidaya Bunga Gebras/Hebras

Pembibitan
1) Persyaratan Benih
Tanaman diperbanyak dengan cara generatif dan vegetatif. Benih diseleksi dari biji yang memiliki daya kecambah atau daya tumbuh yang tinggi dan berpenampilan bernas. Jika bibit dibeli dari toko, perhatikan tanggal kadaluarsanya. Perbanyakan vegetatif menggunakan cara kultur jaringan/anakan.

Bahan kultur jaringan menggunakan mata tunas lateral dari pohon atau batang tanaman gerbera yang sehat dan dari jenis yang unggul. Bibit anakan didapatkan dari rumpun tanaman gerbera yang anakannya banyak, induknya produktif berbunga, tumbuhnya normal, sehat dan berasal dari tanaman jenis unggul. Keperluan bibit anakan untuk ditanam di lahan terbuka 1 ha sekitar 80.000-90.000 bila jarak tanam 25 x 40 cm.
2) Penyiapan Benih
Benih yang berasal dari biji disemaikan dahulu sebelum dipindahtanamkan ke lapangan. Penyemaian dapat dilakukan pada bak-bak penyemaian atau pot-pot kecil maupun pot yang berdiameter cukup besar. Sebaiknya media semai diberi sungkup plastik agar kelembaban dan suhu udara tetap stabil serta terlindung dari matahari langsung.

Bibit yang didapat dari kultur jaringan yaitu mata tunas yang diambil dari jenis unggul segera dimasukan ke dalam wadah yang mengandung bahan sterilisasi yaitu Clorax 30 %. Lakukan sterilisasi selama 20 menit. Seusai sterilisasi dengan Clorax segera disterilisasi ulang dengan HgCL2 20 % selama 5 menit, kemudian bilas dengan air aquades steril 5 X. Bibit yang dari anakan dipisahkan dari rumpun gerbera yang sudah dibersihkan dari tanah, sebagian akar tangkai dan daun tua dibuang. Tiap bagian minimal satu anakan.
3) Teknik Penyemaian Benih
a) Penyemaian di bak persemaian
Pilihlah lokasi tempat semai yang mendapat sinar matahari pagi atau di dalam suatu ruangan yang mendapat cahaya buatan 40 watt/m2. Siapkan media semai berupa campuran tanah yang subur halus, pasir dan pupuk kandang yang telah matang dengan perbandingan 1:1:1. Beri sungkup plastik putih tipis agar kelembaban mencapai 98%. Sebelum dimasukkan media semai masukkan selapis pecahan batu bata atau genting kira-kira 1/3 bak pesemaian.

Lalu isikan media semai 90 %. Semaikan benih gerbera secara merata. Setelah 5-7 hari, sungkup dibuka selama 1 jam pada pagi hari. Dari 7-10 hari setelah semai sungkup dibuka selama 3 jam/hari, kemudain bagian atas sungkup dibuka sampai 20 cm dari puncak untuk mendapatkan kelembaban 90 %. Pada saat umur bibit mencapai 21 hari, di sore hari sungkup diangkat.
b) Penyemaian secara kultur jaringan
Siapkan media dasar yaitu medium Murashige Skoog ditambah gula 30 gram/liter, Vitamin B dan zat pengatur tumbuh kinetin 5 mg ditambah IAA 0,5 mg/liter. PH sebelum dipanaskan diatur sekitar pH 5,7 dengan penambahan NaOH atau HCl 0,1 N. Medium dibuat padat dengan Difco Bacto Agar (DBA) sebanyak 7,5 gram/liter. Tanamkan mata tunas lateral, pada umur 45 hari mata tunas majemuk mulai terbentuk. Bibit hasil kultur jaringan dipindahkan ke persemaian steril dan dipelihara sampai cukup besar. Selanjutnya bibit dipindahtanamkan ke persemaian biasa dengan komposisi media yang sama dengan persemaian benih.
c) Penyemaian dengan anakan
Tanaman atau bibit anakan yang sudah dibersihkan dari tanah, akar-akar juga daun tua ditanamkan di lahan pembibitan dengan jarak 5 X 10 Cm.
4) Pemeliharaan Pembibitan/Pesemaian
Siram setiap hari 1 atau 2 kali tergantung cuaca. Pemupukan dilakukan 3 minggu setelah semai. Larutan pupuk terdiri dari 5-10 gram NPK dalam larutan air 10 liter,
sedangkan pupuk daun konsentrasinya disesuaikan dengan anjuran. Penjarangan setelah umur 5-6 minggu.
5) Pemindahan Bibit
Bibit yang berasal biji siap dipindahtanamkan setelah tanaman berdaun 3-5 helai. Bibit yang berasal dari kultur jaringan siap tanam apabila ukurannya cukup besar, sedangkan bibit yang dari anakan siap dipindahtanamkan setelah bibit cukup kuat.

Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Tentukan lahan yang strategis dan serasi, bersihkan dari gulma, kemudian olah tanah cukup dalam 30 cm hingga struktur tanah gembur. Biarkan tanah selama
10-15 hari.
2) Pembukaan Lahan
Tanah diolah dengan teknik yang sama dengan persiapan di atas. Pasang tiang setinggi 100-150 cm di sisi timur dan 80-100 cm di sisi barat. Naungi dengan
plastik bening.
3) Pembentukan Bedengan
Bentuk bedengan selebar 60-80 cm, tinggi 30 cm dan jarak antara bedengan 40- 60 cm. Buat parit keliling untuk saluran pembuangan kelebihan air dan sekaligus sebagai saluran irigasi waktu mengairi tanaman. Naungan juga dapat dibuat sekaligus untuk 2 bedengan dengan tinggi sisi timur dan barat yang sama dengan naungan 1 bedengan. Di antara bedengan dipasang tiang setinggi 150-200 m sehingga atap berbentuk segi tiga.
4) Pengapuran
Pada tanah yang kemasaman tanahnya rendah (di bawah 5) perlu ditambahkan kapur pertanian seperti dolomit, kalsit, atau Zeagro. Dosis kapur pertanian berkisar 1-4 ton/ha tergantung pH dan jenis tanahnya.
5) Pemupukan
Pada saat pembuatan bedengan tambahkan pupuk kandang sebanyak 20-30 ton/ha yang disebar merata, kemudian dicampur dengan tanah sambil dibalikkan.
Pemberian pupuk kandang dapat pula dengan cara per lubang tanam rata-rata 200 gram per lubang atau 2-3 kg/m2 luas lahan.Media pertumbuhan adalah campuran tanah subur, pasir dan pupuk kandang atau sekam padi (1:1:1). Siapkan polybag berdiameter 15, 20, 25 dan 30 cm untuk menanam bibit sesuai dengan ukuran dan umurnya. Isi dasar polybag dengan selapis pecahan bata merah/sekam, lalu diisi dengan media sampai 90 %. Pupuk dasar berupa NPK yang diberikan sebanyak 2-4 gram/tanaman pada saat tanam.

Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanam
Lubang tanam selebar dan sedalam daun cangkul pada jarak tanam 20-25 Cm dalam barisan dan 35-40 cm antar barisan. Waktu yang terbaik di pagi hari antara jam 06.00-09.00 atau sore antara 15.00-17.00.
2) Cara Penanaman
Basahi lubang tanam sampai lembab, tanamkan bibit secara tegak ditengahtengah lubang tanam, sambil memadatkan tanah di sekitar pangkal tanaman.
Siramlah bedengan sampai cukup basah.

Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman
Jika ada tanaman yang mati/rusak seawal mungkin segera disulam atau diganti dengan tanaman yang baik pada lubang yang sama. Periode penyulaman sebaiknya tidak melebihi umur 30 hari setelah tanam. Waktu penyulaman yang baik pagi/sore hari .
2) Penyiangan
Ditujukan untuk membersihkan sekitar tanaman dari gulma dan sambil menggemburkan tanah. Penyiangan dilakukan pada 7-10 hari setelah tanam dan 30-35 hari setelah tanam.
3) Perempalan
Perempalan dilakukan untuk membuang tunas/cabang yang sudah tua, mengering maupun yang terserang penyakit.
4) Pemupukan
Dilakukan secara rutin sebulan sekali. Jenis pupuk yang dianjurkan NPK serta unsur mikro lainnya. Jumlah pupuk NPK diberikan 2-4 gram/tanaman dengan periode 1 kali dalam sebulan, sehingga untuk setiap hektarnya antara 200-400 kg. Cara pemberiannya dengan cara dibenamkan dalam larikan atau lubang diantara tanaman. Pupuk NPK dapat diberikan dalam bentuk larutan dengan konsentrasi 10 gram/10 liter air dan diberikan sebanyak 200-250 cc/tanaman dengan periode pemberian 10 hari sekali. Pupuk daun dapat diberikan sesuai anjuran.
5) Pengairan dan Penyiraman.
Pada fase awal pertumbuhan tanaman gerbera penyiraman dilakukan 1-2 kali. Pemberian air selanjutnya berangsur-angsur berkurang.

Cara Budidaya Bunga Dahlia

Pembibitan

1) Teknik Penyemaian Bibit
a) Perbanyakan generatif dengan benih
Dilakukan pada dahlia mini untuk mendapatkan warna bunga yang baru dan lebih bervariasi. Benih berasal dari tanaman dahlia yang sehat berumur 5 bulan. Benih langsung disemai di atas persemaian yang telah disiapkan. Bedengan persemaian dibuat di atas tanah dengan lebar 1 m dan panjang tergantung besar lahan dengan arah Utara-Selatan.

Bedengan dibuat dari campuran humus, pupuk kandang sapi dan tanah yang subur dengan perbandingan 1:1:1. Tinggi bedengan 5 cm. Bibit disebarkan merata di atas bedengan dan ditutup tipis-tipis dengan tanah. Pada musim kemarau bedengan ditutup dengan daun pisang yang telah dicuci atau karung goni yang bersih agar kelembaban bedengan terjaga. Bedengan perlu diberi naungan bila persemaian dilakukan pada musim hujan. Naungan berupa plastik transparan setinggi 80 cm di sisit timur dan 60 cm di sisi barat.

Setelah benih berkecambah dan berdaun dua helai, penutup (daun pisang/karung goni) dibuka. Bibit dipelihara dipersemaian sampai berdaun sempurna 2 buah, pada stadia ini akar tanaman belum menyentuh dasar bedengan dan dipindahtanamkan ke polibag transparan 18×15 cm berisi campuran sekam dan pupuk kandang sapi (6:1). Setelah tanaman berdaun 6 helai, dilakukan pindahtanam kedua ke dalam polybag transparan 30×20 cm berisi media yang sama. Di dalam polybag ini tanaman dipelihara sampai berbunga selama 1,5-2 bulan dan siap untuk dijual.
b) Perbanyakan vegetatif dengan stek
Dilakukan pada dahlia mini untuk mendapatkan bunga dengan warna dan bentuk yang sama dan untuk dahlia besar yang tidak dapat berbiji. Bahan stek diambil dari tunas ketiak yang berukuran 7-10 cm. Untuk menghindari penyakit, gunakan pisau stek/pisau tajam yang bersih untuk memotong tunas. Pembibitan dilakukan di polybag transparan 30×20 cm berisi campuran sekam padi dan pupuk kandang (6:1) dan dipelihara sampai siap jual tanpa dipindahtanam selama 3 hari.
c) Perbanyakan vegetatif dari ubi
Dilakukan pada dahlia kaktus dan semi kaktus. Ubi diambil dari tanaman berumur 7 bulan. Untuk mendapatkan ubi, batang tanaman yang telah habis masa berbunga pertamanya dipotong sampai 10 cm dari permukaan tanah. Tanah digali dan ubi diangkat bersama dengan batang utamanya.
2) Pemeliharaan Penyemaian
a) Tanaman di Persemaian
Selama persemaian tanaman disiram satu hari sekali dan tidak diberi pupuk karena makanan sudah cukup banyak didapatkan dari bedengan. Penyiangan gulma harus dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak merusak bibit yang masih mudah rusak.
b) Tanaman di dalam polibag
Tanaman disiram 1-2 hari sekali (pagi-sore) kecuali jika hari hujan. Gulma jarang tumbuh, jika ada disiangi dengan cara dicabut atau diambil dengan cangkul kecil Untuk mencegah hama/penyakit, tanaman disemprot dengan pestisida antracol/Basudin 2 minggu sekali di saat pergantian musim kemarauhujan dan musim hujan. Pupuk daun Gandasil dan 1 gram NPK diberikan 1 minggu sekali.

Pengolahan Media Tanam
1) Penanaman di Polybag (dahlia mini dan dahlia besar)
a) Media tanam berupa sekam dan pupuk kandang (6:1) dicampur merata.
b) Masukkan media ke dalam polybag 30 x 20 cm sampai mengisi 90 prosen volume.
c) Buat lubang tanam ditengah media, tambahkan 1 gram pupuk NPK.
d) Masukkan bibit dari polybag kecil dan padatkan media di sekitar batang. Siram sampai lembab.
e) Selanjutnya tanaman diberi pupuk NPK sebanyak 1 gram setiap dua minggu. Penyemprotan dengan pestisida Antracol dan Basudin dilakukan jika terlihat gejala serangan penyakit.
f) Pemangkasan daun perlu dilakukan agar bunga yang dihasilkan berkualitas baik. penjarangan bunga bertujuan untuk mendapatkan bunga dengan ukuran maksimal. Kriteria penjarangan bunga adalah:
1. Di setiap pucuk lateral hanya terdapat 6 kuntum bunga dihitung sampai buku ke tiga untuk tanaman Dahlia mini.
2. Di setiap pucuk utama dan pucuk lateral hanya terdiri atas 3 kuntum bunga untuk tanaman Dahlia yang besar.
2) Pembentukan Bedengan
Bedengan dibuat dengan lebar 70 cm, tinggi 15 cm dan panjang sesuai dengan kondisi lahan dan jarak antar bedengan 55 cm. Setelah bedengan terbentuk, tanah diolah sedalam 45 cm beberapa kali dengan cangkul. Tambahkan pupuk kandang setebal 15 cm (10-15 ton/ha) dan campur dengan 45 cm tanah bedengan. Haluskan tanah bedengan sampai kedalaman 15 cm. Rapikan kembali bedengan.

Teknik Penanaman
1) Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat sedalam 20 x 20 x 20 cm pada jarak tanam 65-75 cm.
2) Cara Penanaman Ubi
Ubi diletakkan mendatar di dasar lubang dan tutup dengan tanah setebal 5 cm. Dari tunas yang tumbuh hanya satu atau dua yang dibiarkan tetap tumbuh.

Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman
Untuk mendapatkan pertumbuhan yang seragam dapat dilakukan sampai tanaman berumur 3 minggu. Biasanya bibit tidak tumbuh sempurna jika pengairan terlambat dilakukan terutama jika udara panas. Penjarangan bunga perlu dilakukan terutama jika jumlah bunga dalam satu tangkai terlalu banyak supaya diameter bunga mencapai maksimum. Pada dahlia kaktus (putih) hanya satu bunga yang dibiarkan hidup pada satu tangkai, sedangkan pada dahlia semi kaktus dapat 5 – 6 bunga.
2) Penyiangan
Dilakukan sesuai dengan pertumbuhan gulma dan pada saat pemupukan sert pembumbunan. Pencegahan tumbuhnya gulma dapat dilakukan dengan menghamparkan mulsa organik di antara tanaman. Ketika tanaman mencapai 1 m, tanaman dibumbun dan disangga dengan 2 batang bambu agar tidak rebah.
3) Pemupukan
Dilakukan setiap 10 hari dengan urea, SP-36 dan KCl masing-masing 2 gram atau NPK sebanyak 5 gram. Pemberian pertama 10 hari setelah pindah tanam. Pupuk diberikan di dalam larikan sejauh 15 cm dari pangkal batang. Tutup pupuk dengan tanah.
4) Pengairan dan penyiraman
Dilakukan sesuai pertumbuhan tanaman. Di awal pertumbuhannya, tanah di sekitar pangkal batang sampai titik terluar tajuk jangan sampai mengering. Pada
saat itu, jika perlu tanaman disiram 2-3 kali sehari tergantung dari keadaan cuaca. Setelah itu penyiraman dapat dilakukan setiap 5 hari. Penyiraman juga perlu
dilakukan setelah pemberian pupuk.

Tehnik Budidaya Bunga Rosella

Kelopak bunga Rosella, rasanya enak, memiliki efek farmakologis yang bermanfaat seperti diuretik (melancarkan air seni), onthelmintic (membasmi cacing), antibakteri, antiseptik, antiradang, menurunkan panas, meluruhkan dahak, menurunkan tekanan darah, mengurangi kekentalan darah, dan menstimulasi gerak peristaltik usus.

Daun, buah, dan bijinya juga berperan sebagai diuretik, antisariawan, dan pereda nyeri. Kelopak Rosella dapat mengatasi panas dalam, sariawan, kolesterol tinggi, hipertensi, gangguan jantung, sembelit, mengurangi resiko osteoporosis, dan mencegah kanker darah.

Rosella dengan nama Latin Hibiscus sabdariffa ini sedang naik daun. Padahal tanaman ini sudah lama ada di Indonesia. Dulu kelopak Rosella dikenal sebagai frambozen yang digunakan sebagai bahan pembuat sirup berwarna merah yang beraroma khas. Sekarang ini, kelopak Rosella dikenal sebagai bahan minuman dan disebut teh Rosella. Tanaman yang masih kerabat bunga sepatu ini banyak ditemukan sebagai tanaman pagar.

Rosella yang selama ini dikenal sebagai bunga, sebenarnya adalah kelopak buah. Karena bentuknya seperti bunga (terlebih jika telah dikeringkan), maka orang menyebutnya bunga Rosella. Kadar antioksidan yang terkandung dalam kelopak kering Rosella jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kumis kucing dan bunga knop. Zat aktif yang paling berperan dalam kelopak bunga Rosella meliputi gossypetin, antosianin, dan glucoside hibiscin.

Pada prinsipnya tanaman Rosella dapat hidup di kondisi lahan, cuaca, serta suhu apapun, akan tetapi di setiap daerah yang berbeda akan menghasilkan warna yang berbeda pula. Rosella dapat hidup di ketinggian 0-900 m di atas permukaan laut. Rosella tumbuh baik di dataran rendah dengan ketinggian 0-500 m dpl.

Pertumbuhan Rosella dapat optimal di kisaran 20-34 derajat celcius. Rosella merupakan tanaman semusim, hanya mengalami satu kali masa produktif. Batang Rosella akan tumbuh dari satu titik tumbuh. Batangnya tumbuh relatif tinggi yaitu 1-3 meter dan lebar bisa mencapai 2 meter.

Rosela merupakan tumbuhan semusim, jadi hanya mengalami satu kali masa produktif. Sebaiknya rosela ditanam secara khusus tanpa diselingi tanaman lain untuk mengoptimalkan hasil panen. Kelopak bunga rosela dimanfaatkan sebagai bahan makanan yakni sirup ,selai atau tambahan pada puding. Kelopak bunga rosela bermanfaat sebagai antioksidan karena kandungan vitamin C (asam askorbat) antosianin, serat dan protein. Selain itu bijinya dapat dijadikan minuman kesehatan seperti kopi dengan rasa yang khas dan nikmat.

Media Tanam

a. Lahan terbuka

Dibuat alur/bedengan setinggi 15-20 cm. Tanah diberi pupuk kandang 2kg/10 m2.

Jarak tanam 1 X 1 M. Jika tanah subur maka rosela umumnya tumbuh setinggi 2-3 m dan lebar tajuk 1-1,5 m.

b. Polibag/pot

Untuk lahan yang sangat terbatas bisa menggunakan polibag dengan hasil tanam yang terbatas, biasanya tinggi pohon hanya mencapai 40-70 cm. Media polibag juga dapat dijadikan media penyiapan benih hingga berumur 1 bulan (15-20 Cm).

Pembenihan (skala kecil/pemula)

SebeLum disemaikan, biji direndam seLama satu hari satu malam LaLu dipilih yang tenggeLam dengan bentuk butiran – butiran yang baik. Biji dapat Langsung disemaikan pada Lahan persemaian yang sudah dioLah dan diairi. SeteLah tumbuh maka bisa Langsung dipindah ke ke poLybag ataupun menunggu cukup besar untuk Langsung dipindah ke Lahan produksi.

Biji dibuat kecambah dengan cara direndam dalam air selama 24 jam dan ditutup dengan kapas basah selama 2-3 hari

Tanamlah biji yang telah menjadi kecambah langsung pada lahan yang telah disiapkan atau polibag. Basahi kapas setiap hari hingga semua biji berkecambah atau menyisakan biji tidak dapat berkecambah (biasanya sekitar 10 hari). Cara ini mengurangi kemungkinan rusaknya buji oleh serangga tanah atau pembusukan jika ditanam langsung, cara ini kurang efektif untuk penanaman skala besar.

Penanaman

Untuk Lahan yang Langsung dari biji makan penanaman diLakukan dengan ditugaL tiap Lubang tanam diisi 2-3 biji. Sedangkan untuk penanaman bibit yang telah disemaikan di polybag maka setiap Lubang tanam diisi dengan 1-2 bibit.

Pemupukan

Pemupukan pada Lahan sebelum tanam dengan pupuk kandang, sedangkan pada umur 3 dan 7-8 minggu seteLah tanam dipupuk Urea sebanyak 30-40 gram tiap tanaman. (Umur 1-2 bulan tanaman diberi pupuk urea:NPK (4:3) 10-25 g/pohon)

Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit yang paling banyak menyerang roseLLe adaLah hama kutu daun dan penyakit Phytopthora. Penanganannya adaLah dengan penyemprotan obat anti kutu ataupun berbagai jenis pestisida yang dijuaL bebas di toko-toko pertanian.

Untuk penanganan hama (biasanya ulat daun, belalang, kutu) gunakan pestisida organik, bisa dibuat sendiri dengan menggunakan sambiloto (Andrographidis paniculata) dan daun mimba (Azadirachta indica), caranya daun sambiloto dan mimba segar (atau kering) ditumbuk dan dicampur air (100 gram dalam 5 L air) disaring lalu disemprotkan ke seluruh bagian tanaman.

Pemeliharaan

SeLama pertumbuhan tanaman perLu diwaspadi keberadaan guLma yang akan berdampak negatif, oLeh karena itu diLakukan penyiangan dengan frekuensi sesuai kondisi Lahan.

Pada saat rosela berbunga (umur 3-4 bulan) memerlukan air yang lebih sedikit dan sinar matahari yang cukup untuk memaksimalkan kualitas dan kuantitas bunga.

 

Panen dan Pascapanen

Tanaman roseLLe mulai menghasiLkan bunga pada umur 120 hari dan dapat dipanen secara terus-menerus daLam jangka waktu 3 buLan sebeLum akhirnya diganti dengan bibit baru. Per batang tanaman roseLLe dapat menghasilkan 1,5 kg bunga basah. Pemanenan menggunakan gunting untuk memotong tangkai bunga, kemudian diLakukan pemisahan biji. Untuk rendemennya daLam bentuk kering 10% sesudah dijemur di bawah terik matahari seLama 3-5 hari, yang akhrinya siap digunakan konsumsi pribadi ataupun dikemas untuk tujuan komersiaL.

Kelopak rosela dapat dipanen saat biji telah tua (3-4 minggu) yang ditandai dengan kulit pembungkus biji majemuk yang berwarna coklat dan sedikit terbuka/membelah. Pemetikan dilakukan dengan gunting atau pisau karena kelopak sulit dipetik dengan tangan tanpa bantuan alat, juga untuk menghindari rusaknya batang.

Pemanenan dapat dilakukan 3-4 kali (selang 1-2 minggu) lalu jika tanaman sudah tak lagi berbunga dicabut dan diganti dengan pohon rosela yang baru.Kelopak yang telah dipetik dikumpulkan dan dicuci dengan air bersih lalu dijemur pada pukul 9.00-11.00 atau 14-16.00 selama 3 hari. Kelopak yang berkualitas memiliki aroma sitrus yang khas saat telah kering dan saat direndam dengan air panas (1000C) warna merah dan rasa asamnya cepat larut. Setiap pohon dapat menghasilkan bunga 200-1000 gram kelopak basah atau 20-100 gram kelopak kering dan biji kering 2-3X bobot kelopak.

Produksi tanaman roseLLe daLam keadaan normaL setiap hektar mampu menghasiLkan 2-3 ton keLopak bunga segar tanpa biji atau setara dengan 200-375 kg keLopak bunga kering.

Budidaya Anggrek Bulan

Anggrek bulan ( Phalaenopsis amabilis ) adalah termasuk salah satu bunga nasional. Phalaenopsis berasal dari bahasa Yunani, yaitu plaenos yang berarti “kupu” dan opsis yang berarti “melihat”. Anggrek bulan banyak terdapat di negara-negara tetangga seperti Filipina, Malaysia, Singapura, Australia dll..

Anggrek bulan termasuk dalam tanaman anggrek monopodial yang menyukai sedikit cahaya matahari sebagai penunjang hidupnya. Ciri khas dari Anggrek bulan adalah daunnya berwarna hijau dengan bentuk memanjang. Akar-akarnya berwarna putih dan berbentuk bulat memanjang serta terasa berdaging. Bunganya memiliki sedikit keharuman dan waktu mekar yang lama serta dapat tumbuh hingga diameter 10 cm lebih.

Ada dua tempat yang biasa tumbuh tanaman Anggrek bulan. Pertama tanaman anggrek yang hidup menempel pada tanaman lain dan tidak mengganggu tanaman yang ditempeli. Jenis ini disebut anggrek Epiphyt. Yang termasuk jenis ini: Cattleya, Dendrobium, Cymbidium, Phalaenopsis, Vanda, Oncidium. Kedua tanaman anggrek yang hidup ditanah. Biasanya hidup pada tanah berhumus yang subur. Jenis ini disebut anggrek Terrestris atau anggrek tanah.

Peluang Usaha Budidaya Anggrek Bulan

Anggrek bisa dijual sebagai tanaman pot maupun sebagai tanaman potong. Indonesia memiliki kekayaan jenis anggrek yang beragam, terutama anggrek epifit yang hidup di pohon-pohon hutan, dari Sumatera sampai Papua. Anggrek bulan adalah bunga pesona bangsa Indonesia. Anggrek juga menjadi bunga nasional Singapura dan Thailand.Dari keindahan anggrek itulah kini banyak orang mengagumi, bahkan mengkoleksi bunga yang membutuhkan sedikit cahaya matahari ini. Harga Anggrek bulan di pasaran khususnya daerah Jakarta dan sekitarnya adalah kurang lebih Rp. 50.000 per unit.

Pemasaran bisnis anggrek ini dapat langsung di distribusikan ke tengkulak, lalu disalurkan ke pasar-pasar bunga, misalnya di Jakarta Barat, di Pasar Rawa Belong. Selain itu juga bisa melayani pemesan yang datang langsung ke kebun dengan memberi bonus beberapa tangkai bunga kepada pembeli.

Anda juga dapat mempromosikan bisnis anggrek Anda melalui media online, baik itu berupa blog atau website. Atau Anda juga bisa bergabung pada komunitas pecinta tanaman hias. Agar produk Anda dengan mudah dikenal banyak orang.

Cara Budidaya Anggrek Bulan

Pada dasarnya menanam Anggrek Bulan tidaklah sulit namun di butuhkan kesabaran dan fokus serta perhatian yang tinggi. Yang terpenting dalam budidaya Anggrek Bulan adalah akarnya tidak rusak, draenase lancar dan tanaman tidak goyang.

Membudidayakan AnggrekBulan harus tahu dan faham betul tempat dan habitatnya, bagaimana lingkungannya, seberapa kebutuhan air dan cahanya. Banyak kasus yang memaksakan penanaman anggrek pada daerah yang kurang sesuai sehingga pertumbuhan dan bunga yang dihasilkan juga tidak maksimal.

1. Syarat tumbuh Anggrek Bulan

Anggrek bulan membutuhkan intensitas cahaya optimum antara 20%-50% dengan suhu optimum antara 180C – 290C, serta kelembaban antara 70%-80%.

2. Media tanam

Media tanam yang dapat digunakan untuk anggrek adalah sabut kelapa, lempengan akar pakis, moss dan sabut kelapa. Tetapi media yang lebih banyak digunakan adalah media sabut kelapa, karena sabut kelapa memiliki aerasi yang baik dan dapat menyimpan  air serta memiliki pH yang cocok untuk tanaman yaitu 5,5 – 6,5 serta harganya relatif murah.

3. Cara penanaman

Bibit anggrek botolan yang telah berusia 1 tahun atau daunnya sudah mencapai 1 cm dan sudah muncul 2-3 helai akar. Anggrek dikeluarkan dari botol menggunakan kawat yang dibengkokkan pada bagian ujungnya. Anggrek yang baru dikeluarkan di tanam dalam pot plastik        Tiga bulan kemudian, tanaman dipindahkan ke pot yang lebih kecil yaitu ukuran 8 cm atau 10 cm dan ditanami 3-5 tanaman.

Pot diisi 2/3 bagian,kemudian masukkan larutan fungisida atasi 2ml/l dan larutan pupuk organik suburi 2ml/l. Setelah 3 bulan dilakukan pemindahan tanaman (repotting), ke dalam pot yang lebih besar yaitu ukuran 18 cm dan ditanami 1 tanaman saja. Setiap 6-8 bulan sekali media diganti dengan yang baru.

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi :

Penyiraman
Penyiraman dilakukan sehari sekali. Jika suhu siang hari tinggi, bagian bawah rak dan lantai disiram.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan 7-10 hari sekali dan dilakukan pada pagi atau siang hari. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik, karena ramah lingkungan dan mengandung unsur hara yang kompleks.

5. Hama dan penyakit

Beberapa jenis hama  yang menyerang tanaman anggrek antara lain : semut, siput atau keong, thrips, kepik  atau kumbang. Semuanya dapat dikendalikan menggunakan insektisida dan molustisida.

Sedangkan penyakit yang menyerang antara lain adalah:
Penyakit yang disebabkan cendawan dapat dikendalikan dengan   fungisida
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri dapat dikendalikan dengan bakterisida
Penyakit yang disebabkan oleh virus dapat dikendalikan dengan virusida atau dilakukan dengan cara mekanis yaitu membakar tanaman yang terserang dan mencegah pelukaan mekanis dengan alat yang tidak steril.

Panduan Lengkap Cara Budidaya Belimbing

Belimbing  (Averrhoa Carambola ) merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari kawasan Malaysia, kemudian menyebar luas ke berbagai negara yang beriklim tropis lainnya di dunia termasuk Indonesia. Pada umumnya belimbing ditanam dalam bentuk kultur pekarangan (home yard gardening), yaitu diusahakan sebagai usaha sambilan sebagai tanaman peneduh di halaman-halaman rumah. Di kawasan Amerika, buah belimbing dikenal dengan nama /sebutan “star fruits”, dan jenis belimbing yang populer dan digemari masyarakat adalah belimbing “Florida”.

2. JENIS TANAMAN

Dalam taksonomi tumbuhan, belimbing diklasifikasikan sebagai berikut:

1.         Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

2.         Divisi : Spermatphyta (tumbuhan berbiji)

3.         Sub-divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

4.         Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)

5.         Ordo : Oxalidales

6.         Famili : Oxalidaceae

7.         Genus : Averrhoa

8.         Spesies : Averrhoa carambola L. (belimbing manis); A.bilimbi L. (belimbing

wuluh)

Di Indonesia dikenal cukup banyak ragam varietas belimbing, diantaranya varietas Sembiring, Siwalan, Dewi, Demak kapur, Demak kunir, Demak jingga, Pasar minggu, Wijaya, Paris, Filipina, Taiwan, Bangkok, dan varietas Malaysia. Tahun 1987 telah dilepas dua varietas belimbing unggul nasional yaitu: varietas Kunir dan Kapur.

3. MANFAAT TANAMAN

Manfaat utama tanaman ini sebagai makan buah segar maupun makanan buah olahan ataupun obat tadisional. Manfaat lainnya sebagai stabilisator & pemeliharaan lingkungan, antara lain dapat menyerap gas-gas beracun buangan kendaraan bermotor, dll, menyaring debu, meredam getaran suara, dan memelihara lingkungan dari pencemaran karena berbagai kegiatan manusia. Sebagai wahana pendidikan, penanaman belimbing di halaman rumah tidak terpisahkan dari program pemerintah dalam usaha gerakan menanam sejuta pohon.

5. SYARAT TUMBUH

5.1. Iklim

1.         Untuk pertumbuhan dibutuhkan keadaan angin yang tidak terlalu kencang, karena dapat menyebabkan gugurnya bunga atau buah.

2.         Curah hujan sedang, di daerah yang curah hujannya tinggi seringkali menyebabkan gugurnya bunga dan buah, sehingga produksinya akan rendah.

3.         Tempat tanamnya terbuka dan mendapat sinar matahari secara memadai dengan intensitas penyinaran 45–50 %, namun juga toleran terhadap naungan (tempat terlindung).

4.         Suhu dan kelembaban ataupun iklimnya termasuk tipe A (amat basah), B (agak basah), C (basah), dengan 6–12 bulan basah dan 0–6 bulan keing, namun paling baik di daerah yang mempunyai 7,5 bulan basah dan 4,5 bulan kering.

5.2. Media Tanam

1.         Hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok pula untuk tanaman belimbing. Tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik.

2.         Derajat keasaman tanah untuk tanaman belimbing yaitu memiliki pH 5,5–7,5.

3.         Kandungan air dalam tanah atau kedalaman air tanah antara 50–200 cm dibawah permukaan tanah.

5.3. Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman belimbing yaitu di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Persyaratan Benih dan Bibit

Teknologi produksi bibit unggul belimbing harus selalu menggunakan pohon induk unggul atau pembiakan secara vegetatif (cangkok, okulasi, enten, dan susuan). Pembiakan secara generatif dengan biji tidak dianjurkan, karena hampir selalu memberikan keturunan berbeda dengan induknya (segregasi genetis). Oleh karena itu, pembiakan generatif (biji) hanya dimaksudkan untuk menghasilkan bibit batang bawah (onderstam) yang kelak digunakan pada perbanyakan vegetatif.

2) Penyiapan Benih

Penyiapan bibit unggul belimbing dilakukan dengan cara pembiakan vegetatif (cangkok, okulasi, susuan dan enten). Khusus pada perbanyakan vegetatif dengan cara penyambungan (okulasi, enten, susuan) diperlukan batang bawah atau bibit onderstam yang berasal dari biji (pembiakan generatif). Tata cara penyiapan batang bawah untuk penyiapan biji (benih) belimbing sebagai berikut:

1.         Pilih buah belimbing yang sudah matang dipohon dan keadaannya sehat serta berasal dari varietas unggul nasional ataupun lokal.

2.         Ambil (keluarkan) biji dari buah dengan cara membelahnya, kemudian tampung dalam suatu wadah.

3.         Cuci biji belimbing dengan air bersih hingga bebas dari lendirnya.

4.         Keringanginkan biji belimbing ditempat teduh dan kering hingga kadar airnya berkisar antara 12–14 %.

5.         Simpan biji belimbing dalam suatu wadah tertutup rapat dan berwarna, atau langsung disemai di persemaian.

3) Teknik Penyemaian Benih

Penyiapan lahan persemaian meliputi tahapan sebagai berikut:

1.         Tentukan (pilih) areal untuk lahan persemaian di tempat yang strategis dan tanahnya subur.

2.         Olah tanahnya cukup dalam antara 30-40 cm hingga gembur, kemudian dikering-anginkan selama ± 15 hari. c) Buat bedengan selebar 100-120 cm, tinggi 30 cm dan panjangnya tergantung keadaan lahan. Arah bedengan sebaiknya membujur posisi Utara-Selatan.

3.         Tambahkan pupuk kandang yang matang dan halus sebanyak 2 kg/m2 luas bedengan sambil dicampurkan dengan tanah atas secara merata, kemudian rapikan bedengan dengan alat bantu papan kayu atau bambu ataupun cangkul.

4.         Tancapkan tiang-tiang bambu di sisi Timur bedengan setinggi 100-150 cm dan di sisi Barat 75-100 cm, kemudian pasang pula palang-palang dari bilah bambu sambil diikat.

5.         Pasang atap persemaian dari dedaunan (jerami) atau lembar plastik bening (transparan), sehingga bedengan persemaian lengkap dengan atapnya siap disemai biji belimbing.

Tatalaksana menyemai biji belimbing adalah sebagai berikut:

1.         Rendam biji belimbing dalam air dingin atau hangat kuku (55-60 derajat C) selama 30 menit atau lebih.

2.         Kecambahkan biji belimbing dengan cara disimpan dalam gulungan kain basah di tempat yang lembab selama beberapa waktu.

3.         Semai biji belimbing yang telah berkecambah pada lahan pesemaian. Caranya adalah biji disebar di sepanjang garitan atau alur-alur dangkal pada jarak antar alur sekitar 10-15 cm, kemudian tutup dengan tanah tipis.

4.         Biarkan kecambah tumbuh dan berkembang menjadi bibit muda.

4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Pemeliharaan bibit selama di pesemaian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1.         Penyiraman (pengairan) secara kontinyu 1-2 kali sehari atau tergantung keadaan cuaca.

2.         Pemupukan dengan pupuk Nitrogen (Urea, ZA) ataupun NPK yang dilarutkan dalam air dengan dosis 10 gram/10 liter untuk disiramkan pada media pesemaian setiap 3 bulan sekali.

c) Pengendalian hama atau penyakit dengan cara memotong bagian yang terserang parah, perbaikan drainase tanah dan penyemprotan pestisida pada konsentrasi rendah antara 30–50 % dari yang dianjurkan.

5) Pemindahan Bibit

Penyapihan (pendederan bibit pada umur 6–8 bulan dari pesemaian ke dalam polibag atau keranjang atau lahan yang telah diisi media campuran tanah dengan pupuk kandang.

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

Luasan minimum yang diperlukan untuk operasional pembibitan adalah 2.000 m 2 , yang dapat menampung bibit sebanyak 5.000-10.000 bibit. Sedangkan lahan untuk pohon induk dapat disediakan tersendiri atau ditanam dalam lahan operasional. Syarat utama dalam pemilihan lahan adalah tersedianya air bagi tanaman, sebagai indikator alami ada atau tidaknya sumber air dapat digunakan pohon enau, karena umumnya pohon enau hidup di daerah yang banyak mengandung air. Ciri lain lahan yang mengandung air adalah daerah tersebut berada di suatu lembah bukit atau pegunungan. Lahan untuk tanaman belimbing

di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl, dengan kedalaman air tanah antara 50–200 cm dibawah pemukaan tanah dan memiliki pH 5,5–7,5. Tanah lahannya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik, serta waktu penanaman yang paling baik di daerah yang mempunyai iklim antara 7,5 bulan basah dan 4,5 bulan kering.

2) Pembukaan Lahan

Tentukan areal lahan yang strategis dan subur, cara pengolahan lahan (pembajakan/pengarukan dan pencangkulan) tanah lahan cukup dalam antara 30–40 cm hingga gembur, kemudian dikeringanginkan selama 15 hari. Tambahkan pada tanah lahan yang telah diolah pupuk kandang yang matang dan halus sebanyak 2 kg/m 2 kemudian rapikan bedengan sambil icampurkan dengan tanah atas secara merata, dan dirapikan dengan alat bantu papan kayu atau bambu atau cangkal dan selanjutnya lahan siap ditanami.

3) Pembentukan Bedengan

Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 100–120 cm, tinggi 30 cm dan panjangnya tergantung keadaan lahan. Bedengan sebaiknya membujur posisi Utara-Selatan. Pasang (tancapkan) tiang-tiang bambu di sisi Timur bedengan setinggi 100–150

cm, dan di sisi Barat 75–100 cm, kemudian pasang pula palang-palang sambil diikat. Selanjutnya pasang atap dari dedaunan (jerami) atau plastik bening (transparan) sehingga bedengan siap digunakan.

6.3. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanam

Penetuan jarak tanam dan pola tanam biasanya relatif tergantung pada luas lahan yang ada. Pada umumnya, bila areal lahan cukup luas maka jarak tanam antar tanaman belimbing dibuat sekitar 6 x 6 meter. Atau dapat pula digunakan dalan jarak tanam 5 x 5 m dengan pola tanam dalam bentuk kultur perkebunan secara permanen dan dipelihara intensif.

2) Pembuatan Lubang Tanam

Sebelum bibit ditanam, terlebih dulu dibuat lubang tanam. Lubang tanam berukuran 50 x 50 x 50 cm. Lubang digali sedalam 50 cm, separuh tanah galian bagian atas dipisahkan, lubang diangin-anginkan selama 2-4 minggu. Setelah cukup dianginkan, tanah dibagian atas dicampur dengan pupuk kandang ayam dengan perbandingan 1:1. Selain itu juga diberi pupuk NPK 20-10-10 sebanyak 1 genggam per lubang tanam. Kemudian campuran tanah dan pupuk itu dimasukkan kembali ke dalam lubang.

3) Cara Penanaman

Lubang yang sudah dipersiapkan untuk ditanami seperti diatas, setelah diberi pupuk tidak langsung ditanami, tetapi dibiarkan selama 1 minggu setelah itu baru ditanami. Bila yang ditanam bibit okulasi klon B17, maka pada waktu ditanam di lapang harus dikombinasikan/diseling dengan bibit klon B2. Caranya,diantara 8 tanaman B17 ditengah-tengahnya ditanami B2. Kombinasi ini dimaksudkan untuk membantu penyerbukan, karena menurut seorang ahli, diduga belimbing klon B17

ini bersifat male sterile, sehingga perlu bantuan serbuk sari klon B2 dalam penyerbukannya.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penjarangan dan Penyulaman

Penjarangan dan penyulaman dimaksudkan agar buah lebih leluasa berkembang dan distribusi makanan hanya untuk buah yang dipelihara. Dalam penjarangan ini diusahakan tidak ada buah yang bergerombol atau berdempetan. Satu pohon diperkirakan hanya ada 100 buah belimbing yang dipelihara sampai besar. Penjarangan dilakukan saat buah sebesar 2,5–5 cm, atau 5–10 hari setelah bunga bermekaran.

2) Penyiangan, Pembubunan dan Perempalan

Penyiangan, pembubunan dan perempalan dilakukan agar tanaman belimbing menghasilkan buah secara produktif, dan mendapatkan hasil yang maksimal. Penyiangan dilakukan dengan melakukan pemangkasan untuk membentuk tajuk tanaman agar tanaman tidak saling berhimpitan. Hal ini untuk mendorong produksi buah dan memudahkan pemanenan.

3) Pemupukan

Pemupukan untuk 3 bulan setelah tanam adalah 25 kg pupuk kandang ayam dengan 50 gram NPK/pohon. Umur setahun 25 kg pupuk kandang dengan 150 gram NPK/pohon. Umur 2 tahun diberikan 50 kg pupuk kandang dan 500 gram NPK/pohon, dan umur 3 tahun keatas diberikan 75 kg pupuk kandang dengan 1 kg NPK/pohon. Untuk media tanam berupa pot atau tanaman buah dalam pot (tabulampot) pemupukan diberikan pada waktu umur tanaman 1 bulan diberi

pupuk dasar berupa campuran urea, TSP atau SP dan KCL (2:1:1) sebanyak 20 gr atau 2 sendok makan per pohon (pot). Pupuk tersebut dibenamkan dalam pot. Setiap sebulan sekali dipupuk dengan pupuk nitrogen ZA sebanyak 10 gr

dilarutkan dalam 10 liter air, larutan ini disiramkan pada tanaman belimbing dalam pot hingga tampak cukup basah. Pada tanaman belimbing yang sudah mulai berbunga dan berbuah diberi pupuk NPK sebanyak 25–50 gram/pohon (pot)/tahun. Waku pemberian pupuk sebaiknya sebelum tanaman berbunga, setelah berbuah, dan seusai panen, sehingga tiap tahun minimal dilakukan pemupukan 3 kali masing-masing 1/3 dosis.

4) Pengairan dan Penyiraman

Tanaman belimbing banyak membutuhkan air sepanjang hidupnya. Di daerah yang sepanjang tahun mendapatkan air tentu tidak masalah, namun di daerah yang kering tanaman perlu diberi pengairan dan disiram. Sebagai indikasi bila tanaman perlu disiram yaitu bila rumput-rumput yang tumbuh dibawah pohon sudah mulai layu.

Penyiraman dapat dilakukan dengan cara penggenangan (dileb) atau disiram sampai daerah sekitar tajuk tanaman basah. Meskipun selalu butuh air, tanaman ini kurang menyukai air tergenang, perlu diberi sarana drainase dan air segera dialirkan ke luar kebun agar tidak menggenang.

5) Waktu Penyemprotan Pestisida

Sebagai pencegahan terhadap hama dan penyakit tanaman belimbing maka perlu dilakukan penyemprotan pestisida. Waktu penyemprotan pestisida dilakukan 2 minggu sekali, misalnya dengan ‘Thamaron Super’ yang takarannya disesuaikan

dengan dosis yang tertera pada kemasan.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Lalat buah (Dacus pedestris)

Lalat ini berwarna coklat kekuning-kuningan dengan dua garis membujur, pinggangnya ramping, bersayap seperti baju tidur yang strukturnya tipis dan transparan. Lalat betina meletakkan telur pada kulit buah, kemudian menetas menjadi larva. Larva inilah yang kemudian merusak daging buah belimbing hingga menyebabkan bususk dan berguguran.

Pengendalian: dilakukan dengan cara pembungkusan buah pada stadium pentil (umur 1 bulan dari bunga mekar), mengumpulkan dan membakar sisa-sisa tanaman yang berserakan di bawah pohon, memasang sex pheromone seperti Methyl eugenol dalam botol aqua bekas.

2) Hama lain: kutu daun, semut ngangrang (Oecophylla smaragdina) dan kelelawar.

Pengendalian: kutu daun dan semut dapat disemprot dengan insektisida yang mangkus seperti Matador 25 EC dll, sedangkan kelelawar harus dengan cara dihalau.

7.2. Penyakit

1) Bercak daun

Penyebab: cendawan Cercospora averrhoae Fres. Gejala: terjadi bercak-becak klorotik berbentuk bulat dan kecil-kecil pada anak daun. Daun yang terserang berat menjadi kuning dan rontok, bahkan sampai gundul pada tanaman muda atau stadium bibit. Pengendalian: dengan cara memotong (amputasi) bagian tanaman yang sakit dan disemprot fungisida yang berbahan aktif Kaptafol, seperti Difolatan, dll.

2) Penyakit kapang jelaga

Penyakit ini hidup sebagai saprofit pada madu yang dihasilkan oleh kutu-kutu putih. Gejala: permukaan daun tertutup oleh warna hitam, sehingga dapat mengganggu proses fotosintesis. Pengendalian: disemprot dengan fungisida yang mangkus, misalnya Dithane M45 pada konsentrasi yang dianjurkan.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Umur panen (petik) buah belimbing sangat dipengaruhi oleh letak geografi penanaman, yaitu faktor lingkungan dan iklim. Di dataran rendah yang tipe iklimnya basah, umur petik buah belimbing sekitar 35–60 hari setelah pembungkusan buah atau 65–90 hari setelah bunga mekar. Ciri buah belimbing yang sudah saatnya dipanen adalah ukurannya besar (maksimal), telah matang dan warna buahnya berubah dari hijau menjadi putih atau kuning atau merah atau variasi warna lainnya. Hal ini tergantung dari varietas belimbing.

 

8.2. Cara Panen

Cara panen buah belimbing dilakukan dengan cara memotong tangkainya. Pemetikan buah berlangsung secara kontinyu dengan memilih buah yang telah matang. Waktu panen yang paling baik adalah pagi hari, saat buah masih segar dan sebelum cuaca terlalu panas (terik). Buah belimbing yang baru dipetik segera dimasukkan (ditampung) dalam suatu wadah secara hati-hati agar tidak memar atau rusak.

8.3. Periode Panen

Periode panen buah belimbing, umumnya penen perdana pada umur 3-4 tahun setelah tanam. Pembungaan dan pembuahan belimbing dapat terus menerus sepanjang tahun, masa panen paling lebat (banyak) biasanya terjadi tiga kali dalam setahun.

8.4. Prakiraan Produksi

Potensi hasil/produksi buah belimbing varietas unggul yang ditanam di kebun secara permanen dan dipelihara intensif dapat mencapai antara 150–300 buah/pohon/tahun. Bila jarak tanam 5 x 5 m dengan populasi per hektar antara 250–400 pohon dengan produktivitas 150–300 buah/pohon dan berat per buah rata-rata 160 gram, maka tingkat produksi per hektar mencapai 6–19 ton.

9. PASCAPANEN

Seusai panen belimbing perlu penanganan pascapanen lebih lanjut, terutama bila jumlahnya melimpah (banyak). Tahapan penangan pascapanen buah belimbing adalah sebagai berikut:

9.1. Pengumpulan

Kumpulkan buah belimbing di suatu tempat atau ruangan yang teduh.

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Pilih buah bedasarkan tingkat kematangan dan ukuran yang seragam. Pisahkan (buang) buah yang rusak, cacat atau diserang hama dan penyakit. Bersihkan buah dari kotoran yang mungkin menempel dengan alat bantu kuat lembut (halus).

9.3. Penyimpanan

Simpan buah belimbing dalam wadah dan ruangan (tempat) yang dingin untuk persediaan keluarga, atau simpan kotak karton berisi buah belimbing di ruangan pendingin bersuhu antara 5-20 derajat C.

9.4. Pengemasan dan Pengangkutan

1.         Bungkus tiap buah atau beberapa buah dengan plastik regang atau kertas tissue atau polysterene net.

2.         Masukkan buah belimbing ke dalam wadah (kontainer) berupa kotak karton yang bagian dasar dan dindingnya dialasi (dilapisi) busa. Tiap kotak karton berisi maksimal 3 lapis buah belimbing dengan posisi buah bagian pangkalnya berada di bawah. Buah belimbing yang sudah dikemas siap diangkut ke tempat penjualan/penampungan.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1. Analisis Usaha Budidaya

Potensi produksi buah belimbing yang ditanam di kebun secara permanen dan dipelihara intensif, dengan jarak tanam antara 5×5 m atau 6×6 m, bila populasi tanaman belimbing per hektar antara 250–400 pohon dengan potensi produktivitas 150–300 buah/pohon/tahun, dan berat per buah rata-rata 160 gram, maka dapat dihasilkan/tingkat produksi per hektar mencapai 6–19 ton buah belimbing. Pada panen raya belimbing, harga belimbing rata-rata mencapai Rp. 750,- sampai Rp.

5.000,- per kg. Maka kita dapat menghitung berapa Rupiah besar penghasilan yang didapat dalam 1 hektar per tahun. Tentunya setelah dikurangi biaya-biaya produksi yang dikeluarkan, seperti: pembibitan, pemeliharaan, pemupukan,

panen/pascapanen, dll.

10.2. Gambaran Peluang Agribisnis

Prospek pemasaran belimbing di dalam negeri diperkirakan makin baik. Hal ini antara lain disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk dan semakin banyaknya konsumen menyadari pentingnya kecukupan gizi dari buah-buahan. Pada tahun

1993 Indonesia baru andil 0,4 % dari total nilai impor dunia buah tropis. Bila pada tahun 1989 tingkat konsumsi buah-buahan per kapita penduduk Indonesia hanya mencapai 22,92 kg/tahun, maka untuk mencapai kecukupan gizi yang sesuai dengan anjuran FAO menargetkan rata-rata 60 Kg per kapita per tahun. Salah satu jenis buah potensial yang mudah dibudidayakan untuk mendukung pencapaian target tersebut adalah belimbing.

Perkiraan permintaan setiap tahun semakin meningkat, peningkatan permintaan tersebut adalah sebesar 6,1 %/tahun (1995–2000), 6,5 %/tahun (2000–2005), 6,8 %/tahun (2005–2010), dan mencapai 8,9 %/tahun (2010– 2015). Jelaslah bahwa prospek usahatani (agribisnis) belimbing amat cerah bila dikelola secara intensif dan komersial, baik dalam bentuk kultur perkebunan, pekarangan, maupun Tabulampot.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1. Ruang Lingkup

Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan.

11.2. Diskripsi ……………………..

11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu : ………………….

11.4 Pengambilan Contoh

Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat di bawah ini. Dari setiap kemasan diambil contoh sebanyak 20 buah dari bagian atas, tengah dan bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (startified random sampling) sampai diperoleh minimum 20 buah untuk dianalisis.

1.         Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dengan 100, contoh yang diambil 5.

2.         Jumlah kemasan dalam partai (lot) 101 sampai dengan 300, contoh yang diambil 7.

3.         Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh yang diambil 9.

4.         Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh yang diambil 10.

5.         Jumlah kemasan dalam partai (lot) lebih dari 1000, contoh yang diambil 15 (minimum).

Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalaman atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan badan hukum.

11.5. Pengemasan

Buah belimbing dikemas dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan berat bersih maksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain: nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat bersih, negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, daerah asal.

Tehnik Budidaya Oyong

Oyong (Luffa acutangula) atau ridged gourd, disebut juga gambas. Tanaman ini termasuk dalam famili Cucubitaceae, berasal dari India, namun telah beradabtasi baik di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Bagian yang dapat dimakan dari gambas adalah buah muda, daunnya digunakan untuk lalap atau dapat juga digunakan untuk obat demam.

Tanaman oyong merupakan tanaman setahun dan tumbuh dari dataran rendah hingga dataran tinggi, dapat ditanam disawah dan tegalan. Tanaman ini merupakan tanaman memanjat/ merambat. Tanaman oyong membutuhkan iklim yang kering, dengan ketersedian air yang cukup sepanjang musim. Lingkungan tumbuh ideal bagi tanaman oyong adalah di daerah yang bersuhu 18-240C, kelembaban 50-60%.

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, tanaman oyong membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak mengandung humus, beraerasi dan berdrainase baik, serta mempunyai pH 5,5-6,8. Tanah yang paling ideal adalah jenis tanah liat berpasir, seperti tanah latosol dan aluvial.

Cara Budidaya Oyong

Pembuatan Benih Oyong

Untuk membuat benih sendiri dapat dilakukan dengan melakukan panen oyong kurang lebih 110 hari setelah semai ditandai dengan buah telah berwarna coklat, kering, bijinya berwarna hitam. Buah dipotong melintang, bijinya dikeluarkan, dibungkus kertas dikeringkan hingga kadar air mencapai 8%. Bijinya disimpan di stoples dan ditutup rapat yang telah diisi desikan berupa arang
atau abu sekam.

Persemaian Oyong

Oyong diperbanyak dengan biji, dapat ditanam langsung kelapangan dengan menggunakan para-para atau teralis untuk tempat merambatnya sulur. Apabila rambatan belum siap dan persediaan benih terbatas, benih dapat disemaikan dulu menggunakan kantong plastik hitam yang berdiameter 5 cm yang diisi 2 benih/kantung. Bibit dapat dipindahkan kelapangan setelah berumur 15-21 hari atau setelah berdaun 3-5 helai.

Pengolahan Tanah Untuk Oyong

Sistem lubang tanam. Tanah dicangkul sampai gembur. Buat lubang tanam dengan ukuran 20 x 60 cm atau 20 x 10 cm. masukan pupuk organik 0,5-1 kg/lubang tanam. Sistim bedengan. Tanah dicangkul hingga gembur, kemudian buat bedengan dengan ukuran lebar 260 cm, panjang disesuaikan dengan keadaan lahan, tinggi 30 cm, dan jarak antara bedengan 60 cm. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 20 x 60 cm atau 20 x 10 cm kemudian masukkan pupuk organik 0,5-1 kg/lubang tanam.

Penanaman dan Pemupukan Oyong

Benih ditanam langsung atau melalui persemain terlebih dahulu. Bila ditanam secara langsung masukkan biji oyong 2-3 butir tiap lubang tanam, kemudian ditutup dengan tanah setebal 1,5 cm. Selama satu musim pupuk yang digunakan adalah NPK (16:16:16) 300 kg + Urea 100 kg/ha. Pemupukan dilakukan pada saat tanam, 2, 4, 6 dan 8 minggu setelah tanam dengan dosis masing-masing seperlima takaran. Pada musim kemaru pemupukan dianjurkan secara kocor.

Pemeliharaan Tanaman Oyong

Pemasangan rambatan atau para-para dilakukan saat tanaman berumur 10-15 hari setelah tanam. Para-para bisa berbentuk A, setengah lengkung, lengkungan atau persegi panjang. Bila diperlukan lakukan pemangkasan pada tanaman oyong yang daunnya terlalu rimbun. Penyiraman dilakukan disesuaikan dengan kondisi tanaman. Penyiangan disesuaikan dengan keadaan gulma, dapat dilakukan secara manual dengan tangan atau cangkul.

Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada Oyong

OPT penting yang meyerang tanaman oyong antara lain kumbang daun, ulat grayak, ulat tanah, lalat buah, busuk daun, embun tepung antraknos, layu bakteri dan virus mosaik. Pengendalian OPT dilakukan tergantung pada OPT yang menyerang. Bila harus menggunakan pestisida, gunakan pestisida yang relative aman sesuai rekomendasi dan penggunaan pestisida hendaknya tepat dalam pemilihan jenis, dosis, volume semprot, waktu aplikasi, interval aplikasi serta cara aplikasinya.
Panen dan Pasca Panen Oyong

Pemanenan oyong dapat dilakukan berulang-ulang. Panen pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 40-70 hari setelah 33 Budidaya Tanaman Sayuran tanam. Ciri-ciri umum buah oyong yang siap dipanen antara lain adalah buah berukuran maksimum, tidak terlalu tua, belum berserat, dan mudah dipatahkan.

Produksi buah oyong setiap tanaman mencapai 15-20 buah atau 8-12 ton per hektar. Buah oyong mudah rusak sehingga pengemasan yang baik diperlukan untuk memperpanjang daya simpan, terutama jika untuk pengiriman jarak jauh. Pada suhu 12-16oC, buah oyong bisa disimpan sampai 2-3 minggu.

Budidaya Tomat Cherry Hidroponik

Peluang usahabudidaya tomat cherry hidroponik ini saat ini masih cukup terbuka lebar karena tergolong baru dan belum banyak orang yang membudidayakannya . Tomat Cherry menjadi pilihan karena rasanya yang manis , crispy , berwarna merah dan ukurannya mini . Bisa di panen 2-3 bulan dan pemeliharaanya ringan dan mudah. Salah satu pelaku usaha ini adalah PT Kebun sayur segar . Untuk membudidayakan tomat cherry yang perlu diperhatikan adalah :

1. Syarat Lingkungan

Tomat cherry cocok di tanam pada daerah ketinggian 600-1500 m dpl dan bersuhu 17 -28 derajat Celcius.

2. Penyemaian dan Penanaman

Biji tomat cherry terlebih dahulu dijadikan bibit selama satu bulan. Penyemaian bibit menggunakan tray ( wadah persemaian berbentuk kotak bersekat berbahan plastik ) yang diisi dengan media tanam berupa rock wool ( bentuknya mirip sabut kelapa ) . Setelah satu bulan dan tinggi mencapai 15 cm barulah bibit bida dipindahkan ke lokasi tanam didalam green house . Bibit tersebut ditanam dalam polybag ukuran 30 -35 cm berisi arang sekam yg disusun berjajar.

3. Pemeliharaan

Selama pemeliharaan kondisi green house usahakan selalu terturup dan steril agar tanaman tidak terserang penyakit . Pengecekan tanaman harus rutin terutama terhadap serangga dan membuang daun tua supaya areal tanam tetap bersih dan juga buang buah yg sudah penyok bekas kena kuku atau pecah .

Untuk penyiraman tanaman tomat dilakukan bersamaan dengan pemupukan menggunakan alat drip irigation ( irigasi tetes ). Pupuk dilarutkan dalam air dan disiramkan ke tanaman. Sehari penyiraman dilakukan 2 kali dan dikondisi yang panas bisa 3 kali sehari.

Pupuk yang digunakan adalah pupuk khusus hidroponik yang disebut larutan AB mix. Takarannya pupuk cair diencerkan dengan air dengan komposisi air = X ml pupuk x 200 . Misal larutan pupuk A 5ml , pupuk B 5 ml maka airnya = 5 x 200 = 1000 ml . Untuk memupuk 500 tanaman dibutuhkan 45 liter pupuk AB mix yg diperlukan dalam 1 bulan .

4. Panen

tomat cherrySetelah lama penyemaian benih menjadi bibit selama 1 bulan dan dalam 2 – 3 bulan kemudian sudah bisa dilakukan panen perdana. Tanaman ini dipanen 2 hari sekali sampai sekitar 5 -6 bulan lamanya. Jadi total produktivitas tomat cherry sekitar 10 bulan dan setelah itu harus diganti bibit baru. Sebelum tanaman diganti agar terus menerus bisa kontinue panen sebaiknya disiapkan penyemaian baru 4 bulan sebelumnya .

Buah yg dipanen tidak ush dicuci untuk mencegah kebusukan tapi cukup dilap agar bersih dan langsung dikemas , baik dengan styrofoam dibungkus plastik wrapping. Untuk suhu penyimpanan tomat cherry yang baik sekitar 5 – 10 derajat C , yg akan membuat tomat cherry bertahan 1 -2 minggu lamanya.

5. Pemasaran

Selama ini menurut pengalaman PT Kebun Sayur segar Tomat cherry terserap oleh pasar yaitu beberapa pasar modern seperti Hero , Sogo , Hypermart , Yogya dan Carefour seputar Jobodetabek dan bandung. Selain itu bisa dipasarkan ke restoran dan pelaku usaha catering .

6. Kendala dan resiko

Selama ini kendala datang dari perubahan cuaca yang drastis yang mempengaruhi kondisi buah . Misalkan dari kondisi mendung dan berubah ke kondisi kering maka akan membuat buah tomat pecah dan berjamur . Selama ini yang biasa dilakukan adalah kontrol routin kondisi tanaman , buah yg pecah harus segera dibuang dan penyiraman tambahan harus dilakukan jika kondidi cuaca sangat kering.